Roy: Kalau melihat sifat Tuan, anda tidak akan datang
Daffa: Bagus kalau kau tahu jawabannya memang aku tidak akan, dan tidak mau datang, karena aku memng tidak peduli padanya, dasar tidak tahu malu sudah merusak hubunganku dengan istriku sekarang malah berani meminta yang tidak akan mungkin bisa aku kabulkan, sudahlah Roy jangan ganggu aku lagi
Roy: Baik Tuan selamat malam
Lalu Daffa menutup panggilan telepon itu, dan melanjutkan tidurnya.
"Maaf Nona, Tuan Daffa sedang istirahat, dan dia bilang tidak mau diganggu," ucap Roy yang menyampaikan pesan dari atasannya.
"Baiklah, terima kasih Tuan Roy, kalau begitu saya kembali ke kamar saja," sahut Jeslin.
"Bagaimana dengan makanannya Nona? bukankah anda bilang tadi lapar, kenapa tidak makan makanan yang ada saja? atau apa anda mau saya masakkan makanannya?" tawar Roy.
"Kalau Tuan mau, saya tidak masalah sama sekali, tapi saya tidak mau merepotkan Tuan Roy, dan saya juga takut kekasiih Tuan akan marah kalau Tuan Roy ada bersama saya malam-malam begini," gumam Jeslin, tapi masih bisa didengar oleh Roy.
"Anda tenang saja Nona, saya belum memiliki pacar jadi, anda jangan khawatir tidak ada yang akan marah kepada saya, ayo Nona kita ke belakang sekarang," ajak Roy yang langsung mendahului melangkah ke arah dapur.
"Terima kasih Roy telah baik padaku, tapi kenapa kau tidak membenciku? padahal aku telah merusak rumah tangga atasanmu itu," sahut Jeslin.
"Jangan terlalu dipikirkan Nona, kalau begitu makanan apa yang anda ingin saya masak sekarang?" tanya Roy.
"Sebenarnya aku hanya ingin melihat suami yang sedang masak Roy jadi, apapun jenis masakannya aku tidak masalah yang penting kau memasak, dan aku yang memandangimu," sahut Jeslin.
"Baiklah, karena pekerjaanku sudah selesai Nona boleh memandangku sepuasnya," ucap Roy yang mengambil apron, dan memakaianya.
"Tuan Roy bolehkah aku yang memakaikan apron itu padamu," pinta Jeslin sambil menunduk.
"Boleh, silahkan saja tidak usah takut Nona," sahut Roy sambil tersenyum kecil lalu dia menyerahkan apron itu ke tangan Jeslin.
"Bisakah anda menunduk sedikit Tuan Roy tangan saya tidak sampai," pinta Jeslin setelah menerima apron dari tangan Roy.
"Kau ini, kenapa tubuhmu bisa kecil begitu? ya sudah jangan sedih cepat pakaikan apronnya," kata Roy yang menundukkan sedikit tubuhnya lalu Jeslin memakaikan apron itu ke tubuh Roy, dan memutar ke belakang untuk mengikat talinya.
"Terima kasih Tuan," ucap Jeslin lalu dia mundur beberapa langkah agar Roy bisa masak lebih nyaman.
Jeslin terus memandangi Roy memasak dengan khusyuk, dan penuh penghayatan, kadang sesekali dia tersenyum sambil mengusap perutnya sampai tidak terasa sudah tiga puluh menit.
"Nona Jeslin ... hallo ... apa yang anda khayalkan sampai bisa tersenyum sendiri seperti itu? apa anda telah memikirkan sesuatu yang kotor?" tanya Roy yang mengagetkan Jeslin ketika dia sedang asik melamun.
"Roy, kau mengagetkan aku saja, aku tidak memikirkan hal yang kotor kok, aah ... maaf maksudku Tuan Roy," ucap Jeslin dengan menunduk takut yang sudah sadar kalau keceplosan bicara.
"Jangan takut aku tidak akan marah padamu, dan mulai sekarang kau boleh memanggilku dengan nama saja tidak perlu pakai Tuan lagi, tapi kalau kau masih terasa risih dengan menyebut namaku maka kau panggil aku abang, atau Mas saja," ungkap Roy yang membuat Jeslin terkejut akan reaksi yang ditunjukkan oleh asisten suaminya itu.
