webnovel

bulan tiga

tringgg.... tringgg...

"hallo..."

"de... kamu baru bangun bukan?"

" iya mas.... aku baru bangun, semalam nggak bisa tidur"

" coba liat jam, sekarang sudah jam berapa"

"bentar ya... paling jam .... astaghfirullah jam setengah sembilan... aku kesiangan mas... ini gimana aku ada kelas pagi lagi... ini gimana .... yaudah mas aku tutup telponnya ya aku mau mandi dulu, udah telat."

"de ... bentar de... tuttttt....tuttt"

telpon itu terpaksa ku putuskan, aku pun berlari menuju kamar mandi, setelah selesai mandi kulihat Reina yang sedang santai menonton televisi, seakan hari ini tidak ada beban sama sekali, padahal dia pun sama harus mengajar di jam pagi.

"Re... kamu nggk berangkat hari ini?"

" nggk..."

"kenapa... bukannya ada jadwal pagi"

" jadwal pagi apa... hari ini libur"

" kok libur sih... perasaan nggk ada tanggal merah kan"

" iya emang nggk ada..." (santai sambil memakan kacang)

"lah terus kenapa nggak ngajar, dan kamu juga nggak bangunin aku , aku kan ada kelas pagi ini" ( cemberut)

" iya emang nggak ada tanggal merah, tapi sekarang kan hari Minggu"

" astaghfirullah aku lupa... pantas saja mas Fatih telpon" (panik)

" ada apa si... Ra... kamu panik gitu"

" hari ini aku ada janji sama mas Fatih... aku lupa" (sambil lari ke kamar)

Aku benar benar lupa dengan hari ini, sudah genap lima bulan aku berada di tempat ini, dan tiga bulan penantian ku menunggu mas Fatih pulang berlayar, kini penantian ku membuahkan hasil, tepatnya sore kemarin dia mengabari ku bahwa dia telah sampai ke daratan, namun aku takbisa buru buru melepas rindu, banyak sekali pekerjaan ku di sabtu sore itu, aku dan mas Fatih harus tetap menahan rindu, sampai esok bisa bertmu.

Mas Fatih dia seseorang yang spesial dalam hidup ku, namun kami tak punya hubungan apapun, hanya komitmen yang kami pegang untuk menjaga satu sama lain, untuk tidak saling menyakitiku dan tidak saling meninggalkan.

Hari ini janji nya pada ku untuk mengenalkan ku pada kedua orang tuanya, sekaligus melepas rindu kami berdua setelah seratus hari tak bertemu, namun mengapa aku bisa lupa akan hal ini, aku benar benar lupa.

aku yang panik dan terus memilih baju mana yang bagus untuk pertemuan kali ini, tiba tiba di kejutkan oleh suara kelakson motor dari depan, Reina pun keluar dan melihat siapa yang datang.

"Ra... udah beres belum??"

" iya sebentar lagi re... ada apa..."

" your honey di depan tuh..."

mendengar itu aku terkejut dan buru buru memilih baju dan ku beri sedikit olesan makeup di wajah ku, agar terlihat lebih segar dan indah untuk di pandang.

"tunggu sebentar gitu re... aku pake baju dulu"

"hemmm... pake baju aja ber jam jam, kamu ini pake baju apa lagi bikin baju sih lama amat, dari tadi nggak beres beres, dasar bucin "

Dia sudah kesal karena sejak tadi aku terus memilih baju, hingga aku tertuju pada baju itu, baju dress biru muda dengan kerudung yang senada, kini aku sudah siap, namun rasanya jantung ini begitu bergetar cepat hingga aku tak bisa mengontrol gerakan nya, apa ini karena aku terlalu rindu, tau grogi karena akan bertemu kedua orang tuanya.... ah entah lah. Kuhela nafas yang begitu panjang, lalu ku langkahkan kaki keluar dan ternyata laki laki yang kutunggu selama ini, kini sudah berada tepat di depan ku.

