webnovel

Hati Syarah

malam itu adalah malam yang sangat kelam, aku takut bahkan sangat takut, tetika mereka datang dan hampir merenggut mahkota yang selama ini aku jaga, aku dipeluk dan dipaksa melepas pakaian ku, ku coba memberontak namun tak bisa mereka berdua, yang satu memeluk erat tubuhku dari belakang, dan yang satu mencoba melucuti pakaian ku, aku terik minta tolong berulang kali namun naas tak ada yang mau membantu ku padahal banyak kendaraan berlalu lalang, sedih, kecewa, pasrah itu yang bisa ku lakukan. Batinku terus berdo'a semoga yang maha kuasa mengirim malaikatnya untuk menyelamatkan ku, hingga akhirnya suara motor itu mendekat, ku kira orang yang akan memperkosa ku bertambah namun ternyata malaikat itu benar ada, Allah menyentuh hatinya dan menggerakkan kakinya untuk menyelamatkan ku, trimakasih... trimakasih ya Allah. Dalam tangisku akupun tersenyum bahagia, untunglah dia datang di waktu yang tepat, sebelum bajingan ini menyentuh mahkota ku, dia datang menyelamatkan, sungguh aku benar benar berhutang Budi padanya, pria itu pria yang tempo hari bertemu dengan ku di acara sekolah, pria yang membuat malu diri ku karena baju ku di robeknya, pria yang belum sempat ku tanya namanya, pria yang ku bawa jaketnya, dia datang kembali dengan menyelamatkan kehormatan ku, membawa harapan yang hampir hilang, sungguh aku beruntung dan berhutang padanya, sesuai janjiku jika ada yang membantu menyelamatkan ku dari titik ini aku berjanji akan mengabdi dan membalas kebaikannya dengan cara apapun.

Laki laki itu sungguh baik, matanya yang hitam kecoklatan walau sedikit merah, kurasa dia sedang mabuk namun dia mau dan mampu menyelamatkan ku, awalnya aku ragu, aku takut kalau dia akan melecehkan ku dengan kondisinya yang seperti itu, namun ternyata dia justru menjagaku bahkan mengantarku hingga tujuan dengan selamat, dia melindungi ku, menutupi aurat ku yang terbuka karena bajingan itu, memberi ku minum, meyakinkan ku bahwa aku harus kuat, bahkan dia menawarkan diri untuk menjaga ku, namun kurasa itu tidak perlu karena setelah ini mungkin aku akan pulang ke kota ku.

Rasa trauma ini begitu membekas dalam ingatan ku, memberikan goresan luka yang begitu dalam hingga jiwaku hampir terguncang, semenjak kejadian itu aku cuti, bahkan ayah datang menemui ku karena aku harus di rawat akibat syok berat yang ku alami dan takut nantinya akan menimbulkan depresi, pihak sekolah yang menanggung semua biayanya ikut prihatin akan hal ini, karena hal ini terjadi akibat ke teledoran pihaknya dalam mengawasi stafnya.

***

Pagi itu aku di temani ayah di sebuah ruma sakit swasta di kota yang baru ku kenal ini, aku yang tengah di suapi semangkuk bubur tiba tiba terhenti karena langkah kaki itu datang dan mendekat.

tuk...tuukk.. tuukkk...

"assalamualaikum"

Raina sahabatku, dia datang menjenguk seperti biasanya, namun kali ini berbeda dia membawa seorang laki laki tinggi dengan perawakan yang tak asing bagiku, walau di tutup masker dan upluk rasanya aku memang mengenalinya. Mata itu... Mata yang tak lama aku lihat kini menatapku lagi, dia memandangi ku tanpa henti, sebuah senyuman dari balik masker itu begitu terasa pas kedalam dada, hingga mereka menyodorkan tangannya pada ayah, aku terus menatap wajah itu hingga...

"Ra... gimana kabar kamu hari ini?..."

"Alhamdulillah sudah mendingan re..."

tiba tiba ayah ku yang tengah memberiku makan angkat bicara.

" Reina... ini siapa?"

"oh iya om... kenalkan ini Fatih... Fatih ini...."

Reina menceritakan semuanya pada ayah, ya karena malam itu, sesampainya aku di mes Reina yang panik dan khawatir akan diriku langsung membawa ku ke kamar, dia merawatku dan langsung menyuruhku istirahat, dan di luar sana laki laki itu, aku belum sempat bertanya siapa namanya, mungkin dia masih menunggu ku, dan mungkin saja dia berbincang dengan Reina, sehingga dia tau semua kejadian itu, bahkan dia tau nama laki laki yang kini berdiri di hadapan ku.