"B-baiklah Abang terima kasih, tapi apa masakannya sudah matang? aku sudah tidak kuat lagi menahan aroma wangi dari masakan itu," sahut Jeslin dengan malu-malu.
"Ha ha ha ha ha ... kau itu lucu sekali Nona, masakannya sudah matang kok, kalau begitu Nona tunggu saja di meja makan saya akan membawa makannya, dan menyajikannya langsung untuk Nona," ucap Roy.
"Tentu, aku akan menunggumu di meja makan," sahut Jeslin yang langsung kabur meninggalkan Roy dengan muka memerah.
"Astaga, kenapa semua Istri Tuan Daffa menggemaskan?" gumam Roy lalu dia membawa makanan yang telah dia masak ke meja makan.
"Wah Roy, baru melihat penampilannya saja aku sudah tergoda, dan sepertinya masakanmu sangat enak sekali," puji Jeslin ketika melihat masakan Roy yang terhidang dihadapannya.
"Silahkan Nona, aku tidak tahu anda suka, atau tidak tetapi yang pasti inilah hasil dari masakannya," urai Roy lalu dia duduk di depan Jeslin.
"Terima kasih Roy, aku makan ya," ucap Jeslin yang langsung menyendok makanan itu, dan memasukkannya ke dalam mulut lalu mengunyahnya dengan perlahan.
"Bagaimana rasanya Nona? apa anda menyukainya?' tanya Roy yang tidak sabaran.
"Mm ... enak banget Roy, aku suka dengan masakanmu ini, dan aku juga nggak menyangka kalau kau pintar sekali memasak, pasti istrimu nanti akan menjadi wanita paling beruntung karena selalu bisa dimasakin setiap saat," puji Jeslin ketika dia telah menghabiskan semua masakan yang dibuat Roy.
"Terima kasih atas pujiannya Nona, tetapi sepertinya tidak ada yang mau dengan pria seperti saya," ucap Roy.
"Jangan berkata seperti itu Roy, kau orang yang baik buktinya kau mau membuatkan aku makanan padahal aku telah merusak hubungan rumah tangga atasanmu," tegas Jeslin yang menunduk sedih.
"Sudahlah Nona jangan dipikirkan lagi sekarang Nona masuklah lagi ke dalam kamar, lalu beristirahatlah saya mau pulang dulu karena malam sudah semakin larut," tutur Roy yang mulai beranjak dari sana, dan berbalik meninggalkan Jeslin yang terus menatapnya sampai menghilang di balik pintu utama.
"Terima kasih Roy, kau sudah membuktikan masih ada orang yang peduli pada wanita seperti aku, dan aku sangat mengagumimu alangkah beruntungnya wanita yang akan menjadi istrimu nanti, kalau aku terlahir kembali aku mau menjadi istrimu Roy," gumam Jeslin lalu dia meletakkan piring kotornya di wastafel, dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Jeslin menggosok gigi, kemudian mencuci wajahnya setelah dia kembali ke dalam kamar lalu dia membaringkan tubuhnya yang mulai berisi itu di atas ranjangnya, dan matanya menatap langit-langit kamar sampai tidak terasa air matanya sudah mengalir deras.
"Apa aku salah kalau menginginkanmu masak? apa aku tidak boleh mencintai laki-laki yang telah menjadi suamiku sendiri? aku ini sunguh bodoh sekali kenapa bisa sangat mencintai laki-laki yang sudah memiliki seorang istri? padahal aku sudah tahu siapa seharusnya pria yang pantas aku cintai?" gumam Jeslin yang menangis tersedu-sedu, dia tidak dapat lagi membendung air matanya.
...
Di tempat lain setelah Roy keluar dari rumah istri muda atasannya, dia langsung masuk mobil, dan pulang ke rumahnya yang jarakanya lumayan jauh dari rumah itu.
"Ada apa dengan diriku ini? kenapa aku sangat peduli padanya? sampai aku rela datang jauh-jauh ke sini padahal dia sudah menghancurkan kehidupan Nona Meisya, dan aku sudah tidur dengan nyenyak di kamar," gumam Roy sambil terus mengendarai mobilnya.