"mas...."

dia melihat ku dari bawah sampai atas membuat ku tersipu malu, tatapan tajam nya seperti kucing yang bertemu dengan mangsanya dan hendak menikamnya, tanpa sebuah kata dia pun memeluk erat tubuh ku, tanpa berfikir panjang, tanpa melihat kiri kanan kami lepaskan kerinduan ini dalam sebuah pelukan, pelukan ini begitu hangat, bahan sangat hangat.

" de... mas rindu..."

bisikan nya membuat aku berbunga bunga, kubalah pelukan itu, begitu lama kami melepas rindu Hinga suara itu mengejutkan kami.

"pelukan nya di kamar aja... malu di liatin orang"

Reina yang sedari tadi memperhatikan, membuat kami terkejut dan terus menggoda.

"eh re... "

kami pun melepaskan pelukan itu, merah ya... wajah mas Fatih memerah karena malu.

"mau berangkat sekarang?"

" emmm... iya re..."

" iya kan mas?... mau sekarang"

"i...iii...ya de.. kita berangkat sekarang"

"re... kita berangkat dulu ya..."

"iya... hati hati ya... have fun ya.. "

"iya re..."

mas Fatih beranjak menyalakan motor nya, aku yang masih berdiri di samping pun disuruh untuk naik, kami pun berangkat menuju ke rumah mas Fatih.

***

" Sampai..."

"disini mas..."

" iya... kamu turun dulu ya..."

Aku pun turun dan termenung di sini, dia yang telah lebih dulu berjalan menuju rumah pun terhenti.

"de... ayo sini... kenapa kok diam terus di situ"

"aku... aku.. aku malu mas..."

"sini biar mas gandeng ya..."

hanya anggukan yang menjadi jawaban, aku benar benar gugup, aku takut bila keluarga besarnya berkumpul semua, karena seperti yang dia ceritakan tadi malam bahwa aku akan di kenalkan pada seluruh keluarga nya dan dia pun berjanji setelah ini dia akan melamar ku, hati ku benar benar tidak karuan rasanya. Mas Fatih terus meyakinkan ku, bahwa semuanya akan baik baik saja, dia menggandeng tangan ku dan membuka pintu

"assalamualaikum Mak"

Dia berkata pada ibu nya dengan bahasa Jawa yang entah apa aku tak mengerti, terlihat duduk di sana seorang wanita yang mungkin seumuran k.i

ini untuk mencium tangan nya, ya... ibu nya Mas Fatih dia bertanya pada ku, namun aku tak mengerti dengan bahasanya, mas Fatih yang terus menjawab semua pertanyaan dan menjelaskan bahwa aku tidak bisa berbahasa Jawa.

suasana rumah ini begitu tenang, ku kira akan banyak orang di sini, tapi ternyata hanya ada ibu nya saja, aku sempat bertanya kemana ayahnya namun tiba tiba, ibunya menyuruh dia kebelakang, kudengar mereka mengobrol begitu keras bahkan seperti orang yang tengah bertengkar, mendengar itu aku merasa tak enak hati, aku ingin cepat cepat pulang karena takut mereka bertengkar karena ku.

Perbincangan mereka sangat lama, sesekali ku tengok mas Fatih takunjung datang, aku sudah tak enak berada disini, benar benar risih, bahkan banyak pertanyaan dalam benak ku.

"apakah ibunya tak menyukai ku... atau ada yang salah denganku..."

ah... entahlah aku tak tau, mas Fatih pun datang dengan wajah yang sedikit di tekuk, matanya merah seakan sedang marah, sesekali kutanya ada apa dan mengapa dia seperti itu, namun dia menyembunyikan semuanya dari ku. Melihat itu aku yakin dia bertengkar dengan ibunya, aku yang tak enak hati segera meminta untuk diantarkan pulang, namun dia yang mendengar itu menahan ku, memaksa untuk aku tetap disini lebih lama agar bisa bertemu dengan ayahnya nanti ketika pulang menarik becak, dia terus meyakinkan ku bahwa ibunya tidak papa, mereka tidak bertengkar, hanya saja ada kesalahpahaman sedikit yang membuat ibunya marah, jadi ini semua bukan karena aku, katanya.

