Daisy menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, berusaha menenangkan dirinya karena kenangan masa lalu membuatnya sangat tidak termotivasi untuk melakukan apapun. Gadis itu masih terdiam di kamarnya, menatap keluar jendela yang memperlihatkan suasana luar yang sepi karena rumah bordil itu dikelilingi pagar tembok yang rapat dan cukup tinggi. Semua itu membuatnya merasa seperti burung dalam sangkar yang tidak diperbolehkan menikmati keindahan dunia.
"Daisy!"
Daisy menoleh ke arah pintu yang terbuka, matanya melihat salah satu temannya bernama Clarissa datang ke arahnya.
"Kamu seharian di kamar, sepertinya kamu akan segera bertelur," kata Clarissa sambil terkekeh, menatap Daisy yang pindah ke tempat tidur.
Daisy berbaring, menggunakan tangan kanannya sebagai penopang kepalanya sambil menyilangkan kakinya Dia menatap Clarissa yang kini duduk di dekat kakinya sambil membawa segelas red wine.
"Apa yang bisa aku lakukan selain berdiam diri di sini?" tanya Daisy dengan malas. "Madam Nicole tidak membiarkan kita jalan-jalan meski sebentar saja .. ini sangat Membosankan... Sepertinya aku akan gila... Aku ingin menikmati keindahan dunia seperti gadis-gadis lainnya!"
"Aku tau apa yang kamu rasakan, Daisy. Tapi ini yang harus kita jalani mau tidak mau," kata Clarissa santai.
"Nasib ini tidak adil, benar-benar tidak adil."
"membicarakan tentang keadilan, kita tidak bisa menuntutnya di sini karena di sini kita hanya budak, budak yang tidak pernah dianggap layak untuk mendapatkan keadilan," kata Clarissa dengan tersenyum tipis lalu meminum red winenya lagi.
"Sepertinya malam ini kita akan kedatangan tamu istimewa karena madam Nicole memesan red wine terbaik dengan harga yang cukup mahal," lanjutnya.
"Aku tidak peduli," sahut Daisy dengan malas.
Clarissa menghela nafas, menatap Daisy yang terlihat tidak bersemangat sama sekali. . Gadis yang mengenakan gaun merah dengan bahu terbuka dan rambutnya diikat ekor kuda itu menyadari bahwa temannya tidak menikmati profesinya di rumah bordil itu.
"Aku lelah," lirih Daisy.
"Aku tahu... aku juga lelah, aku ingin pergi tapi tidak bisa," kata Clarissa.
Daisy menghela napas dengan gusar, lalu berbaring dan menatap langit-langit ruangan yang merupakan plafon berwarna cokelat tua. "Terkadang aku selalu berpikir, bertanya-tanya… Mungkinkah rumah bordil ini akan menjadi tempatku seumur hidup? Apa aku akan menghabiskan sisa hidupku di sini? terkadang aku bertanya-tanya mengapa nasib seperti ini menimpaku… .itu membuatku merasa bahwa Tuhan tidak mengizinkan aku untuk merasakan hal yang disebut kebebasan ... Padahal sebelumnya aku bukan pendosa, seharusnya aku tidak mendapatkan takdir semacam ini."
"Aku tahu bagaimana perasaanmu... Tapi aku punya perasaan bahwa hidup kita tidak akan berakhir di tempat ini."
"Bagaimana kamu bisa yakin akan hal itu?" tanya Daisy, melirik Clarissa.
"Aku tidak tahu, tapi aku yakin kita akan bisa meninggalkan tempat ini."
Daisy terdiam, menutup matanya sejenak dan berpikir bagaimana jika dia kabur saat Nicole dan para preman sedang tidur, atau memberi mereka obat tidur? mungkin dia berhasil, tetapi dia tidak tahu di mana dia bisa mendapatkan obat tidur seperti itu sementara meninggalkan rumah bordil sebentar pun tidak diperbolehkan.
"Aku stress ... .aku pusing" ucapnya.
"Kalau begitu kamu harus bicara dengan Madam Nichole supaya kamu tidak harus dilelang malam ini," kata Clarissa sambil melirik Daisy yang sedang berbaring sambil memijat kepalanya.
Daisy tersenyum tipis. "Dia tidak akan pernah memberikan izin.. sebaliknya dia akan menyiksaku jika aku tidak mau dilelang malam ini. Tapi lebih baik ... Membiarkan tubuh ini sakit dan tak berdaya maka tidak ada pria yang mau menggunakannya sebagai budak mereka."
"Jangan sakiti dirimu karena itu,.Daisy, itu hanya akan membuatmu semakin sulit," seru Clarissa dengan pasrah. "Mau tidak mau kita harus bertahan."
"Apakah kamu pikir itu tidak terlalu sulit sekarang?" tanya Daisy dengan senyum sinis pada Clarissa. "Tinggal di sini kita hanya bertahan hidup untuk diberi makan dan minum, dibiarkan istirahat di siang hari, lalu di malam hari diperlakukan seperti kuda demi uang. Untuk memuaskan laki-laki berotak mesum... Ini sangat menjijikkan, Clarissa. menjijikkan. .. tidakkah kamu sadari bahwa pekerjaan kita sangat menjijikan!"
