webnovel

Monster Betina

Kinan segera mencari keberadaan adiknya, dia sangat khawatir terhadap Yasmin. Bagaimana pun juga dia adik bontot kesayangannya, dia bahkan tidak pernah diperlakukan seperti itu, apalagi dibentak. Karena Mom dan Dad sangat menyayanginya. Jangan lupakan Ara dan Kinan yang selalu menyayangi bayi dugongnya itu.

"Bayi dugong, kamu di mana sih? Kakak khawatir." Kinan terus berjalan ke sana ke mari mencari keberadaan Yasmin. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun, jika sampai bayi dugongnya kenapa-napa, dia tidak akan memberi ampun si pelaku.

Sisi lain, Yasmin menangis seorang diri di taman kampus, memeluk lututnya. Dia takut Ara dan Kinan kecewa dengannya.

"Yasmin!" teriak Kinan membuat Yasmin mendongak dengan air mata yang masih meleleh.

"Kakak," lirih Yasmin, dalam hatinya bagaimana sang kakak bisa ada di sini.

"Bayi dugong," ucap Kinan seraya memeluk adiknya.

"Kak, a-aku nggak salah. A-aku nggak ngelakuin seperti apa yang dituduhkan, Kak," lirih Yasmin dengan nada bergetar.

"Ssst, diam sayang, Kakak percaya sama kamu." Kinan semakin teriris melihat keadaan Yasmin yang tertekan seperti ini, seumur-umur Yasmin tidak pernah berada di posisi seperti ini.

"Aku takut, Kak." Yasmin menangis sesenggukan di pelukan Kinan.

"Sudah, ada Kakak di sini." Yasmin hanya mengangguk.

Di toko, Ara tampak gelisah. Entah dia sendiri juga tidak tahu, sedari tadi dia tidak fokus dengan pekerjaannya. Ada yang mengganjal di hatinya. Sampai-sampai,

Prangg!

"Astagfirullah, kok bisa jatuh?" Ara terkejut lantaran tidak sengaja menjatuhkan piring, buru-buru dia merapikan pecahan piring itu. Padahal niatnya tadi ingin mengambil kue untuk pembeli yang ingin menikmati kue di sini.

"Aduh!" rintih Ara saat tangannya tertusuk pecahan piring itu. Hatinya benar-benar tidak tenang, tiba-tiba saja nama Yasmin terlintas di pikirannya.

"Yasmin, ada apa dengan dia?" tanyanya dalam hati.

"Astaghfirullah, Kak Ara! Sini biar Mita aja yang beresin Kak. Kakak obatin lukanya aja biar nggak infeksi," ucap Mita yang melihat darah mengalir dari tangan Ara.

Ara yang masih was-was pun langsung bergegas mengobati lukanya dan mengambil air wudhu untuk sholat duha.

Ara berkeluh kesah pada Sang Pencipta berharap adik bungsunya baik-baik saja dan selalu di jaga dari segala marabahaya.

"Dek, semoga kamu baik-baik aja ya," lirih Ara dalam isak bisu serta air mata yang meluncur dengan bebasnya.

Disisi lain, Kenzo tampak memasuki ruangan pimpinan kampus tanpa permisi.

"Selamat siang, Saya ingin mengajukan surat pindah atas nama Yasmin," ucap Kenzo dengan tegas.

"Maaf, anda siapanya? Juga anda sudah menerobos masuk ke ruangan saya tanpa permisi," jawab Darren dengan nada meremehkan.

"Untuk apa saya sopan jika kampus ini saja sebobrok itu hingga membiarkan mahasiswinya terbully? Ah, terlebih lagi ia mahasiswi pindahan."

Darren mengangkat sebelah alisnya tak paham dengan apa yang dimaksud Kenzo. Darren berpikir keras memahami maksud perkataan Kenzo. Seketika terlintas gambaran Yasmin yang tadi pagi masuk ke ruangannya dengan kondisi berantakan.

"Apa yang anda maksud itu Yasmin?"

"Tentu saja, siapa lagi jika bukan adik ipar tercinta saya."

Darren terkejut hingga berdiri dan memukul keras mejanya setwlah mendengar pernyataan Kenzo.

"Pantas saja Yasmin tampak berantakan tadi pagi," gumam Darren.

"Berani-beraninya mereka melakukan hal sekeji itu pada Yasmin. Aku tak akan melepaskan satu pun diantara mereka," ucap Darren geram.

Darren menegaskan pada Kenzo, "Saya tidak akan membiarkan Yasmin pindah sebelum pelakunya ada di ruangan ini."

