Adrian memang merupakan leader di perkumpulan ini dan dia juga yang mengatur pria- pria di tempat tersebut, tapi memang harus diakui kalau dia sedikit arogan dan selalu memandang rendah perempuan dalam urusan kekuatan fisik.
Walaupun Jayden tidak setuju dengan pendapatnya yang mengatakan kalau perempuan tidak bisa mengalahkan pria, dia tidak akan memperdebatkan hal tersebut.
Karena dalam kesehariannya, siapa yang tidak mengenal Ramon Tordoff? Pria paling ditakuti di dalam dunia bisnis, pria yang telah membuat keluarga Tordoff memperluas jaringan bisnisnya, tapi ketika sang ayah harus menghadapi dua orang wanita dirumahnya, maka dia akan diam tidak berkutik.
Menurut Jayden ini adalah hal yang lucu, sampai dia menyadari kalau sifat ayahnya tersebut menurun padanya, maka itu tidak lagi lucu.
Maka dari itu, ketika melihat Apple berbicara dengan tegas pada Adrian dan membuat para pria di dalam ruangan ini menjadi terkejut, Jayden tersenyum dengan puas.
"Okay, cukup dengan Tindakan kekerasan ini," Jayden berkata, dia lalu melirik ke arah Apple. "Kau bisa menyimpan benda itu." gadis itu terlihat masih kesal, tapi dia tahu untuk tidak memprovokasi pertengkaran lainnya dengan pria ini.
Di sisi lain, mendengar apa yang Jayden katakan, Apple meletakkan kembali pisaunya, dia menyingkirkan benda itu dengan menyambunyikannya di balik jaket yang dia kenakan, di tempat yang aman, dimana dia akan dapat mengambil benda tersebut dengan cepat bila diperlukan.
"Adrian, ini Apple, dia yang akan menggantikan posisi Pyro untuk sementara waktu," Jayden memperkenalkan Apple pada pria itu lagi dan dengan sengaja tidak mengatakan kalau Pyro adalah ayahnya, karena itu akan memberikan kesan yang tidak menyenangkan. "Dan Apple, ini Adrian, dia adalah leader di tempat ini."
Apple dan Adrian hanya saling mengangguk pada satu sama lain sebagai formalitas.
"Kalau begitu, kau bisa menunjukkan aku tempat dimana orang- orang itu disekap," ucap Jayden untuk meredakan suasana yang tegang, mereka butuh pergi dari sana segera, karena kalau ketegangan ini tidak dialihkan, maka mungkin akan ada pertengkaran lainnya.
Dengan masih sedikit kesal, akhirnya Adrian setuju dan tanpa berkata apa- apa lagi, dia segera berjalan lebih dulu menuju ke lantai dua tempat ini, dimana mereka menyekap sang sepupu dari ketua organisasi yang selama ini Pyro cari.
Sementara Apple mengikuti mereka berdua dari belakang, meninggalkan pria- pria di sana yang masih tampak terkesima dengan apa yang dirinya lakukan tadi, gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, tapi Jayden tahu kalau dia hanya ingin merasa aman dengan merasakan senjata yang tersembunyi di sana.
Mereka akhirnya menaiki tangga, melewati beberapa pria bertubuh besar dan kekar, yang mirip dengan Adrian, yang mana mereka semua menunduk, sebagai tandap hormat pada Jayden setiap kali mereka melewatinya.
Seketika itu juga Apple tersadar, seberapa besar pengaruh pria ini sehingga dapat menundukkan pria- pria seperti mereka itu.
Adrian membawa mereka melewati dua pintu di sisi kanan tangga dan pada pintu ke tiga, mereka berhenti dan seorang pria yang tengah berjaga, membukakan pintunya untuk mereka.
Apple masuk ke dalam ruangan tersebut terakhir, mengabaikan tatapan penuh tanya dari pria yang menjaga pintu, karena tidak biasanya ada wanita berada di sana.
Dan setelah Apple berada di dalam, barulah dia dapat melihat seorang pria tengah terbaring di lantai dengan tubuh penuh luka dan darah yang tercecer di lantai.
Ruangan tersebut cukup besar, hanya saja, tidak ada satu barang pun yang berada di sana, sehingga ruang besar tersebut terkesan polos dan kosong.
"Kuharap kau tidak akan menangis hanya karena melihat pemandangan ini." Andrian sengaja memperlambat langkahnya sehingga dia berada di samping Apple dan membisikkan kata- kata tersebut.
Jayden mendengar hal tersebut dan hanya menggunakan ekor matanya saja untuk melihat bagaimana Apple bereaksi terhadap cemoohan dan pemandangan di hadapannya.
And as expected from Pyro's daughter, Apple justru mendengus dan mendelikkan matanya pada Adrian, sambil melipat tangan di depan dada.
"Pemandangan apa?" tanyanya dengan sikap acuh tak acuh. "Hanya sebegitu saja yang bisa kau lakukan?"
Jayden menggigit bibirnya dan menarik nafas dalam- dalam untuk mencegah dirinya tertawa atas komentar Apple dan menghancurkan citra diri yang telah dia bangun. Ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa, terutama menertawakan leader dari anggota kelompoknya, tapi ekspresi yang Adrian tunjukkan sungguh membuat Jayden ingin menepuk punggung pria itu dan mengatakan; kau salah mengambil lawan.
Bila Jayden mendapati komentar Apple tersebut adalah sesuatu yang lucu, maka tidak bagi Adrian, wajahnya terlihat merah padam ketika mendengar apa yang gadis muda itu katakan.
"Kau!" geram Adrian. Dia hendak mengangkat tangannya dan Apple bersiap dengan pisau yang tersimpan rapi di dalam jaketnya.
Tapi, Jayden telah mengambil langkah lebih dulu. "CUKUP!"
Suara Jayden yang lantang dank eras menggema di dalam ruang kosong itu dan membuat ke dua manusia yang tengah akan berseteru itu menghentikan aksi mereka, menahan diri masing- masing, sementara tiga orang pria lainnya flinched, karena terkejut menghadapi kemarahan Jayden.
Well, kalau Jayden tidak bisa tertawa terbahak- bahak, setidaknya dia masih bisa menyalurkannya dengan sebuah amarah.
"Bangunkan pria itu," ucap Jayden pada dua orang pria lainnya, sementara Apple and Adrian were in cold war with one another.
Pria yang tadi disuruh oleh Jayden segera melaksanakan perintahnya dan segera membangunkan pria malang yang tengah tergeletak di lantai dengan cara menyiramkannya dengan air dingin yang terisi oleh es batu.
Tentu saja air dingin tersebut terciprat kemana- mana dan karena Jayden berada agak lebih jauh, jadi dia tidak terkena, tapi tidak begitu dengan Apple dan Adrian.
Mereka berdua berdiri terlalu ke depan dan ketika air dingin tersebut disiramkan, keduanya tidak menyadarinya, tapi dengan sigap Apple berlindung di belakang Adrian.
Dia segera berdiri di belakang tubuh Adrian, menjadikan pria itu sebagai tameng dirinya.
Maka dari itu, ketika air dan darah yang terciprat ke tubuhnya dan mengotori kaos putih yang dia kenakan, sementara Apple baik- baik saja.
Tentu saja hal ini membuat Adrian menjadi lebih geram dan Jayden hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat keisengan Apple tersebut.
"Jangan berdiri di belakangku!" geram Adrian, dia memutar tubuhnya dan menatap Apple dengan galak.
Sementara gadis muda yang dia tatap dengan galak itu hanya mengangkat tangannya sambil berkata dengan ringan. "Okay."