Finland minta izin untuk pulang lebih awal dengan alasan mau berbelanja pakaian baru. Karena ia yakin semua orang masih di kantor, Finland menghubungi Jadeith agar menjemputnya di depan gedung karena toh tidak akan ada orang yang melihat.
"Selamat sore, Nyonya." Jadeith membukakan pintu untuk Finland dan gadis itu buru-buru masuk.
"Selamat sore, Jadeith. Kita langsung pulang ke rumah ya. Nanti malam aku harus keluar untuk makan malam dengan klien perusahaan."
"Baik." Jadeith segera menyetir ke arah Rose Mansion. "Tuan meminta saya untuk mengajari Nyonya menyetir. Bagaimana kalau mulai besok sepulang kerja kita ke berlatih menyetir di area Bukit Batok."
"Uhm.. boleh. Kau lebih tahu."
Seumur hidupnya Finland tidak pernah berniat belajar mengendarai mobil. Naik sepeda saja dia tidak bisa. Setelah tinggal di Singapura selama 4,5 tahun ini, ia juga tidak merasa membutuhkannya. Ada berbagai pilihan transportasi umum di sini dan ia tidak tahu apakah dalam masa hidupnya sekarang ia akan mampu membeli mobil, apalagi di Singapura di mana biaya untuk memiliki mobil jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain di dunia. Tetapi Finland mengerti apa maksud Caspar dengan memintanya belajar mengemudi. Itu memang ketrampilan hidup yang berguna. Seandainya ada peristiwa darurat dan ia harus membawa seseorang ke rumah sakit, tentu mereka tidak bisa hanya diam menunggu pertolongan tiba. Sama halnya dengan berenang.
Di halaman belakang Rose Mansion ada sebuah kolam renang dan Finland sudah bertekad untuk belajar berenang juga setelah ia tidak terlalu sibuk.
Hmm.. apalagi life skills yang tadi dibahas Caspar ya? Finland membuka ponselnya dan mencari pesan Caspar.
Berenang, menyetir, memasak, dan naik sepeda.
Hmmm...
"Kita sudah sampai." kata Jadeith kemudian. Finland yang melamun di sepanjang perjalanan tergugah dari lamunannya. Ia mengucap terima kasih kepada Jadeith dan turun dari mobil.
"Kau tinggal di mana?"
"Saya tinggal di Continental Hotel sementara ini." jawab Jadeith. "Biasanya kami hanya berada di Singapura paling lama sebulan, Nyonya. Kami punya tempat tinggal tetap di Berlin dan New York."
"Oh, jadi biasanya kau tinggal di Jerman dan Amerika?" Finland tertarik mendengar jawaban Jadeith. "Yang kau maksud kami itu siapa saja?"
"Tuan dan enam pengawal pribadinya. Kami biasanya selalu tinggal bersama tuan. Beliau paling banyak menghabiskan waktu di Jerman dan New York. Biasanya ke Singapura hanya sebulan untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan di Asia. Baru kali ini Tuan memutuskan tinggal cukup lama di Asia."
"Oh..." Finland baru menyadari bahwa Caspar selama ini tidak tinggal menetap di Singapura. Sekarang sudah hampir 4 bulan ia tinggal di sini, tentu ada banyak dinamika kehidupannya yang ikut berubah karena keputusannya yang memperpanjang masa tinggal di Singapura. Dan Caspar punya enam pengawal pribadi adalah informasi yang baru bagi Finland. Ia menjadi sadar bahwa hingga kini, tidak banyak yang diketahuinya tentang pemuda itu.
Ia tahu Caspar adalah bagian dari klan Alchemist yang muda selamanya, ia punya adik perempuan bernama Flora dan adik laki-laki bernama Aldebar. Ia juga tahu bahwa Ben yang menjadi supir pribadi Caspar bukanlah orang sembarangan, karena kakaknya Stanis adalah kepala rumah tangga keluarga Caspar.