Ketika aku mulai percaya dan yakin, tiba tiba wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya dan berbicara dengan bahasa daerahnya seraya pergi dan membanting kan pintu begitu keras. Sungguh melihat itu aku benar benar yakin bahwa ibu nya memang tak menyukai ku, bahkan mungkin tak mengharapkan kedatangan ku, tiba tiba air mata ini jatuh tak tertahankan, mas Fatih yang terdiam sejak tadi sesekali melihat kearah ku.

"hemmmk..."

"de.... kenapa? kamu nangis ya..."

"nggak mas... aku kepikiran barusan debu kebawa angin mas.."

namun air mata itu terus keluar walau aku berusaha menyembunyikan nya, benar benar sakit ketika aku melihat perlakuan ibunya, dia yang bertanya dan meminta maaf atas tingkah laku ibunya, bahkan demi aku dia mengarang cerita bahwa ibunya buru buru pergi karena sodara nya menyuruhnya untuk segera pergi, perihal pintu yang di banting keras, dia bilang memang pintu itu sudah rusak jadi setiap kali di tutup pasti akan bersuara keras.

Mendengar itu aku tidak langsung percaya begitu saja, karena hatiku berkata bahwa memang ibunya tak menyukaiku, air mata terus berjatuhan, dia yang melihat ku seperti ini terus menenangkan, dia peluk aku begitu erat, sehingga memberikan kenyamanan yang luar biasa.

Begitu lama aku di peluknya sampai aku tak ingin lepas dari pelukan hangat ini, sekarang dirumah ini hanya tinggal kami berdua, tak ada siapa siapa, tetangga di sini pun terbilang rumahnya agak jauh jauh, hingga membuat suasana hening dan sepi, aku yang tengah berada di dalam pelukannya tiba tiba di bisiki rayuan setan tentang kenyamanan, setan itu bukan hanya merayuku melainkan merayu mas Fatih juga.

Dia melepaskan pelukan itu lalu mencium manis kedua pipi dan kening ku, aku tak menyangka dia akan berbuat seperti itu, aku yang telah di rayu setan bukanya merasa marah ketika menerima perlakuan itu justru aku hanya pura-pura marah dan kemudian memeluk mesra tubuhnya kembali, hingga pelukan itu mengantarkan kami kesebuah keintiman yang luar biasa.

Tubuhnya kini terasa sedikit begitu hangat bahkan membuat aku terlena di buatnya, ketika pelukan itu berlangsung tiba tiba dia berbisik.

"Ade cinta sama Mas?"qxa2

aku yang mendengar itu melepaskan pelukan itu, ku tatap baik baik kedua bola matanya, dia yang membalas tatapan ku lalu mengulangi perkataan itu kembali, aku tak menjawabnya dengan kata namun kedipan mata ini meng iyakan.

"kalo Ade sayang sama mas Ade mau menuhi permintaan mas"

"apa?... jangan yang aneh aneh ya..."

" iya.. de.. "t

"janji ya..."

"iya...sekarang Ade peluk mas lagi ya"

akupun memeluknya kembali dia, ternyata setan tak sampai disitu menggoda kami, ketika pelukan itu di langsungkan tiba tiba tangan nya meraba gundukan di dadaku, berkali kali ku tepis tanganya namun jari jari nakalnya terus berlari dengan lihai, merasakan sentuhan itu tubuhku terasa aneh, panas dingin kurasa, kupejamkan mata ini ketika jari jari itu mulai menari, tak cukup sampai disitu, bibirnya pun ikut bekerja, dia kecup kening ku perlahan lahan turun ke pipi, tiba tiba muachup.... dia mengkecup dalam bibir ku, aku yang terkejut sontak membuka mataku, aku tak percaya dia akan seperti ini, sungguh aku kaget ini adalah ciuman pertama ku...