Suaranya bahkan masih bisa membuat hatiku bergetar. Ku remas kedua tangannya yang saling tertaut di bawah meja. Rasa gugup yangberlebihan membuat keringat deras membanjiri kedua tanganku.
"B-baik. Lo sendiri gimana?" Aku balas bertanya keadaannya. Sumpah! Suaraku tercekat oleh ketegangan yang datang tanpa diundang. Aku nyaris pingsan saking gugupnya. Kenapa bertemu dengannya efeknya bisa separah ini? Apa aku masih bisa disebut normal? Huft.
"Gue baik." Dia menjawab dengan lugas."Udah pesen minum?" tanyanya kemudian. Melihat ke sekeliling cafe guna mencari pelayan.
"Udah kok," sahutku cepat. "Gue pesen 2 caramel macciato sih, semoga aja minuman favorite lo belum ganti." Aku menjawab sembari tersenyum tipis. Yeah, mengingat kembali betapa dulu, dia sering memesan jenis kopi pahit ini.
"Belum kok, gue masih suka caramel macciato."
"Baguslah..." Huhft. Ku hela nafasku sejenak.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com