"Aku tahu Daisy.. tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa… kita bahkan tidak punya ponsel untuk mengakses internet atau menelepon 911 untuk meminta bantuan!" Clarisa menegaskan dengan sangat serius. "Aku juga ingin bebas, aku ingin pergi, lalu mencari pekerjaan yang lebih baik. Tapi madam tidak akan membiarkan itu terjadi. konsekuensinya akan mengerikan jika kita melarikan diri dan gagal... Kita bisa menjadi sasaran kebrutalan preman-preman jeleknya!"
Daisy terdiam lagi, merasa apa yang dikatakan Clarissa memang benar. mereka tidak bisa keluar dari rumah bordil itu karena penjaganya terlalu ketat, dan mungkin ketika mereka berhasil melarikan diri, para preman akan mengejar mereka sampai menyeret mereka kembali ke rumah bordil lagi untuk dijadikan budak.
"Kamu yang sejak kecil sudah tinggal dengan madam, mungkin kamu bisa mendapatkan belas kasihan darinya agar kamu bisa bebas," kata Clarissa membuyarkan lamunan Daisy.
"Itu tidak mungkin," kata Daisy sambil duduk.
"Tidak ada yang tidak mungkin. Kamu bisa mencobanya."
Daisy terdiam, memikirkan saran Clarissa. bayang-bayang beban untuk memuaskan nafsu laki-laki yang membelinya, membuatnya merasa sangat sakit, jijik, merasa seperti pendosa dan tidak mau melakukannya lagi, karena kadang laki-laki itu tidak hormat padanya, bahkan memberinya rasa sakit saat melayaninya.
"Oke, aku akan mencoba berbicara dengannya," katanya lalu berdiri. Dia berjalan keluar kamar, meninggalkan Clarissa yang masih ingin bersantai di sana.
____
Seorang wanita terlihat seksi mengenakan terusan dress berwarna hitam dengan lengan terbuka dan membiarkan rambutnya tergerai begitu saja, sedang duduk santai di sofa hitam tepatnya di ruang tamu sambil menikmati lemon tea. Dia terlihat seperti berusia 40 tahun, masih terlihat muda, dan memakai riasan tebal yang membuatnya terlihat seperti berusia 30-an.
"Madam Nicole...."
Wanita itu berbalik ke arah pintu ketika dia mendengar namanya dipanggil. wanita yang ternyata adalah Nicole yang menjadi mucikari itu tersenyum, melihat Daisy datang ke arahnya.
"Hai, Sayang. Kemarilah... Ada yang harus kita bicarakan," panggilnya, menggeser tempat duduknya, dan membiarkan Daisy duduk di sampingnya.
Daisy terdiam dengan perasaan aneh karena Nicole begitu manis padanya, tetapi dia tau itu semua hanya topeng. Baginya, dia adalah wanita yang sangat kejam karena sering menyiksanya jika tidak mau melayani pelanggan, dan sangat licik karena tidak memberinya uang sama sekali.
"Aku ingin pergi ke California," katanya masih berdiri.
"Mengapa?" Nicole bertanya dengan santai.
"Aku akan mencari pekerjaan di sana. Ketika aku bekerja dan memiliki gaji, aku akan selalu mengirimkan gajiku kepadamu, karena aku tidak ingin menjadi kepuasan pelangganmu lagi," jelas Daisy dengan tatapan datarnya.
Nicole tersenyum sinis, lalu meminum lemon tehnya sedikit demi sedikit.
"Aku sangat lelah dan aku khawatir akan tertular penyakit jika aku terus melakukan pekerjaan ini," kata Daisy, lelah dan muak karena Nicole tampak mengabaikannya.
"Dan apa menurut mu begitu kamu tiba di California, kamu akan menemukan pekerjaan dengan mudah?" tanya Nicole lalu berdiri dan berjalan santai ke arah Daisy yang berjarak sekitar 5 meter darinya. "Ketika seseorang merantau tanpa pemandu atau teman yang bisa membantunya mencari pekerjaan, akan sangat sulit. apalagi jaman sekarang ini susah cari kerja apalagi kamu hanya lulusan SMA..jadi percuma kamu bersusah payah karena tidak ada perusahaan yang mau menerima kamu. Mungkin Anda bekerja di toko dengan upah yang sangat rendah... .bukankah lebih baik tinggal di sini menghasilkan ribuan dolar setiap malam, bersenang-senang, dan bisa beristirahat sepenuhnya di siang hari?"
"Tapi ini menjijikkan!" kata Daisy, kesal.
"Tapi kamu menikmatinya," kata Nicole sambil tersenyum sambil menatap Daisy yang begitu cantik dan seksi hingga memiliki banyak penggemar yang mayoritas adalah orang-orang kaya. "Kamu sebaiknya tetap di sini….dan kamu akan tinggal di sini sampai kamu mati atau tidak bisa melayani pelanggan!" Dia melanjutkan dengan tegas.
"Tapi aku tidak bisa, aku berhak memilih jalan hidupku!" kata Daisy, mulai kesal bahkan marah dengan sikap Nicole.