webnovel

Penghinaan!

Dengan begitu percaya diri, Carissa memuji penampilannya di depan cermin. Seolah dia adalah wanita tercantik di bumi pertiwi ini.

Karena keinginannya untuk merebut Vero kian merasuk, Carissa akan melakukan apapun agar usahanya berhasil.

Carissa sangat tergila-gila pada Vero, karena memang tidak bisa dipungkiri kalau Vero adalah sosok laki-laki yang sempurna di mata para wanita, jika dilihat dari sisi fisik dan penampilan.

Padahal, jika ditelusuri lebih dalam tentang sisi lain di diri Vero akan terlihat cacatnya. Manusia memang tidak ada sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan. Satu yang pasti, bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan.

"Sesampainya di kantor nanti, aku akan langsung masuk ke ruangan Vero! Aku akan membuktikan, kalau aku ini tidak kalah dengan kekasihnya itu!" ucap Carissa sekali lagi sesaat sebelum berangkat.

Kali ini pakaian Carissa semakin minim dan seksi. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita satu ini, hingga berani mempertontonkan kemolekan tubuh yang ia miliki.

Saat Carissa sampai kantor, apa yang dia pikirkan berhasil. Seluruh karyawan kantor mulai memandangi perbedaan Carissa ditambah karena baju yang ia pakai memang menggoda.

Desus suara dari bisikan para karyawan, bukannya membuat Carissa malu dan terpojok. Malahan dia semakin percaya diri dan tinggi hati.

"Mereka pasti memuji kecantikan juga tubuh seksi yang melekat di diriku!" batin Carissa sombong.

Padahal semua orang sedang menggunjingnya. Ada yang mengatakan Carissa wanita penggoda, ada yang risih dengan kelakuannya. Namun, ada juga yang tertarik, terutama karyawan laki-laki.

Carissa yang cuek dan tidak terlalu mempedulikan, lalu duduk dan menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi ruang Vero.

Sejujurnya, Carissa adalah sekertaris pribadi Vero. Sangat wajar bukan jika kelakuan Carissa begitu agresif seperti pada film-film yang memperlihatkan bos ada main hati dengan sekertaris.

Sayangnya, Carissa tidak termasuk dalam katagori wanita incaran Vero yang kriterianya memang tinggi.

"Sebaiknya aku ke ruangan Vero saat membawa berkas yang nanti harus ditanda tangani saja. Agar Vero tidak curiga dan menolak kedatanganku," lirih Carissa sembari menyiapkan berkas penting.

***

Di dalam ruangan, Vero nampak sumringah sampai-sampai giginya terpampang jelas.

Setelah acara malam makan kala itu, hati Vero selalu senang. Apalagi kalau bukan karena keinginannya sebentar lagi terwujud.

Menikmati keindahan yang dimiliki Aurel. Vero terbayang-bayang akan hal itu, karena sosok Aurel begitu berharga seperti sebuah mutiara di dalam kerang laut yang belum terjamah oleh siapapun.

"Satu minggu lagi aku akan melamar Aurel! Aku akan segera mempercepat proses hubungan ini agar tidak perlu menunggu lama untuk menikah!" tekad Vero sambil membayangkan lekuk tubuh Aurel dan kulit putih mulus yang selalu menggiurkan.

Itulah sisi buruk seorang Vero! Laki-laki yang haus akan nafsu dan kenikmatan!

Sebenarnya, sangat disayangkan Aurel mendapatkan Vero. Tidak cocok dan tidak adil untuk seorang Aurel. Wanita baik-baik yang masih virgin harus bersanding dengan laki-laki hidung belang yang berkelas.

"Tahan Vero! Rasa haus yang kamu rasakan, sebentar lagi akan mendapatkan penerangan. Ya, aku gak boleh bermain dengan wanita lain sebelum mencicipi Aurel!"

Tok! Tok!

Carissa mengetuk pintu membuyarkan lamunan Vero.

"Masuk!"

Tidak butuh waktu lama, Carissa langsung masuk dengan segala akal bulus yang sudah ia persiapkan.

Vero yang tadinya menatap ke arah jendela, lalu mengedarkan pandangan pada sosok yang sudah berdiri tepat di depannya.

Dasar lelaki memang tipe buaya darat. Sudah tahu, seminggu lagi dia akan lamaran, tetap saja kedua matanya tidak bisa beralih dari tubuh seksi milik Carissa.