Selain dari informasi tersebut, Finland sadar ia tidak tahu banyak tentang Caspar.
"Selamat datang, Miss. Tadi siang ada kiriman pakaian dari butik Le Pearl, saya sudah susun di dalam lemari Miss." Ms Law menyambut Finland di depan paviliunnya. "Sebagian lagi saya taruh di kotaknya karena tidak cukup masuk lemari."
Finland terkesiap. Sampai tidak cukup di lemari? Memangnya berapa banyak baju yang dikirim? pikirnya keheranan.
Ia masuk ke dalam paviliunnya dan memeriksa lemari pakaian yang ada di ruangan kecil di samping kamar mandi, ini seperti walk in closet berisi 3 lemari, seharusnya cukup untuk menampung 100 pakaian sekalipun. Selama ini Finland hampir tidak pernah menggunakannya karena barang-barangnya tidak banyak, dan tidak ada yang cukup pantas untuk dipajang di gantungan walk in closet secantik itu.
Tetapi kini, saat melihat ke dalam walk in closetnya, Finland hanya bisa menahan napas sambil memegang mulutnya yang terpukau.
Ketiga lemari di dalam walk in closetnya penuh berisi pakaian yang ditata berdasarkan warna. Ada juga sekitar 20 sepatu di bagian bawah lemari, lalu bermacam-macam tas tangan, sling bag, dan dompet, dan tentu saja....ratusan baju dan gaun yang memenuhi gantungan lemari... Dan ia masih melihat satu kotak besar berisi barang-barang yang tidak bisa ditata karena sudah tidak cukup tempat....
"Ini... apa ini?"
Ia memegang dadanya karena jantungnya yang berdetak kencang sekali. Ini seolah seisi butik La Pearl dipindahkan ke dalam kamarnya. Semuanya pakaian, sepatu, tas, dan aksesori yang sangat mahal. Walaupun ia menang lotre besok, Finland tak akan mau menghabiskan uang sebanyak ini untuk pakaian dan sepatu....
"Ini semua diantarkan oleh staf dari Butik La Pearl tadi siang. Semuanya punya Miss."
Ms Law tersenyum melihat kekagetan Finland. "Tuan minta saya foto Miss dengan baju-baju ini."
Sebelum Finland bisa bereaksi, Ms. Law telah mengeluarkan ponselnya dan memfoto Finland yang masih belum bisa menguasai dirinya di tengah barang-barang cantik yang kini menjadi miliknya.
"Ya ampuuunnn.... ini banyak sekali...."
Lima menit kemudian masuk SMS dari Caspar. Ketika Finland membukanya ia melihat fotonya sedang tampak terkejut di tengah-tengah walk in closet berisi barang-barangnya yang baru.
[Aku senang kau menyukai pakaian yang kubeli. Jangan lupa foto dengan pakaian baru dan kirim kepadaku.]
Finland tak habis pikir.
[Dari mana kau tahu pakaian mana yang aku akan sukai?]
[Aku tahu kau suka yang gratis.]
Hahahahaha... Finland menepuk keningnya sendiri. Ia tahu Caspar sangat mengenal dirinya sekarang. Ia, Finland memang menyukai barang-barang gratis.
Finland segera memilih beberapa pakaian yang paling bagus yang ingin dicobanya. Dengan bantuan Ms. Law ia berhasil mengambil beberapa foto yang cantik dengan gaun barunya. Memang pakaian hanyalah benda superfisial, tetapi bila dipakai oleh orang yang tepat, pakaian dapat memancarkan kecantikan penggunanya dengan maksimal.
Finland merasa sangat cantik ketika ia mengenakan sebuah gaun koktail berwarna hitam dengan aksen batu mulia, ada juga summer dress biru muda yang begitu enak dipandang, membuatnya tampak segar dan menawan, lalu ada dress kasual berwarna kuning yang cantik sekali di kulitnya. Finland tiba-tiba merasa seperti seorang putri bangsawan.
