webnovel

32. Makan malam sendiri

"Apa yang sedang Bunda katakan itu? Ayah tidak mengerti sama sekali, dan Ayah hanya akan mengajak Bunda makan siang bersama," sahut ayah Tama sambil menoleh sekilas kemudian kembali fokus ke tujuannya.

"Astaga, apa yang telah aku pikirkan? ternyata aku salah menilai suamiku sendiri, aku kira mau diusir dari rumah ini," gumam bunda Felicia sambil menatap wajah suaminya.

"Apa yang kau pikirkan sayang? ayo makan dulu!" ajak ayah Tama setelah dia mendudukkan istrinya di kursi depan meja makan.

"Ayah, Bunda belum lapar jadi, Bunda nanti saja makannya ya, tapi Bunda akan tetap menemani Ayah makan kok," sahut bunda felicia.

"Makan ya sayang sedikit saja nanti Ayah janji kalau Bunda makan kita akan mencari Meisya," rayu ayah Tama.

"Baiklah Ayah, tapi sedikit saja ya karena Bunda benar-benar nggak nafsu makan sayang," kata bunda Felicia yang mulai memasukkan nasi ke dalam mulutnya air matanya terus mengalir karena terus teringat akan menantunya yang sedang hamil muda.

"Bunda jangan menangis sambil makan nanti bisa tersedak sayang," pesan ayah Tama.

"Bagaimana nasib menantu kita, Ayah? kemana dia pergi? kenapa bisa dia berpikir untuk meninggalkan rumah seorang diri?" tanya bunda Felicia yang kembali menangis, sedangkan ayah Tama meletakkan sendoknya lalu mendekati sang istri dan memeluknya.

"Bunda tunggu di sini sebentar handphone Ayah ada di kamar, Ayah akan meminta para pengawal untuk mencari keberadaan menantu kita yang pergi, tapi Bunda jangan menangis lagi, dan Ayah mau nasi yang ada di piring ini sudah habis bunda makan semua," ucap ayah Tama lalu dia melepaskan pelukannya pada sang istri ketika bunda Felicia mengangguk, dan mulai makan.

...

Di tempat lain Daffa yang sedang berada di ruang kerjanya tidak lagi pulang ke tempat Jeslin, tetapi dia tidur, dan menginap di kantornya.

"Kenapa perasaanku tidak enak begini ya? aku seperti sedih sekali, tetapi aku tidak tahu apa yang sudah membuatku bersedih? seharusnya aku bahagia karena semalam telah membuat istriku bahagia, aah ... aku tidak dapat melupakan kejadian indah semalam, tetapi kenapa ketika aku bangun pagi hari istri cantikku tidak ada di kamar ya? Ayah bilang kalau sudah biasa dia pergi, tetapi ke mana? sudahlah biarkan saja dulu nanti aku akan bertanya padanya kalau mengunjunginya lagi," gumam Daffa sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Tuan ...."

"Astaga Roy, kau membuatku terkejut saja, kalau aku jantungan terus mati bagaimana? anakku tidak akan ada Ayah lagi dong," gerutu Daffa sambil mengusap dadanya.

"Maaf Tuan, saya sudah mengetuk pintu, dan memangil anda berkali-kali, tetapi anda tidak juga menyahut malah tambah asik dengan khayalan anda itu," sindir Roy.

"Kau itu mengganggu aku saja Roy, cepat katakan ada apa kau datang kemari?" ucap Daffa yang mengalihkan pembicaraan.

"Saya mau pamit pulang Tuan, tapi anda mau pulang ke mana? apa mau saya antar lebih dulu atau mau pulang dengan mengendarai mobil sendiri?" tanya Roy.

"Biarlah aku pulang sendiri saja Roy jadi, kalau kau mau pulang silahkan saja karena aku tidak perlu kau antar," sahut Daffa yang kembali dengan khayalannya.

"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan," pamit Roy, tapi atasannya itu tidak menanggapinya lagi lalu Roy keluar dari ruangan itu, dan pulang ke rumahnya.

"Sebaiknya aku pulang ke rumah dulu, dan bersiap-siap," kata Daffa.