"Trimakasih nak Fatih... untung aja ada nak Fatih rasanya jika tidak entah apa yang terjadi pada Syarah sekarang... sekali lagi bapak ucapkan terimakasih nak"

"iya sama sama pak... kebetulan saja pak "

"ini bukan suatu kebetulan nak... Allah yang sudah mengerakan hati kamu untuk menolong anak bapak, ini takdir Allah nak"

Ayah ku terus mengucapkan terimakasih tak terhenti, Reina dan ayah pun memberiku waktu untuk sekedar berbincang dengan nya, ya... laki laki yang kini begitu aku hargai, mereka pun pergi keluar, kini ruangan ini begitu hening, tak ada kata sedikit pun, yang ada hanya dia dan aku yang menatap kearah yang tak jelas hingga dia mengawali kata, dan kata itu yang menjadi awal dimana kita akan bersama menuju cinta yang sesungguhnya.

***

Hari berlalu begitu cepat tak terasa satu bulan sudah proses penyembuhan trauma ku berjalan, ayah yang selama ini menemani ku kini harus pergi kembali walau tanpa aku, aku tak bisa meninggalkan pekerjaan ku disini, karena telah terikat kontrak kerja selama tiga tahun, dan itu tak bisa di batalkan atau aku akan kena denda lima ratus juta, mana mungkin aku bisa pergi, ketika kontrak telah mengikatku, dengan berat hati ku lepaskan ayah untuk pulang kembali, walau air mata harus jatuh lagi dan lagi.

Aku yang masih berdiam diri di tempat ini, tempat yang tak jauh dari mes ku, tempat dimana anak anak menunggu angkot atau bis, tiba tiba di kagetkan oleh suara motor yang kini tak asing lagi bagi ku.

"Ra..."

suara itu memanggilku kembali, pria dengan sweater hitam itu melepas helm nya dan menghampiri ku, Fatih Malik Ibrahim nama yang indah yang ku kenal sejak satu bulan yang lalu, mungkin aku belum terlalu lama mengenalnya, namun bagiku dia adalah malaikat ku, dia pria yang baik dan bertanggung itu yang ku lihat sekarang, sejak kejadian di rumah sakit itu kini kami menjadi dekat, bahkan sangat dekat, kami sering berbincang baik via WhatsApp, telpon atau pun bertemu secara langsung.

Kini kami berteman atau mungkin lebih dari teman ah entahlah... kami sendiri tak tau apa hubungan ini, yang jelas kini kami semakin dekat, aku yang tengah memulihkan trauma ku sering berbagi cerita padanya, begitupun dengan dia, dia sering berbagi cerita bahkan memberi ku tanggapan tentang cerita cerita ku.

Kini Kenyamanan itu kini datang dengan sendirinya, dan kenyamanan itulah yang menguatkan aku untuk tetap bertahan berada disini.

"Ra... Heiii... kok bengong"

"eh... iya mas... mau jalan sekarang?"

"kamu maunya kapan (menggoda)"

"Terserah Mas aja..."

" Hayu sekarang... tapi ijin dulu sama ayah ya.."

" Ayah sudah pulang mas"

"kapan?... bukan nya besok"

" iya tadinya mau besok, cuman tadi ada telpon dan ada proyek besok, jadi terpaksa pulang hari ini"

"oh begitu... jadi gimana sekarang?"

"gimana apanya?"

" mau jalan sekarang atau tidak? tapi kelihatannya pacar mas ini sedang sedih"

"ih... apa sih mas"

"mau jadi nggk tuan putri"

Dia menyodorkan tangan nya , aku pun tersipu malu, sambil menggenggam tangan nya akupun menaiki motor itu menuju kesebuah taman yang ada tempat bersejarah di pusat kota Indramayu. Namanya sungai cimanuk, menurut sejarah sungai itu adalah sungai dimana tempat darma ayu menenggelamkan diri karena melarikan diri dari orang orang yang ingin membunuhnya, dan menurut sejarah itu adalah akhir dari kisah cinta darma ayu dan Raden wiralodra sang pembuka wilayah Indramayu ini, bahkan nama Indramayu pun di ambil dari nama kekasihnya darma ayu.

sesampainya disana aku dan mas Fatih pun menikmati udara sore yang lumayan sejuk, dengan di temani es tebu menambah kesegaran di sore ini. Mas Fatih adalah orang yang humoris dia selalu menenangkan dikala hatiku tengah gundah, menguatkan dikala aku rapuh, memberiku sandaran di kala aku sedih, mungkin dia tak pernah mengutarakan isi hatinya, namun aku tau bahwa dia sangat mencintai ku, lewat tutur katanya, tingkah lakunya, perhatian nya aku tau dia menyayangi ku, bahkan seringkali dia berkata ingin memiliki ku seutuhnya.

Pada awalnya memang aku pernah berfikir mungkin dia hanya bergurau, atau hanya ingin menghiburku saja namun seiring berjalannya waktu, rasa itu memang benar benar dia utarakan, mungkin dia berbeda dari yang lainya, kebanyakan orang mengutarakan cinta dengan sebuah kata lain halnya dengan dia, dia memiliki cara yang berbeda.