"Baik, saya bisa membawa mereka semua dalam 15 menit. Asal anda mengizinkan saya melihat CCTV di setiap sudut kampus ini," jawab Kenzo penuh keyakinan.

Darren dan Kenzo pun menuju ruang pengawasan CCTV. Setelah menemukan CCTV yang merekam aksi pembully-an terhadap Yasmin, Darren naik pitam dan meminta 50 orang penjaga milik ayahnya untuk ke kampus.

"Sial! Bagaimana bisa ada kejadian buruk seperti ini menimpa Yasmin!" teriak Darren.

Kenzo pun tak tinggal diam, ia menyuruh 100 pengawalnya untuk membawa orang-orang yang terrekam dalam CCTV ke gedung pimpinan kampus dalam waktu 15 menit.

Tapi di sisi lain Kinan yang sudah emosi langsung menemui gadis yang sudah berani membully adiknya itu.

"Cepat katakan, siapa yang berani membully kamu," ucap Kinan kepada Yasmin.

Yasmin sudah menduga jika kakak keduanya tahu pasti akan seperti ini, karna Kinan lah yang paling gampang tersulut emosi. Tapi kalau dia tidak mengatakannya kepada sang kakak, itu malah membuat sang kakak semakin menjadi-jadi, bisa-bisa satu kampus di bakar dengan Kinan.

"Di-dia," ucap Yasmin dengan ragu sambil menunjuk ke arah mahasiswa yang tadi membullynya.

Kinan langsung menatap tajam ke arah mahasiswa itu, dia pun menghampiri kemudian menampar gadis itu.

Plakk!!

"Beraninya kau menyakiti dan membully adikku!" teriak Kinan.

"Memang benar bukan, adik anda ini wanita penggoda," ucap Gadis itu yang tak lain adalah Maya.

"Hei! Beraninya kau mengatakan adikku sebagai wanita penggoda," ucap Kinan tersenyum sinis dibalik cadarnya.

"Pria mana yang sudah menjadi korban adikku, Katakan!" lanjut Kinan dengan intonasi yang tinggi.

Semua mahasiswa yang ada diruangan itu sampai ketakutan, karna mereka juga ikut andil dalam kejadian tadi pagi.

"Kak, sudah kita pulang saja," ucap Yasmin tidak mau kakaknya semakin emosi.

"Diam, Kakak tidak rela ada orang yang berani menyakiti putri bungsu dari keluarga Pratama," ucap Kinan tanpa sadar membuka identitas aslinya.

Yasmin terbelalak ketika mendengar sang Kakak menyebut nama marga keluarganya, begitu juga Kenzo yang mematung ketika mendengar ucapan Kinan.

"Kakak, enough!" teriak Yasmin.

"Apaan sih, kamu diam saja biar dia Kakak yang urus," ucap Kinan yang belum mengetahui keberadaan Kenzo.

Yasmin menepuk keningnya, siapa yang tidak kenal dengan keluarga Pratama pengusaha kaya nomor 4 Se Asia Tenggara. Kinan yang sudah tersulut emosi terus saja menampar bahkan mendorong Maya ke tembok.

"Kakak ipar, kenapa diam aja! Bantuin misahin Kak Kinan," ucap Yasmin

Kenzo langsung tersadar dan membantu memisahkan Kinan dan Maya, tak butuh waktu lama Darren pun datang dan ikut memisahkannya Maya dan Kinan.

"Honey, kamu ini wanita tapi tenaga mu seperti monster," ucap Kenzo yang menggendong Kinan menjauh dari kelas itu.

"Ken, lepaskan aku! Aku belum puas menjambak rambut gadis sialan itu!" teriak Kinan.

"Aku tidak akan melepaskan kamu honey, kamu ini seperti monster betina saja," ucap Kenzo terkekeh.

"Cih,, perusak kesenangan," gerutu Kinan.

Sekarang semuanya sudah berada di ruangan pemimpin, Darren ingin tahu bagaimana bisa mereka membully Yasmin.

"Pokoknya, saya tetap akan memindahkan adik saya ke kampus lain, karna kampus ini terlalu liar bagi adik saya yang lemot ini," ucap Kinan dengan tegas.

"Tapi saya juga tidak mengizinkan Yasmin pindah ke kampus lain," ucap Darren yang tak mau kalah.

"Hei, bung. Jangan membentak calon istriku, karna aku tidak akan membiarkan orang lain menyakiti atau membentaknya," sela Kenzo.

Yasmin hanya menghela nafas dia heran dengan tingkah tiga manusia yang ada di depannya itu. Dia juga sebenarnya tidak mau pindah tapi mau bagaimana lagi, jika kakaknya sudah berkehendak dia harus pasrah.