webnovel

Asal Usul

Seorang lelaki tua berusia 65 tahun yang memiliki tubuh pendek, perut sedikit buncit, kulit keriput, dan rambut beruban. mempunyai sebuah usaha pecel lele di depot miliknya sendiri.

Depot itu tidak terlalu lebar. bangunan yang sudah tua tetapi masih tetap kokoh, ditambah pelanggan yang lumayan banyak, setiap harinya mampu mendapatkan 50/60 pelanggan yang membuat lelaki tua itu sangat bersyukur.

Lelaki tua itu bernama pak Mursid, beliau sudah berjualan pecel lele selama 15 tahun.

Pak Mursid berjualan di temani oleh istrinya yang bernama Bu Lastri dan juga memiliki 1 pegawai laki laki muda yang bernama Anhar.

Pak Mursid mempunyai 2 anak gadis bernama Dewi, Dewi anak Sulung dan Sari anak bungsunya.

Usia Dewi dan Sari hanya berbeda 3 tahun.

Mereka berdua saling menyayangi, dan hidup rukun.

Pada suatu ketika tiba tiba Bu Lastri mengidap penyakit gagar otak, yang harus mengeluarkan biaya sangat mahal. Tetapi semakin hari semakin parah, untuk pengobatan lebih maksimal dibutuhkan biaya yang sangat besar, akhirnya pak Mursid pun terpaksa berhenti berjualan pecel lele dan berniat untuk menjual depotnya itu.

Tiba hari itu, seorang lelaki dermawan mendatangi rumah pak Mursid untuk membeli depotnya yang ditawar dengan harga sangat mahal. pak Mursid pun berterimakasih pada lelaki dermawan itu, beliau sangat bersyukur dengan uang sebanyak itu bisa untuk pengobatan istrinya. hingga pak Mursid jatuh bangkrut karena membiayai istrinya yang tak kunjung membaik.

Namun takdir berkata lain, nyawa bu Lastri tidak bisa diselamatkan, bu Lastri meninggalkan suami dan anaknya saat itu anaknya yang bernama Dewi berusia 20 tahun dan Sari berusia 18 tahun, hati mereka teriris iris, mereka menangis terisak isak sampai tidak mampu membendung air matanya. mereka tidak menyangka akan ditinggal pergi secepat itu.

Setelah 1 tahun perginya bu Lastri, Pak Mursid menjadi buruh penjual kayu dengan gaji yang tidak seberapa, mungkin hanya cukup untuk makan beliau dan 2 anaknya.

Setiap hari Pak Mursid harus menyetorkan pendapatannya kepada majikannya, beliau hanya digaji 30% dari pendapatannya. Meski begitu beliau masih bersyukur, paling tidak masih bisa menafkahi dan memberi makan kedua anaknya.

"Nduk.. bapak kan sudah tua, bapak juga pasti akan menjemput ibumu, bapak tidak mungkin menjaga kamu dan adikmu terus menerus. maka dari itu, sebelum bapak pergi, bapak ingin kamu memiliki calon suami nduk" Ucap Pak mursid kepada Dewi anak pertamanya itu.

Pak Mursid saat itu usianya sudah menginjak 66 tahun, dan Dewi menginjak 21 tahun.

"Bapak ngomong apa sih... Bapak harus panjang umur, Dewi belum siap untuk ditinggal bapak lagi pula Dewi masih belum siap menikah pak" Ucap Dewi sambil memijat mijat pundak bapaknya.

"Nduk, kamu sayang kan sama bapak? Kalo kamu sayang, kamu harus menuruti permintaan terakhir bapak ini, lagi pula bapak sudah menemukan calon suami yang baik buat kamu, bapak yakin kamu akan bahagia hidup dengannya" ucap pak Mursid dengan menyandarkan punggungnya ke Dewi yang sedang memijatnya.

