webnovel

Setitik Cahaya

" dis! gue harap Lo gak pernah deket sama cowok lain selain gue! ", aku mematung mendengarnya. Kalimat itu tidak pernah dipikirkan oleh seorang Adisha. Dia hanya mengikuti alur membawanya kemana. Dia pikir itu hanya sekedar kalimat biasa dari seorang Dave. Namun siapa sangka tanpa sadar dia menuruti perkataan itu. Hingga saatnya tiba, apakah seorang Dave akan bertanggung jawab dengan kalimt yang diucapkannya? Entahlah! hanya takdir yang tahu! Seorang gadis remaja yang menghabiskan masa SMA nya dengan sahabat terbaiknya. Adisha yang belum pernah merasakan cinta sebelumnya kemudian ada seseorang yang mulai menunjukkan perhatian lebih terhadapnya. Tapi apakah adisha menyadari hal itu? Adisha yang selalu cuek dengan kehidupan percintaannya lalu ada seseorang yang mulai menunjukkan keseriusannya. Disamping itu Adisha banyak mengalami tekanan dalam keluarganya. Dengan hal itu bagaimana Adisha menjalani kehidupannya? ⚠️ CERITA INI BENAR-BENAR FIKSI!!

Viaaf09 · Adolescente
Classificações insuficientes
44 Chs

10 Karya tulis ilmiah!

Saat istirahat kami bertiga benar-benar mengerjakan karya tulis ilmiah untuk lomba. Sesuai dengan kesepakatan kemarin, kami mengerjakannya diperpustakaan. Kami duduk dimeja yang sudah disediakan disini. Fara dan aku duduk bersebelahan sedangkan Gerald duduk didepan kami. Gerald mengeluarkan laptopnya.

" hai dis! udah gak marah? ", tanya Gerald dengan menampilkan senyum manisnya. Nih orang niat banget deh bikin anak orang malu!

" haha maaf ya ge untuk tadi, aku gak ada niatan marah kok ", aku mencoba kalem dan tertawa hambar. Beneran deh tadi aku gak marah kok!

cuma kesel aja!

" haha tapi kamu lucu loh dis kalo lagi marah gitu, ya nggak ge? ", Fara tertawa dan dibalas anggukan oleh Gerald juga. Dan aku mencubit perut Fara agar dia bisa berhenti menggodaku. Pasalnya sejak kejadian tadi pagi Fara terus saja menggoda dan menertawakan ku. Emang apanya sih yang lucu? Perasaan aku ngomong bener deh, cuma ekspresiku aja yang gak biasa!

" aaaww ", Fara mengaduh kesakitan. Padahal ya cubitanku gak sungguhan. Lebay deh Fara! tapi itu memang tujuanku sih biar dia berhenti menertawakanku. Apalagi ditambah Gerald juga tertawa. Lengkap sudah penderitaanku. Sepertinya aku harus merubah sikapku deh! yang lebih kayak Fara gitu.

Fara akhirnya berhenti menggodaku.

" yaudah yaudah ayo kita bahas lombanya aja deh, kasihan Disha tuh ge, kita bully terus sejak tadi ", ucap Fara. Boleh gampar gak sih? kalimat awalnya sih udah bener, tapi kalimat terakhirnya ituloh bikin aku gereget deh sama Fara.

" nah gitu kek dari tadi ", sahutku. Fara hendak mengucapkan sesuatu, tapi aku sudah melotot padanya. Kalau dibiarin bisa lama urusannya.

" ok! seperti kataku tadi, aku sudah mulai menyusun sedikit untuk karya ilmiah kita dis! Ra! ", kata Gerald mulai menjelaskan.

" kamu memakai tema apa ge? ", Fara bertanya. Aku hampir lupa kalo sebelum menyusun pasti harus menentukan temanya dulu. Berarti Gerald sudah menentukan sendiri temanya dong! Dan berarti juga dia gak ngasih tau kami dulu!

