webnovel

Gosip Lamaran

Setelah kepergian Carissa, bibir Vero langsung nyengir. Dia sama sekali tidak menyangka kalau sekretarisnya itu menyatakan cinta.

Memang benar, dulu Vero yang menerima Carissa menjadi sekretaris pribadinya dan semua itu atas dasar ilmu yang dia punya juga tubuh yang selalu terlihat seksi di kantor.

Tentu saja semua itu menjadi hiburan tersendiri untuk Vero saat dia jauh dari sang kekasih. Namun, karena bertemu Aurel, Vero kini hanya tergila-gila pada gadis pujaannya itu. Sehingga, sudah tidak ada lagi wanita yang bisa mengalihkan pandangan.

"Bisa-bisanya dia lancang mengatakan cinta padaku! Dasar wanita tidak berpendidikan!"

Sifat Vero memang angkuh dan sombong seperti kedua orangtuanya! Di dalam otak dan pikiran mereka hanya seputar uang, harta, tahta, martabat dan kemewahan.

"Kalau dia berani begitu lagi, aku tidak akan segan-segan memecatnya dan menggantikan dengan gadis yang lebih pintar dan tentunya cantik!"

Setelah cukup lama menggerutu di dalam hati, Vero mulai melupakan Carissa dan kembali fokus pada lamaran yang seminggu lagi akan terlaksana.

Rencana besar sudah dipikirkan Vero beserta kedua orangtuanya. Melisa juga Abimanyu selalu menginginkan jika anak satu-satunya yang mereka miliki bisa melangsungkan lamaran dan pernikahan super mewah dan megah.

Alasannya, tidak lain karena gengsi, dan ingin terlihat WAH di mata rekan bisnisnya.

"Sepulang dari kantor nanti, aku akan membeli berbagai barang untuk lamaran. Jangan sampai aku dan Mama, Papa terlihat kurang di mata kedua orang tua Aurel," gumam Vero.

Uang berjumlah fantastis juga sudah dipersiapkan Vero. Tidak tanggung-tanggung, uang sebesar 1 Miliyar akan dihabiskan Vero untuk membeli barang-barang mewah yang akan dibuat seserahan.

***

Gosip lamaran Vero dan Aurel kian santer. Tidak hanya beredar luas di kalangan pengusaha. Namun, semua karyawan Vero juga akhir-akhir ini selalu membicarakannya.

Bahkan, kabar itu berhasil booming! Semua orang sangat terpukau pada hubungan Vero dan Aurel. Dua keluarga kaya raya, sebentar lagi akan bersatu menjadi keluarga tajir melintir.

"Wah, enak banget ya hidupnya Pak Vero ... udah dia lahir dari keluarga kaya, sekarang dapat jodoh orang kaya pula," ucap salah satu karyawan di kantor yang tengah asyik menggosipkan Bosnya tersebut.

"Iya tuh! Bikin iri semua orang saja! Terlebih kita-kita yang hanya punya uang pas-pasan!" jawab lawan bicaranya.

Ternyata Carissa mendengar gunjingan dari teman sekantornya. Carissa memang sempat mendengar gosip yang sudah beredar luas itu, hanya saja dia tidak yakin.

Sayangnya, bukti-bukti telah menjelaskan bahwa semuanya nyata dan bukan sebuah kebohongan.

"Sial! Jadi Vero benar-benar akan melamar kekasihnya itu?! Gue gak boleh diam saja! Gak akan gue biarkan Vero bahagia dengannya! Apalagi, setelah Vero menghinaku!" batin Carissa sambil meremas kertas yang ada di tangannya dengan mata menyala tajam.

Setelah kejadian penolakan Vero kala itu, Carissa sudah tidak lagi merayu. Dia masih memiliki harga diri, meskipun sebenarnya hasrat untuk mencuri hatinya Vero masih sangat dia pertahankan.

Carissa sadar, dia tidak akan bisa menggagalkan rencana lamaran ataupun pernikahan Vero dengan Aurel. Karena akan sangat berat dan membahayakan dirinya sendiri apabila rencana jahatnya itu diketahui. Bisa-bisa Carissa dipenjara.

"Kalian boleh saja bersenang-senang untuk saat ini! Namun, sebentar lagi akan ada hal besar yang akan aku lakukan untuk kehancuran hubungan kalian!"