"Calon suami??.. berarti bapak mau jodohin Dewi? Dewi nggak mau pak, lagi pula dewi masih ingin mencari pekerjaan biar bisa membantu bapak menafkahi Sari" jawab Dewi dengan berhenti memijat bapaknya.

"Kamu tidak perlu bekerja nduk, kamu temani Sari saja dirumah, kamu bantu dia mengerjakan PR nya, kan adikmu sekarang sudah dapat beasiswa karena tidak mampu, jadi dengan gaji bapak sudah cukup untuk makan kita bertiga, tolong lah nduk nurut lah dengan bapak. ibukmu disana juga akan senang melihatmu sudah menikah" Ucap pak Mursid memohon pada anaknya.

"Lagi pula siapa pak lelaki yang akan bapak jodohkan dengan Dewi?" Tanya Dewi pada bapaknya

"Namanya Anhar. kamu tau kan nduk? Pegawai bapak yang slama ini membantu bapak jualan, dia memang bukanlah anak orang kaya tetapi dia sangat sopan, jujur, baik hati, dia sangat menghormati bapak dan ibumu, bapak yakin dia pria yang sangat cocok dan baik buat kamu" ucap Pak Mursid dengan memijat mijat kakinya sendiri.

"Apa pak..?? Mas Anhar?" Tanya Dewi dengan terbelalak kaget, dia tidak menyangka ternyata lelaki yang akan dijodohkan itu adalah orang yang dikenalnya.

"Iya nduk, kapan hari bapak sudah menemui Anhar, bapak meminta persetujuan apakah dia setuju untuk bapak jodohkan, dia setuju nduk, orang tuanya juga setuju, dia sudah berjanji pada bapak kalau dia akan membahagiakanmu" Jawab pak kepada Dewi.

"Baiklah jika bapak memaksa. Dewi sebenarnya takut pak, Dewi takut tidak bisa menjadi istri yang baik, tetapi Dewi ingin mempertimbangkan semua dulu pak, Dewi ingin meyakinkan diri sendiri dulu, kasih Dewi waktu ya pak.." Ucap Dewi memohon kepada bapaknya

"Baiklah nduk, kalau kamu setuju, bapak kasih kamu waktu untuk berfikir, tapi jangan lama lama ya nduk nanti pamali" ucap pak Mursid sambil mengelus elus kepala Dewi.

Sudah 1 bulan Dewi mempertimbangkan ssmuanya, akhirnya Dewi pun sah menikah dengan Anhar, pada hari itu pak Mursid tersenyum bahagia bercampur tangisan haru melihat anak gadisnya yang sudah menikah. Sari pun juga ikut bahagia melihat kakaknya yang telah dijodohkan oleh lelaki pilihan bapaknya.

Pada hari itu, Dewi dan anhar mengucap janji suci pernikahan sambil berpelukan, saling mengecup satu sama lain.

Mereka pun bertempat tinggal dengan pak Mursid dan Sari.

Karena perjodohan itu Dewi masih belum memiliki rasa cinta kepada Anhar karena dari awal perjodohan itu hanyalah paksaan.

Tetapi hari demi hari karena selalu bersama Anhar, dia diperlakukan layaknya seorang ratu, dia diberi perhatian sepenuhnya oleh Anhar, dia dilayani dengan penuh kasih sayang, karena perlakuan baik Anhar kepada Dewi, dalam hati Dewi sudah mulai tumbuh benih benih cinta, dia merasakan jatuh cinta dan semakin sayang dengan suaminya itu.

Pada tahun kedua setelah menikah, Pak Mursid pun jatuh sakit, lalu beliau meninggal dunia, Mereka bertiga pun menangis sejadi jadinya karena telah ditinggal oleh Bapak tercintanya itu.

"Tenang saja pak, bukankah bapak sudah lega melihat Dewi sudah menikah dengan lelaki baik pilihan bapak, Dewi akan baik baik saja, Dewi akan menjadi istri yang baik untuk mas Anhar, Dewi akan menghormati mas Anhar dan Dewi akan selalu menjaga Sari sampai dia sukses" Ucap Dewi merintihkan air mata sambil mengecup dahi bapaknya yang sudah tanpa nyawa".