" soal itu aku sudah menentukannya Ra! tapi kalo kalian tidak setuju terpaksa kita harus mulai dari awal lagi, karna kemarin aku menyusunnya sesuai dengan judul yang aku buat itu "

" memangnya apa judulnya? ", tanya Fara.

" Menjaga kesehatan Jantung gimana? kalian setuju? atau mau diganti aja? ", Tukas Gerald. Tak ada jawaban dari Fara. Aku menoleh kearahnya, ternyata dia bengong sendiri. Aku menyikut lengannya.

" Ra! gimana? kamu setuju nggak? ", tanyaku mengingatkannya.

" eh sorry sorry, maaf gimana tadi? oh...menjaga kesehatan jantung ya? emmm gimana ya...gimana kalo kita ganti aja yang lebih ke kesadaran lingkungan aja, jadi kita bisa menyadarkan masyarakat gitu, betapa pentingnya menjaga lingkungan, gimana? ", Fara memberikan ide lain.

" eh maaf ge! bukannya aku tidak setuju dengan idemu tapi aku pengennya karya tulis kita lebih memasyarakat gitu! aduhh gimana ya jelasinnya pokoknya gitu deh! kamu gak marahkan? ", lanjut Fara.

" emm aku sih setuju-setuju aja, ide Fara juga bagus kok lebih memasyarakat ", tambahku.

" yaudah deh kita buat judul baru, aku tidak masalah kok kalian tenang aja, terus kita buat judul apa nih? ", Ucap Gerald. Kami bertiga sama-sama memikirkan judul yang bagus dan cocok untuk tema yang kami ambil. Kami memang dibebaskan memilih tema apapun asalkan itu tidak meng-copy karya orang lain.

" gimana kalo ' Pengaruh Teknologi terhadap Lingkungan ' ? ", aku memberi usul. Mereka berdua menatapku. Gerald menjentikkan jarinya.

" haaa! bagus tuh dis, kita jadi bisa membahas dua hal dalam satu penulisan, tentang teknologi juga lingkungan yang saling berkaitan, aku setuju dis! ", ucap Gerald antusias. Aku senang mendengarnya.

" aku juga setuju dis, itu ide yang bagus, ayoo kita mulai menyusunnya ", Fara juga setuju.

Sekarang kami mulai menyusunnya, dimulai dari bab pertama, pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian. Fara yang mengetiknya. Tentu saja memakai laptop Gerald. Aku dan Gerald yang mendikte Fara. Kami memikirkan rangkaian kalimat yang harus kami susun untuk pendahuluannya. Sesekali Fara juga memberi ide tulisan. Kami saling bekerja sama membuat karya tulis ilmiah ini. Sesekali kita juga bercanda untuk menghilangkan penat karena terlalu serius berpikir. Dengan Fara yang cerewet suasana menjadi lebih asik dan santai. Gerald juga ternyata orang yang menyenangkan. Dan aku? jangan tanyakan lagi! aku hanya bisa ikut tertawa dengan mereka. Eh tapi juga kadang aku menyahuti kok.

Bel pun berdentang dengan keras menyuruh seluruh siswa untuk masuk ke kelas masing-masing. Dan kami bertiga juga harus menyudahi pertemuan kami. eaakk! gaya amat bahasanya! pakek ngomong pertemuan segala! kayak orang penting aja. Hahaha gapapalah! biar kerenan dikit.

Selama istiharat, kami hanya menyelesaikan bagian latar belakang doang. Ini sih kebangetan! berarti dari tadi kita lebih banyak bercandanya dari pada ngerjainnya dong. Tak apalah masih ada waktu dihari-hari berikutnya.

" kalian dari mana aja? kok gue gak liat kalian pas istirahat ", tanya Dave yang sudah nangkring di kursi Fara. Otomatis aku sedikit ragu untuk duduk dikursiku.