Ms Law pun berkali-kali memujinya.
Setelah mengirimkan 5 buah fotonya dengan beberapa gaun berbeda, Finland akhirnya memutuskan mengenakan gaun merah yang cantik untuk acara makan malam bersama Perusahaan Atlas. Caspar memuji penampilannya di kelima foto tersebut.
[Aku tidak tahu mana yang paling aku suka, semua fotomu cantik sekali.] pujinya.
[Terima kasih. Terima kasih atas baju-baju ini. Kau baik sekali.] jawab Finland.
[Kebaikanku berpamrih kali ini...] masuk SMS dari Caspar lagi.
[Uhmm.. pamrih? Kau menginginkan sesuatu?]
[Aku menginginkan sesuatu.]
Waduh... Finland menjadi ragu menerima pakaian-pakaian pemberian Caspar. Ternyata kali ini ia berpamrih...
[Apa yang kau inginkan?] tanya Finland kemudian.
[Aku menginginkan waktumu.] balas Caspar [Aku mau kau ambil cuti 3 hari dan menemaniku liburan.]
Aha!
Finland sekarang sudah bukan karyawan percobaan dan ia sudah bisa mengambil cuti tanpa harus kena potong gaji. Cuti 3 hari tidak terlalu menyulitkan. Ia akan mengabulkan permintaan Caspar yang ini.
[Baiklah. Sebutkan saja tanggalnya.]
[Akhir bulan ini.]
[Oke.]
Finland menyimpan ponselnya dan kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke De Lune.
Jam 7.30 Finland sudah tiba di depan De Lune Restaurant diantar Jadeith. Karena tidak ada orang yang mengenalnya di sana, Finland langsung turun tanpa harus sembunyi-sembunyi, Ia mengenakan pakaian koleksi terbaru La Pearl yang sangat mahal dan pelayan penjaga pintu yang melihatnya turun dari Rolls Royce segera menyambutnya dengan hangat.
"Kantor saya ada reservasi di sini, dari LTX International." kata Finland kemudian.
"Baik, Nona. Silakan ikut saya."
Finland diarahkan ke ruang makan VIP yang tertutup dari ruang restoran utama. Di sana telah ada Lilly dan Tony yang datang beberapa menit sebelum dirinya. Mereka berdua tampak terkesan melihat penampilan Finland.
"Bajumu bagus sekali," puji Lily sungguh-sungguh. "Ini koleksi terbaru House of La Pearl, baru keluar minggu kemarin. Di mana kau dapat versi KW yang begini mirip? Sekilas pandang orang akan mengira kau memakai barang asli."
Finland menggeleng berusaha merendah, "Bagus ya? Terima kasih, aku asal pilih saja."
Tentu saja karena Finland karyawan miskin, Lily mengira pakaian mahal yang dipakai Finland adalah barang palsu alias KW. Finland tidak terlalu memusingkannya, yang penting ia tampil baik sesuatu dengan tuntutan perannya.
"Kita datang lima menit lebih awal. Sebentar lagi klien akan datang." kata Tony kemudian.
Benar saja,, lima menit kemudian datang 3 orang pria Amerika, seorang di antaranya keturunan China, yang dua adalah pria kulit putih. Mereka masuk dan memperkenalkan diri sebagai orang dari Atlas Corp.
"Perkenalkan ini William Chan, direktur engineering kami, yang kebetulan mampir dalam perjalanannya ke Beijing. Saya Noah Janssen, Manajer Marketing, dan ini Jonathan Brown asisten manajer Marketing."
Mereka semua saling bersalaman, dan gantian Tony Wu yang memperkenalkan tim-nya.
"Ini Lily, dia asisten saya di marketing untuk kawasan Asia Timur, dan ini Finland untuk Asia Tenggara. Kami tak sabar bisa bekerja sama dengan Atlas Corp." kata Tony kemudian.