Setelah itu pak Mursid siap untuk dimandikan dan dipasangi kain kafan oleh warga.

Setelah siap, pak Mursid diberangkatkan menuju pemakaman, siap untuk dimakamkan. Mereka bertiga dan warga berbondong bondong menuju pemakaman.

Selesai dimakamkan dan dibacakan doa, warga pun pergi meninggalkan pemakan

Yang tersisa hanyalah Anhar, Dewi san Sari, saat di pemakaman, Dewi tidak berhenti menangis, Anhar memeluk Dewi untuk menenangkan Dewi. disampingnya ada Sari yang juga menangis.

"Bapak.... padahal Sari belum sukses, Sari belum tamat sekolah, kenapa bapak meninggalkan Sari?" ucap Sari kepada alm bapaknya sambil mengelus elus batu nisannya.

Dewi melepaskan pelukan suaminya, lalu memeluk Sari adiknya, mereka berdua saling menguatkan satu sama lain, setelah itu mereka bertiga meninggalkan pemakaman.

Satu tahun setelah kematian Pak Mursid, Sari sudah lulus sekolah, dia tidak melanjutkan kuliah, dia melanjutkan hidupnya dengan kerja merantau ke luar kota.

Dewi dan Anhar pun menyetujuinya, lalu mereka menyuruh adik tersayangnya untuk menjaga diri dengan baik disana, dan memberi pesan kepada adiknya untuk sering menghubungi / pulang mengunjungi kakaknya.

Mereka pun berpelukan mengucapkan selamat tinggal, Sari berterimakasih pada kakaknya dan Anhar. karena sudah tulus merawat mereka semenjak ditinggal kedua orang tuanya.

Anhar bekerja di warkop kecil dipinggir jalan, dia dibantu oleh Dewi istrinya yang setiap hari belum tentu ramai pembeli, Anhar sudah kesana kemari mencari pekerjaan tetapi tidak juga diterima.

Hasil berapapun mereka syukuri selagi masih mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Selama 4 tahun lamanya mereka tidak juga dikaruniai anak, akhirnya pada tahun ke 5, Dewi positif hamil, mereka berdua sangat bahagia. buah hati yang selama ini di nanti nantikan akhirnya datang juga.

"Alhamdulillah pak bu, Bapak dan ibu sudah mempunyai cucu, Dewi akhirnya hamil juga, apakah bapak dan ibu disana juga merasa bahagia? Kami berdua akan merawat dan membesarkannya dengan sepenuh hati seperti kalian yang telah membesarkan kami berdua" ucap Dewi menatap langit sambil di rangkul oleh suaminya.

kami berdua yang dimaksud adalah Dewi dan Sari.

Semenjak Dewi hamil, Anhar melarang istrinya itu untuk menemaninya di warkop seperti biasa, karena sedang hamil, Anhar menyuruh Dewi banyak istirahat.

Bertambahnya usia kandungan, perut Dewi semakin membesar, dia sering mengelus elus perutnya sambil tersenyum merasakan tendangan dari bayi yang dikandungnya.

Saat usia kandungan di bulan ke 5, entah mengapa Anhar berubah, dia tidak lagi sering memegang istrinya, tidak memeluknya bahkan tidak menciumnya. Dewi penasaran ada apa dengan suaminya yang tengah berubah.

"Kamu kenapa mas akhir akhir ini murung dan tidak pernah menyentuhku?" ucap Dewi sambil menggenggam tangan suaminya.

"Aku hanya merasa lelah, tidak perlu mencemaskanku" jawab Anhar tanpa melihat wajah istrinya lalu melepas genggaman istrinya.

Dewi merasa aneh saat Anhar melepas genggamannya tetapi dia diam saja dan hanya bersabar, barangkali memang tidak ingin diganggu pikirnya.