" kepo banget sih Lo! ", seperti yang kalian tau duo sejoli ini jarang banget bisa akur. Aku aja sampai heran melihat mereka yang selalu aja berantem. Sampai-sampai aku terbiasa dengan tingkah laku mereka.

" siapa juga yang kepo! gue kan nanya dodol ", elak Dave. Dan jangan lupakan ejekannya juga. Dia baru saja menyebut Fara 'dodol'. Siap-siap aja bakal ada ledakan disini.

" terserah Lo! gue gak peduli! minggir sana dua wanita cantik mau duduk ", kata Fara menekankan kata 'cantik' berniat menggoda Dave.

" idiiihh Disha aja yang cantik kalo lo tuh jelek ", ucap Dave berdiri dan beranjak pergi. Sebelumnya dia sempat menjitak kepala Fara. Aku terkekeh mendengarnya. Please Disha! jangan gede kepala! Dave hanya bermaksud membuat Fara sebel aja dis! gak lebih!

" elo tuh jelek kayak monyet ragunan! ", balas Fara yang tak mau kalah dengan Dave. Dave hanya tertawa dan berkata 'bodo amat' ditempat duduknya. Seketika aku teringat saat Fara mengatai Dave dengan monyet ragunan, kemarin kak Genta juga bilang kayak gitu ke aku. Kasihan amat tuh monyet dibuat bahan ejekan. Yang sabar ya nyet! wkwkwk.

Kan apa aku bilang! disekolah selalu saja menyenangkan. Karna selalu ada Fara yang bisa membuat suasana lebih hidup. Aku senang sekali berteman dengannya. Aku harap pertemanan kita gak pernah rusak apalagi kalo gara-gara cowok. Jangan deh!

Setelah perdebatan Fara dan Dave tadi, Bu Hanin memasuki kelas. Beliau adalah guru PKN disekolah ini. Ini adalah pelajaran yang aku tidak suka. Karena PKN pasti membahas dunia politik dan hukum negara. Membuatku teringat papa dan mama. Tapi karna aku warga negara yang baik jadi setidaknya aku harus taulah kulit luarnya PKN hahaha.

Bu Hanin mulai menjelaskan materi hari ini. Beliau kalo ngajar enjoy. Kami para murid bisa santai dan bertanya apapun. Biasanya kelas akan sangat berisik jika Bu Hanin yang ngajar.

" .....baik ada yang ditanyakan? ", Bu Hanin selesai menjelaskan materi hari ini dan memberi kesempatan kita untuk bertanya. Salah seorang siswa mengangkat tangannya. Dia adalah tesya, salah satu murid yang pintar dikelas ini.

" Bu apa ibu tidak tertarik bekerja didunia politik? menjadi mentri misalnya? kayaknya ibu cocok deh ", semua mata tertuju pada Bu Hanin. Menunggu jawaban darinya. Yakan? apa aku bilang! kita bisa bertanya apapun meski melenceng dikit dari pembahasan. Bu Hanin tersenyum pada kami sebelum menjawabnya.

" kalo ditanya apa ibu tertarik dengan dunia politik? jawabannya iya, ibu memang tertarik belajar politik makanya ibu mengambil jurusan ilmu politik. Tapi kalo ditanya apa ibu berminat bekerja dan masuk didunia politik yang sesungguhnya? jawabannya adalah tidak ", mendengar jawaban Bu Hanin membuat kita penasaran. Kami semakin antusias mendengar Bu Hanin melanjutkan kalimatnya.

