Suara air yang mengalir terdengar dari dalam kamar mandi. Bodyguard perempuan Xiao Han, Si Hui, berdiri di depan pintu dan mendengarkan tanpa bergerak. Selain suara air, dari dalam tidak terdengar suara apapun lagi. Dia pun mengetuk pintu pelan, "Nona Lan, apakah Anda sudah selesai mandi?"
Tidak ada suara dari dalam. Si Hui mendengarkan lagi selama beberapa saat, namun tetap saja tidak terdengar pergerakan apapun dari dalam. Dia pun mengerutkan keningnya dan dengan cepat membuka pintu.
Lan Qianyu berdiri diam di bawah shower, air dingin mengucur ke atas kepalanya. Tubuhnya pun gemetaran karena terkena guyuran air dingin itu. Mendengar ada seseorang yang menerobos masuk ke dalam kamar mandi, dia pun dengan panik segera mengambil handuk dan menutupi tubuhnya, "Siapa yang mengizinkanmu untuk masuk? Keluar!"
"Airnya dingin." Si Hui menutup keran shower dan mengulurkan tangannya membantu Lan Qianyu berjalan, "Ayo kita keluar, aku akan membantumu untuk berganti pakaian."
"Jangan sentuh aku, minggir…" Lan Qianyu melawan dengan penuh emosi, dia mengibaskan tangannya dan mendorong Si Hui, namun tanpa sengaja tangannya itu malah memukul wajahnya.
Si Hui terdiam kaget, namun dia kemudian berkata dengan tenang, "Kita sama-sama perempuan, aku tidak akan mencelakaimu. Ayo ganti baju di luar, aku sudah membawakan pakaian yang baru untukmu."
Kesabaran Si Hui membuat Lan Qianyu perlahan-lahan menjadi tenang. Dia mendongak dan menatap pipinya yang sedikit memerah, dengan rasa bersalah dia berkata, "Maaf." Kemudian mereka bersama-sama keluar dari kamar mandi.
Setelah berpakaian, Lan Qianyu duduk di atas sofa sambil memeluk lututnya dan menunduk tanpa berkata apapun. Si Hui mengeringkan rambutnya. Saat itu tiba-tiba pintu kamar didorong terbuka. Lan Qianyu sejenak gemetaran, dia mendongak dan melihat Ye Yan. Wajahnya pun langsung berubah, dia memelototi Ye Yan dengan penuh kebencian dan meraung marah, "Keluar, keluar!"
Lan Qianyu melemparnya dengan bantal sofa, Ye Yan tidak menghindar dan hanya melihatnya seperti melihat seorang anak kecil yang mengamuk. Lan Qianyu lalu mengambil asbak dan melemparkannya, kali ini Ye Yan menghindar dengan gesit.
"BUK!" Asbak itu pun menghantam dahi Xiao Han yang berdiri di belakang Ye Yan. Darah segar berwarna merah pun keluar dari dahinya dan mengalir turun ke matanya. Semua terkejut melihatnya, namun kening Xiao Han bahkan sama sekali tidak berkerut, dia hanya berkata, "Tambah satu lagi bekas luka. Kamu masih tetap saja pemarah."
Xiao Han sama sekali tidak peduli, asal Lan Qianyu bisa melampiaskan kemarahannya, dia rela melakukan apapun. Kalau saja sakit di tubuhnya mampu meredakan sakit di hatinya, walaupun Lan Qianyu membencinya, memukulnya, ataupun memakinya, dia tetap rela.
Lan Qianyu tidak bergerak sedikit pun, dia hanya terus memandang Xiao Han dengan sorot mata penuh kebencian. Matanya yang dipenuhi pembuluh darah berwarna merah terlihat seperti akan menyemburkan darah…
"Ck ck ck!" Ye Yan mengeluh.
Xiao Han memelototinya, "Kau tidak bicara juga tidak ada yang menganggapmu bisu!"
"Tuan!" Si Hui bergegas menghampiri Xiao Han dan menghentikan darah yang mengalir di dahinya. Xiao Han memakai perban untuk menutupi lukanya, dia lalu berjalan ke depan Lan Qianyu dan membungkuk memandangnya. Dia berkata dengan lembut, "Qianyu, ayo kita pulang!"
Kemudian dia mengulurkan tangan dan memeluknya.
"Minggir…" Lan Qianyu berteriak, kedua tangannya memukul dada Xiao Han dengan kuat. Mungkin dengan cara seperti ini dia dapat sedikit melampiaskan kebenciannya.
"Sepertinya dia tidak mau ikut pergi denganmu." Ye Yan tertawa jahat, "Biarkan dia tetap di sini saja. Dia sudah menjadi milikku."
"Diam!" Xiao Han dan Lan Qianyu bersama-sama berseru marah, mereka pun memelototi Ye Yan dengan pandangan penuh kebencian yang serupa.
Ye Yan mengangkat bahunya. Dia lalu duduk di sofa sebelahnya dan mengangkat kakinya dengan anggun, "Kalau begitu bagaimana? Kamu ikut dengannya atau tetap di sini?"
"Jangan bicara sembarangan." Xiao Han memelototinya sekilas, dia lalu mengangkat Lan Qianyu sekali lagi. Kali ini Lan Qianyu tidak melawan. Ye Yan tertawa bengis dan berkata, "Hati-hati di jalan, aku tidak mengantar kalian." Namun tidak ada yang melihat kekecewaan di hatinya…