Daisy duduk di sebuah kursi tepatnya di teras samping. Gadis yang masih hanya memakai lingerie hitam dan jubah tipis itu hanya terdiam menatap pemandangan pagi yang sungguh cerah, menyejukkan, sungguh kontras dengan suasana hatinya yang sedang kesal karena tindakan Alexander yang lancang menebusnya sedangkan dia belum siap, apalagi dia memikirkan nasib Clarissa.
'Ya Tuhan, sebenarnya takdir macam apa ini? Kenapa aku selalu dalam kesulitan? Kenapa aku tidak bisa seperti gadis lain yang bisa bebas begitu saja tanpa ancaman atau tekanan? Kenapa dunia seperti tidak adil padaku?' Daisy bertanya-tanya dalam hati, merasa begitu muak dengan situasi yang ada. Dia tidak bisa berhenti membayangkan mungkin saja Clarissa menunggunya sedangkan dia tidak akan tinggal di sana lagi. Dia membayangkan bagaimana sahabatnya itu akan melalui hari-hari tanpanya sedangkan selama ini mereka saling mendukung dan membantu.
Daisy bersedekap tangan, mengusap air matanya yang menetes begitu saja. Kali ini dia benar-benar merasa muak, sedih, hingga air matanya pun menetes padahal dia pantang menangis karena selalu menganggap dirinya adalah gadis yang kuat.
"Daisy ...."
Daisy menoleh ke samping, mendapati Pierce datang menghampirinya. Melihat pria berpakaian rapi berupa setelan jas hitam tanpa dasi itu membuatnya sungguh muak, karena pria itu ikut andil dalam upaya Alexander menebusnya dari Nicole. Gadis itu memalingkan wajah, enggan memperdulikan pria itu.
"Aku menyesal karena sahabatku menyukai kamu, padahal kamu tidak jauh berbeda dengan Alexander yang suka bertindak lancang!" ucapnya tanpa menoleh.
"Jadi, temanmu menyukai aku?" Pierce tersenyum, membayangkan hari-hari sebelumnya pasti Clarissa sudah mengatakan tentang ketertarikan padanya pada Daisy. uhg, dia menyebalkan, seharusnya dia segera memberitahu Daisy!
"Ya," singkat Daisy. "tapi kurasa perasaan itu salah karena kamu bukan pria baik. Aku benci kamu ... Kamu pasti yang sudah membantu Alexander dalam proses menebus aku pada madam Nicole!" lanjutnya ketus, masih diliputi oleh emosi.
Pierce menghela nafas, kemudian duduk di kursi di hadapan Daisy berseberangan dengan sebuah meja bundar yang terbuat dari kayu yang dicat berwarna natural. Dia menatap Daisy yang cantik,sexy dan juga sangat ketus, jauh berbeda dengan Clarissa yang sangat lembut dan berpakaian lebih tertutup.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Daisy dengan tatapan aneh pada Pierce.
"Tidak apa-apa," jawab Pierce, lalu melirik ke arah pintu yang terbuka hingga dia sedikit bisa melihat suasana dalam ruangan yang sangat sepi. "Seharusnya kamu bersyukur karena Tuan Alexander menebusmu dari madam Nicole. Kamu akan memiliki kebebasan dan kehidupanmu akan berubah. Ini adalah impian banyak gadis ... Kamu tidak sekedar bebas tapi kamu akan mendapatkan fasilitas mewah tanpa bekerja."
"Kebebasan yang aku rasakan ini tidak ada artinya karena aku tidak pernah tenang sebelum temanku juga bebas," ucap Daisy dengan kesal. "Dia terlalu lemah sebagai gadis, dia selalu menjadi sasaran customer yang suka melakukan sex kasar padanya ... Aku tidak Bisa bayangkan bagaimana dia tanpa aku di sana sedangkan selama ini aku selalu menjadi orang yang memperhatikannya ketika dia sakit atau sedih karena perlakuan para customer ataupun madam. Beberapa hari yang lalu dia sakit ... dia sakit karena perlakuan kurang menyenangkan dari customer."
Pierce langsung merasa kesal dan juga sedih karena ternyata Clarissa mendapatkan perlakuan kasar beberapa hari yang lalu namun tidak mengatakan padanya. Itu membuatnya berpikir bahwa sangat masuk akal jika Daisy tak ingin bebas sedangkan Clarissa masih belum bebas.
"Sekarang aku di sini, bahkan aku tidak tau apa yang terjadi padanya semalam. Apa dia mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan lalu sakit? Aku tidak tau ..." Daisy menggelengkan kepalanya, sesekali mengusap air matanya yang menetes. Sungguh, situasi ini membuatnya rapuh dan merasa lebih buruk dari situasi sebelumnya. "Aku merasa ingin kembali ke rumah bordil itu Tapi itu sama saja aku sudah membuat Alexander kehilangan 5 juta dolar karena Madam tidak akan mengembalikan uang itu. Bahkan aku baru tahu kalau uang itu sudah dibayarkan dua hari yang lalu sebelum Alexander ada di sini. Sedangkan dua hari yang lalu aku masih halus melayani customer ... Aku harus melayani orang lain sedangkan aku sudah dibeli oleh Alexander. Madam benar-benar licik dan materialistis, selalu memanfaatkan aku dan gadis-gadis lainnya tanpa memikirkan perasaan kami. Terkadang aku benar-benar muak dengan ketidakadilan ini. Aku ingin lari dari rumah bordil itu aku ingin bebas tapi aku tidak ingin bebas sendiri seperti ini ... Clarissa seperti saudara perempuan untukku! Aku juga tidak mungkin meminta Alexander menebus dia karena Alexander hanya menginginkan aku ..."