Jujur, Vero sedikit terbuai dan tertarik. Namun, tidak menginginkannya. Pikiran Vero saat ini hanya tertuju pada Aurel seorang.

"Pak, Vero ... ini beberapa berkas yang harus Bapak periksa dan tandatangani," ucap Carissa sambil tubuhnya mendekat ke kursi yang Vero tempati.

Perlahan tapi Pasti. Carissa benar-benar sangat berani karena dia mulai mendekati tubuh Vero sambil memperlihatkan belahan dada.

Tidak sampai di situ saja. Carissa lalu meletakkan berkas dan duduk di atas meja hingga pahanya terlihat jelas.

"Mulus dan lumayan putih!" batin Vero sambil menelan ludah.

Kucing mana pun jika dihidangkan ikan di depannya pasti akan terpancing. Sayangnya, kali ini Vero masih sadar dan bisa menahan.

Bukan karena Vero sudah menjadi laki-laki baik. Akan tetapi, Vero tidak ingin kehilangan Aurel apabila sikap mata keranjang yang ia miliki diketahui kekasihnya tersebut.

Beberapa saat Vero terpaku dalam situasi menegangkan itu, sampai akhirnya dia menegur sekertaris yang telah bersikap lancang.

"Carissa! Apa yang kamu lakukan?! Apakah kamu mencoba merayuku?!" bentak Vero langsung berdiri dan memarahi Carissa.

Wanita itu lantas panik dan terkesiap. Dia turun dari meja tapi tidak pergi dari pandangan bosnya.

"Maafkan aku Pak Vero, hanya saja ada sesuatu hal yang harus aku katakan."

"Apa?! Cepat katakan! Aku minta kamu sedikit mundur!" sergah Vero.

"Tapi kenapa? Bukankah selama ini Pak Vero selalu tertarik dengan wanita seksi sepertiku? Jujur, aku jatuh cinta sama Bapak dari pertama kali aku melihat Pak Vero," jelas Carissa berkata sungguh-sungguh.

"Kamu itu sadar gak ngomong sama siapa?! Ha?! Aku ini BOS kamu! Dan kamu beraninya ngomong seperti itu! Maksud kamu itu apa? Lagipula, kamu sudah tahu jika aku ini memiliki kekasih! Satu lagi, berhenti menggunakan kata AKU dan KAMU! Ingat, aku bukan teman bagimu! AKU SEORANG BOS BESAR!!!"

"Ma-maaf, Pak. Bukan maksud saya lancang, tapi ... apakah sudah tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk bersanding dengan Bapak?"

Mendengar ucapan Carissa, Vero malah tertawa terbahak.

"JANGAN MIMPI!!! Apa kamu itu di rumah gak punya cermin?! Lihatlah, wajah kamu yang sangat standar itu! Apa pantas seorang wanita dengan kriteria pas-pasan bersanding dengan diriku?!" hardik Vero.

Carissa sama sekali tidak menyangka, jika cintanya akan ditolak mentah-mentah sama Vero.

"Kamu itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Aurel! Dasar wanita minus!"

Vero terus menghina Carissa sampai penghinaan itu terasa ke dalam lubuk hati paling dalam.

Jari-jemari Carissa menggenggam erat. Rasa marah akibat dihina dan dicaci oleh laki-laki yang dia cintai, membuat rasa dendam.

"Beraninya dia mencaci dan mempermalukan aku! Awas saja! Kalau aku tidak bisa memilikimu, akan aku pastikan, kalau Aurel pacarmu itu juga tidak boleh mendapatkan dirimu!"

"Ngapain lagi kamu masih di sini?! Pergi sana! Kembalilah bekerja, dan jangan harap wanita sepertimu bisa menaklukkan hatiku! Meskipun hanya dalam mimpi!"

Kali ini Carissa sudah tidak ingin diam. Amarahnya kian menggebu! Namun, demi balas dendamnya berhasil, dia harus tetap bersikap baik di depan Vero dan Aurel. Jangan sampai dia bersikap gegabah hingga usahanya terbilang sia-sia.

"Sekarang, gue akan berusaha sabar. Tapi nanti, saat semuanya sudah berjalan baik, gue gak akan segan-segan menghancurkan kalian berdua!"

Carissa lalu pergi dalam keadaan emosi yang ia pendam sendirian.

***

Bersambung.