" ...kenapa? karena tanggung jawabnya sangat besar. Dunia politik itu tidak sesimple apa yang kalian pikirkan. Politik itu seperti halnya permainan taktik. Susah mengetahui siapa yang benar-benar lawan kita atau siapa yang benar-benar teman kita. Tidak setiap teman bisa menjadi sahabat bukan? Dan setiap musuh boleh jadi teman kita. Permainan politik itu sangat menakutkan, apapun bisa terjadi didunia politik. Mungkin awalnya merangkul kita seperti halnya teman tapi dibalik itu kita tidak tahu apa dia benar-benar tulus menganggap kita teman ataukah itu hanya taktik saja untuk memperdaya musuhnya. Yahh kurang lebih seperti itulah gambarannya. Tapi itu semua tergantung oknumnya sendiri juga. Bagaimana caranya dia bisa menjalankan tugas politiknya dengan baik atau tidak. Oleh karena itu ibu lebih tertarik membagikan ilmu ibu pada kalian dan bisa tersenyum saat mengajar kalian. Di dunia politik sesungguhnya belum tentu senyuman yang diberikan itu tulus dari hati atau tidak. Dari sini kalian sudah mengerti? ", Bu Hanin menjelaskan panjang sekali pada kami.

" mengerti buuu ", jawab murid serempak.

" bagusss, tapi ibu tidak melarang kalian jika kalian ingin bekerja didunia politik nanti. Tapi ibu harap kalian bisa menjadi oknum yang bertanggung jawab dengan tugas kalian. Disini apa ada yang ingin bekerja didunia politik? menjadi mentri atau presiden mungkin? ", tanya Bu Hanin.

" saya Bu ", Rio mengangkat tangan. Semuanya terlihat heran karna Rio lah yang mengangkat tangan. Bukan apa-apa karna dia tuh terkenal malas sama kayak Dave. Bagaimana tidak? mereka aja udah sejoli gitu.

" iya Rio! kamu ingin jadi apa? ", tanya Bu Hanin kalem.

" saya ingin jadi mentri Bu ", seketika semua yang didalam kelas tertawa mendengar jawaban Rio. Bukan maksud meremehkan kok! Ya kaget aja seorang Rio yang pemalas bisa mempunyai cita-cita setinggi itu. Kalo aku bilang, itu keren sih sebenarnya. Aku bahkan tidak berminat dengan hal-hal yang berbau politik.

" waaah bagus sekali Rio! kalau ibu boleh tau kamu ingin menjadi mentri apa? ", tanya Bu Hanin sekali lagi.

" jadi mentri percintaan Bu ", seketika seisi kelas lebih tertawa lagi mendengar jawaban tak terduga darinya. Tapi kemudian menyorakinya.

" astaga Rio! ibu kira sungguhan kamu ingin jadi mentri, ada-ada saja kamu Rio! sudah anak-anak diam! ", Rio hanya nyengir tidak jelas duduk dikursinya. Dan kami semua diam meski masih tersisa suara bisik-bisik akibat ulah Rio.

" baik anak-anak pelajaran kali ini cukup sampai disini. Ibu mau mengingatkan untuk lebih serius belajar. Karena minggu depan kita sudah ujian semester 1. Ibu harap kalian mempersiapkannya dengan baik dan mendapat nilai diatas rata-rata atau minimal mendapat nilai rata-rata. Karena kalo tidak kalian bisa ikut remidial nanti. Cukup itu saja yang ibu sampaikan", Bu Hanin mengakhiri pelajarannya dan pergi meninggalkan kelas. Setelah mendengar itu, suara gaduh mulai terdengar dikelas ini. Mereka membicarakan tentang ujian semester yang sudah dekat. Ada yang mengeluh karna harus belajar ekstra. Ada yang khawatir tidak bisa menghadapi ujiannya. Ada yang santai juga. Bahkan ada juga yang tidak peduli dengan ujian semester ini.

Kelas hari ini cukup menyenangkan, karena Bu Hanin yang mengajar. Ditambah dengan keusilan Rio tadi, suasana kelas menjadi lebih asik. Dan aku harus mulai mempersiapkan ujian semester untuk minggu depan. Hufft!

Terimakasih sudah menyempatkan membaca cerita author amatir ini.

Aku harap kalian tidak bosan dengan ceritanya;)

Viaaf09creators' thoughts