"Dia sudah bebas," ucap Pierce sebelum Daisy menyelesaikan kalimatnya.
Seketika Daisy menatap Pierce dengan matanya yang melebar. "apa maksudmu?"
"Sejak semalam dia bersamaku," jelas Pierce kemudian membungkukkan tubuhnya supaya lebih dekat dengan Daisy. Dia melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan gadis itu.
"Kamu bilang sejak semalam dia bersamamu ... Apa maksud dari semua itu?" tanya Daisy dengan mengerutkan keningnya, merasa syok dan keheranan.
Pierce menelan salivanya, menatap Daisy dengan serius. "Tolong jaga rahasia ini baik-baik."
Daisy mengangguk antusias.
"Aku tidak tau kenapa aku begini tapi yang pasti aku merasa bahwa aku mencintainya dan aku ingin memberinya kebebasan. Aku sudah melakukan itu dengan meminta bantuan temanku untuk menebusnya dalam waktu semalam, lalu setelah itu temanku menyerahkan dia padaku dan sekarang dia di apartemenku dan tidak ada yang tahu dia di sana. Aku melakukan itu supaya Madam Nicole tidak pernah mencurigai aku ... Mungkin sekarang ini Madam Nicole sedang marah karena temanku belum mengembalikannya."
"Kamu membahayakan teman mu," ucap Daisy, mengingat kekejaman preman suruhan Nicole.
"Dia akan baik-baik saja karena dia sudah meninggalkan negara ini. Aku sengaja memilih dia untuk melakukan misi penyelamatan Clarissa karena aku tau dia bukan asli warga negara ini. Jadi, kamu tidak perlu khawatir," jelas Pierce dengan suara yang agak lirih, lalu melirik ke arah pintu untuk sejenak dan kembali menatap Daisy. "Aku mohon, jangan katakan hal ini pada tuan Alexander karena aku tidak ingin dia marah lalu memecat aku. Aku masih butuh pekerjaan ini karena aku sudah menghabiskan banyak uang untuk membuat Clarissa bebas dan aman," lanjutnya.
"Tidak, aku tidak akan melakukan itu," sahut Daisy dengan menggelengkan kepalanya. Dia menatap Pierce dengan sangat serius, merasa lega karena sudah membebaskan Clarissa meskipun mereka belum pernah mengobrol atau bersentuhan. "sekarang aku tahu kamu pasti pria baik karena kamu mau membebaskan dia meskipun dia adalah seorang pelacur. Kamu melakukan hal yang sangat beresiko untuk kebebasannya ... Itu sangat mengagumkan."
Pierce tersenyum merona karena merasa dipuji oleh Daisy. "Aku tidak tahu kenapa aku merasa harus melakukannya ... aku merasa sudah jatuh cinta padanya ... Aku tidak bisa tenang lagi setelah pertama kali aku melihatnya," ucapnya.
"Dan dia juga begitu," sahut Daisy dengan tersenyum tipis, membayangkan wajah Clarissa pasti merona karena bahagia karena mendapatkan pria idamannya yaitu Pierce. "Akhirnya aku melihat dua manusia yang saling jatuh cinta. Apa yang terjadi di antara kalian semalam pasti menyenangkan ..."
"Yeah, sangat menyenangkan." Pierce menganggukkan kepalanya. "Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya lagi karena dia aman bersamaku. Walaupun aku ada di sini, dia juga akan baik-baik saja Karena itu adalah apartemen yang baru aku beli dan siapapun tidak tau bahwa aku membawanya ke sana."
"Itu benar-benar bagus, tapi kamu tidak memberitahu aku sejak tadi," ucap Daisy, beralih menatap Pierce dengan kesal. "kamu biarkan aku menangis padahal kamu tau kenyataannya sudah lebih baik sekarang!"
Pierce terkekeh dengan suara rendahnya, menatap Daisy yang kembali sewot. Hahaha ...
"Maaf, tadi itu aku hanya ingin menunda memberitahu kabar baik ini beberapa menit saja," ucapnya.
"Tapi itu menyebalkan. Kuharap kamu tidak menyakiti Clarissa, atau kamu akan berurusan dengan ku!" Daisy menegaskan dengan tatapan horornya.
"Tidak, aku tidak akan menyakitinya." Pierce menggelengkan kepalanya sambil tersenyum membayangkan wajah cantik Clarissa.
Daisy menghela napas lega,merasa tidak khawatir lagi, mulai membayangkan bagaimana kehidupannya yang sudah penuh kebebasan akan berlangsung. Dia juga membayangkan harus terus bersama Alexander yang tidak dia cintai, dan juga Richard yang menyukainya dan akhirnya kecewa karena Alexander yang berhasil membebaskannya.
Tolong balik baca lagi di chapter yang berjudul "kelembutan Pierce 21+ dan Daisy memberitahu tentang Richard."karena sebelumnya ada beberapa bagian yang lupa aku tuliskan di sana tapi sekarang udah aku tuliskan.
Selamat membaca ...
Sambil nungguin aku update, mending kalian baca novel aku yang satunya dijamin seru dan udah tamat. Judulnya the replacement bride love after marriage. Ditunggu komentarnya di sana..