Plak!!
Tamparan keras mendarat di pipi kanan Panji. Siapa lagi yang berani main fisik seperti ini kalau bukan ayahnya sendiri? Satya memang jarang di rumah, jarang pulang apalagi menyempatkan sedikit waktunya hanya untuk mengajarkan beberapa pelajaran hidup kepada Panji. Tapi kalau masalah didikan, Satya adalah tipe orang yang langsung main tangan kepada anaknya sendiri.
Dia tidak suka melihat Panji melawan, apalagi sampah menjawab ucapannya dengan fakta yang menyebalkan. Satya memang mengajarkan kepada Panji agar menjadi seorang laki-laki harus berani. Berani mengungkapkan apa yang menurutnya salah, tapi bukan berarti Panji berani menentang Satya.
"Berani kamu melawan Papah lagi, Papah seret kamu ke depan, bales pukulan Papah."
Panji tidak memberikan reaksi apa-apa selain diam dan menatap datar wajah Satya yang terlihat memerah. Pria itu sepertinya benar-benar emosi sekarang. Tamparan tadi memang sakit, tapi akan jauh lebih sakit jika dia memilih menuruti apa mau Satya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com