Friedrich merasa sangat egois karena beberapa bulan terakhir ia sangat bahagia. Setiap hari ia bangun dengan wajah cantik Hannah di sampingnya. Ia belum pernah merasakan euphoria seperti saat ia memeluk tubuh gadis itu, menciumnya, dan bercinta dengannya.
Untuk pertama kalinya dalam umurnya yang belum 22 tahun, ia merasa benar-benar hidup. Memang ironis rasanya mengetahui bahwa ia baru merasakan hidup yang sebenarnya ketika usianya sudah hendak berakhir.
Siang itu mereka mengantar Karl ke bandara. Ia akan pergi ke London untuk sekolah asrama. Ia memutuskan untuk mengambil ujian persamaan SMA di Inggris agar nanti ia dapat masuk universitas. Alasannya, ia ingin menjadi orang yang berpendidikan. Padahal, Karl sengaja hendak memberikan waktu bagi Friedrich dan Hannah untuk berduaan saja setelah mereka menikah.
Awalnya Hannah menentang rencana adik iparnya itu, tetapi Karl meyakinkannya berkali-kali, hingga akhirnya gadis itu mengalah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com