Mereka lalu memesan makanan dan berbincang-bincang tentang bisnis dalam suasana yang hangat. Dari awal datang jelas terlihat bahwa kecantikan Finland membuat tamu-tamu dari Atlas Corp tertarik. Mereka bertiga, terutama Noah tampak berusaha lebih banyak berbincang-bincang dengan Finland daripada kepada Tony ataupun Lily.
Noah adalah laki-laki berumur hampir 30 tahun yang berwajah menarik. Ia tampan tetapi tentu tidak bisa dibandingkan dengan Caspar. Ia tak bisa melepaskan pandangannya dari Finland, dan membuat gadis itu agak resah. Ia makan pelan-pelan dan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan Noah seperlunya.
[Jean... tolong aku, dong...]
Ia akhirnya mengirim SMS kepada Jean untuk minta bantuan.
[Ada apa?]
[Aku sedang makan malam dengan klien perusahaan. Orangnya agak flirty dan aku susah mencari cara untuk membuat dia sadar bahwa aku tidak tertarik kepadanya.]
[Kau di mana?]
[De Lune Restaurant.]
[Tunggu di sana ya.]
"Jadi kalau saya mau ke Bali dari sini sudah gampang ya?" tanya Noah kepada Finland. "Kan sayang kalau sudah datang jauh-jauh dari Seattle, tapi tidak mampir ke Bali."
"Iya, cuma terbang 2,5 jam dari Singapura, kalian bisa sampai di Bali." jawab Finland berusaha tetap terdengar ramah.
"Tapi orang bilang Bali itu sangat romantis. Rasanya tidak pas kalau ke sana sendirian." Noah tertawa, "Kalian dari LTX kenapa tidak ikut ke Bali saja? Kita bisa lanjutkan meeting di sana, sekalian bertemu potential clients."
Tony tampak mempertimbangkan usulan itu, tetapi Finland justru sebal. Ia tahu maksud Noah. Ia pasti ingin ditemani di Bali. Ugh, aku bukan gadis semacam itu, pikir Finland.
Mereka masih membicarakan tentang Bali ketika tiba-tiba Jean muncul diantar pelayan restoran.
"Hei, sayang... " Jean menghampiri Finland dan mencium keningnya, "Kebetulan sekali, aku juga ada meeting di sini dengan klien. Nanti kalau kau sudah selesai makan malam, tunggu aku, biar kita pulang bersama."
Semua orang di meja Finland memandang adegan itu dengan wajah terkejut. Finland juga terkejut karena ia tak menyangka Jean akan mencium keningnya seperti itu dan pura-pura menjadi kekasihnya.
"Oh... iya, baiklah." jawab Finland tergagap. Jean mengedip dan mengusap kepalanya sebelum beranjak pergi ke sudut restoran utama.
"Itu... Jean, kan?" tanya Noah keheranan.
"Kau kenal?" tanya Finland. Ia tak mengira orang seperti Noah bahkan kenal juga dengan Jean. Ternyata sahabatnya itu populer sekali.
"Dia itu model untuk produk helikopter tunggal kami. Putri CEO kami adalah penggemarnya, jadi ia minta secara khusus agar Jean menjadi model dan ambassador produk kami." jawab Noah. Nadanya kedengaran agak getir. Sikapnya seketika berubah kepada Finland, tidak lagi menggoda seperti barusan.
"Oh..."
Finland tambah bangga kepada Jean. Ia tidak menyangka Jean sudah begini terkenal.
[Bajumu cantik sekali.] Tiba-tiba masuk SMS dari Jean ke ponsel Finland.
[Terima kasih. Caspar yang memborong satu butik kemarin, dan memindahkan semua produknya ke lemariku.]
[Seleranya bagus.]
[Terima kasih.]
Mereka lalu kembali melanjutkan diskusi tentang produk-produk Atlas Corp dan tidak ada lagi yang membahas tentang Bali. Sikap Noah dan teman-temannya kepada Finland menjadi sedikit lebih hormat.