Setelah itu Daffa menutup laptopnya, kemudian memasukkan handphone ke dalam saku lalu keluar kantor kembali ke rumahnya.

"Bik Uti siapkan makan makam, karena malam ini saya mau makan malam di sini," ucap Daffa, ketika dia bertemu dengan bik Uti di depan tangga.

"Siap Tuan," sahut bik Uti, kemudian bik Uti melihat majikannya naik ke atas masuk ke dalam kamarnya.

"Kasihan sekali Tuan Daffa, entah siapa yang sebenarnya bersalah dalam masalah ini? tapi tetap saja yang terkena imbasnya itu Tuan Daffa," gumam bik Uti lalu dia berbalik kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam yang telah diperintahkan tuan mudanya.

Satu jam kemudian

Tok tok tok

Ceklek

"Iya Bik, ada apa?" tanya Daffa.

"Makan malam sudah siap Tuan, apa Tuan mau makan malam di meja makan atau makan di kamar?" tanya bik Uti setelah menjawab pertanyaan dari majikannya.

"Saya makan malam di meja makan saja Bik," sahut Daffa yang langsung menutup pintu kamarnya, dan mengikuti bik Uti ke meja makan.

"Apa ada lagi yang Tuan butuhkan?" tanya bik Uti setelah mengambilkan nasi untuk majikannya.

"Tidak ada Bik terima kasih," jawab Daffa yang mulai makan.

"Kalau begitu Bibik permisi dulu Tuan, jika Tuan membutuhkan bantuan Bibik ada di belakang," sahut bik Uti yang hanya dijawab anggukan oleh Daffa, kemudian bik Uti meninggalkan majikannya makan malam sendirian di meja makan.

"Padahal semua makanan ini yang aku suka, tetapi kenapa aku tetap tidak berselera makannya? apa bisa aku menganggap masih single biar selera makan lagi?" ucap Daffa yang terus memaksakan dirinya untuk terus makan.

"Akhirnya aku bisa menghabiskan makan malam ini juga biar pun aku tidak bisa menikmatinya, tetapi tidak apa-apa yang penting aku kenyang," gumam Daffa lalu dia mengelap mulutnya dengan tisue, kemudian meninggalkan meja makan, dan kembali ke kamarnya.

"Aku bingung, apa yang harus aku lakukan lagi setelah berada di dalam kamar ini? untung saja sebelum aku bertemu dengan istriku makan malam itu sudah dibatalkan lebih dulu, kalau tidak pasti dia akan menungguku, tapi kenapa aku malah memikirkan perasaannya?" ungkap Daffa setelah dia berada di kamarnya, lalu Daffa membaringkan tubuh, dan pikirannya yang lelah di atas ranjang, kemudia dia memejamkan matanya.

Drrrrt ... drrrrt ...

"Astaga, siapa yang menggangguku malam-malam begini? baru saja mau memejamkan mata sudah ada gangguan, kenapa aku sampai lupa mematikan handphone tadi?" keluh Daffa lalu dia mengambil handphonenya yang ada di atas nakas itu, dan melihatnya kemudian diangkat.

Daffa: Iya Roy, ada apa kau menggangguku malam-malam begini? apa kau tahu kalau aku itu baru saja mau istirahat?

Roy: Maaf Tuan, tapi ada pesan dari Istri muda anda

Daffa: Memangnya ada apa dengannya? bukankah aku sudah menyiapkan dua pengawal untuknya, lalu apa lagi masalahnya?

Roy: Benar Tuan, tetapi yang menjadi suaminya itu anda jadi, hanya anda bisa melakukannya

Daffa: Dasar menyusahkan aku saja memangnya apa yang diinginkan wanita itu? sampai harus aku sendiri yang turun tangan langsung

Roy: Istri anda ingin makan masakan anda malam ini Tuan, apa Tuan mau datang, dan masak makanan untuk istri anda itu?

Daffa: Sebelum aku menjawabnya, aku mau bertanya dulu padamu, apa kira-kira aku akan datang, dan memasakann makanan yang diinginkan oleh wanita itu?