Beberapa hari setelah itu, Anhar memberitahu Dewi bahwa dia diterima bekerja di pabrik roti, mendengar berita itu Dewi merasa bahagia akhirnya Tuhan mengabulkan doanya untuk memberi lebih rezeki.

Di 6 bulan usia kandungan, Dewi sering merasa aneh karena suaminya jarang pulang, Anhar memberikan alasan karena banyaknya pesanan roti membuat dia harus lembur dan tidur di mess tempatnya bekerja.

Dewi pun berusaha untuk percaya dan tidak berpikir aneh aneh tentang suaminya, karena selama ini dia mengenal suaminya dengan sangat baik.

Semakin hari Dewi semakin curiga dan berkali kali menghubungi suaminya tetapi panggilan itu jarang diangkat bahkan sms nya pun jarang dibalas, Dewi sering menangis melihat gerak gerik suaminya yang sudah mulai aneh.

Dewi pun berusaha untuk mencari tahu apa yang suaminya lakukan hingga tidak pernah pulang. Dia mencari tahu dengan segala cara mulai dari memeriksa lemari suaminya barangkali ada sesuatu yang bisa menjadi petunjuk, menelepon teman teman suaminya barangkali menemukan informasi, tetapi tidak sedikitpun ada petunjuk.

Di bulan ke 7 kehamilan akhirnya Anhar pun pulang tanpa menyapa Dewi. Dewi memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sedang terjadi, dia benar benar sangat ingin diberi penjelasan, tetapi Anhar selalu acuh tidak pernah memberi penjelasan apapun.

Beberapa hari kemudian, Dewi sudah merasa lelah menahan emosinya. sudah beberapa bulan ini dia sabar menghadapi kelakuan aneh suaminya itu, Dewi memaksa suaminya untuk memberi penjelasan dengan menghalangi suaminya yang sedang berjalan menuju dapur.

Tanpa disangka sangka, Anhar mendorong Dewi sampai terjatuh, setelah Dewi terjatuh, Anhar menendang tubuh istrinya itu sampai tergeletak di lantai, lalu dia menjambak rambut istrinya berkali kali, dia menyeret Dewi menuju kamar dengan menjambak rambutnya. Dewi menangis histeris berteriak kesakitan, dia kaget karena suaminya bersikap sangat kasar.

Agar tidak didengar oleh warga, Anhar menutup rapat pintunya.

Anhar bergegas menuju kamar, lalu menelanjangi istrinya dan menyetubuhi istrinya dengan kasar, kali ini yang dirasakan Dewi hanya kesakitan, dia tidak merasa nafsu pada suaminya itu, dia merasa jijik lalu berusaha mendorong suaminya yang sedang menikmati tubuhnya.

Anhar menampar berkali kali wajah istrinya sambil menikmati, memaju mundurkan miliknya pada milik istrinya.

Setelah Anhar mencapai puncaknya, dia langsung pergi meninggalkan Dewi.

Dewi merasa kesakitan dia langsung berdiri dengan tertatih tatih, seluruh tubuhnya terasa sakit dan terkilir, apalagi dia sedang hamil besar, dia khawatir dengan janin yang dikandungnya, karena dia terjatuh berkali kali, dia mengenakan bajunya lalu keluar kamar menarik tubuh Anhar dan menampar Anhar berkali kali.

Anhar tidak tinggal diam, dia membalas tamparan istrinya dia lalu mendorong istrinya sampai terjatuh dan meninggalkan istrinya pergi.

Dewi tidak pernah membayangkan suaminya berubah menjadi lelaki kasar, dia tidak percaya bahwa lelaki kasar itu adalah suaminya.

Dia menampar dirinya berkali kali seakan akan ingin membangunkan dirinya yang sebenarnya ini semuanya hanyalah mimpi, akhirnya dia menyadari bahwa ini kejadian nyata.