***

Tibalah saat malam ini Vero beserta kedua orangtuanya datang ke rumah Aurel.

"Sayang, bagaimana kamu sudah siap?" tanya Melisa sembari menenteng tas mewah dan berpakaian bagai seorang ratu kerajaan.

"Sudah dong, Ma! Tinggal menunggu Papa lagi ke kamar mandi," jelas Vero yang sejak tadi sibuk melihat wajahnya di cermin.

Seluruh seserahan barang-barang mewah sudah berada di dalam mobil dengan dihias sedemikian rupa agar terlihat semakin mewah.

Jika keluarga Vero melakukan ini semua hanya untuk dipuji dan mempertinggi harkat dan martabatnya, berbeda dengan keluarga Aurel.

Sifat dan karakter dua keluarga ini memang berbeda jauh. Antara bumi dan langit! Meskipun Mama dan Papa Aurel kaya raya, mereka lebih suka dengan kesederhanaan.

"Ma, Aurel grogi nih ... hati Aurel gak bisa tenang," ucap Aurel sembari mondar-mandir saking takutnya. Bahkan belum aja sepuluh menit, dia sudah bolak-balik ke kamar mandi empat kali.

"Sayangku, tenanglah. Semakin kamu tidak bisa mengontrol rasa cemas yang ada di diri kamu, otomatis ketakutan itu akan bertambah. Ke marilah, sini ... peluk Mama."

Nurma sangat paham dengan sesuatu yang sedang dialami Aurel. Karena Nurma pun dulu pernah berada di posisi Aurel, saat dirinya akan dilamar oleh Putra yang kini menjadi suami baik hati dan kebanggaan keluarga.

Aurel lalu berjalan menghampiri Nurma dengan wajah tersenyum. Dia sangat bahagia mempunyai orang tua yang begitu penyayang dan pengertian.

Nurma memeluk Aurel begitu erat dan beberapa kali mengecup kening juga pipinya.

"Tidak terasa anak Mama sudah besar sekarang. Sebentar lagi, akan ada seseorang yang akan membuatmu lebih bahagia dari ini. Mama sangat bahagia, akhirnya kamu menemukan laki-laki pilihan kamu."

Beberapa kalimat diungkapkan Nurma sebagai motivasi untuk sang anak. Nurma memang bahagia, tapi dia juga merasa sedih. Karena jika anak satu-satunya itu menikah, sudah tidak ada lagi yang akan membuat keramaian di dalam rumah.

Namun, sebisa mungkin Nurma harus bisa menyembunyikan kesedihannya di depan Aurel. Ibu manapun pasti tidak tega menciderai kebahagiaan anak yang tengah berbahagia.

"Sudah, sekarang kamu minum dulu biar lebih tenang. Jangan sampai, saat calon Suami dan Mertua kamu datang, kamu malah gak bisa bersuara," saran Nurma.

"Baik, Ma ... Aurel sekarang menjadi lebih baik. Thanks Mama Sayang." Kemudian Aurel mengecup kening Nurma dan memeluknya sekali lagi sebelum pergi.

***

Acara demi acara berjalan lancar, kini tinggal sesi foto-foto dan penyerahan seserahan. Dari baju, tas, sepatu, perhiasan dan sejumlah uang diberikan Vero pada Aurel.

Semuanya pun bertepuk tangan bahagia. Sungguh acara yang dramatis. Sayangnya, beberapa saat kemudian Melisa berulah. Tingkahnya sama sekali tidak mencerminkan jiwa bangsawan. Bahkan kesannya dia mempermalukan Vero dan keluarganya sendiri.

"Aurel, semoga kamu bisa merawat dan menjaga semua barang-barang itu, ya ... karena semuanya branded dan mahal. Aku beritahukan jika ditotal Vero sudah menghabiskan uang 1 Miliyar, hanya untuk kamu."

Vero dan Abimanyu tidak merasa ada yang salah dengan apa yang sudah dikatakan Melisa. Namun, Mama dan Papa Aurel yang merasa aneh.

Putra dan Nurma lalu saling menatap sembari tersenyum kecut. Seolah Putra dan Nurma risih dengan penjelasan Besannya itu.

"Apakah bagi mereka, semua penjelasan itu perlu? Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan keluarga ini?" batin Nurma. "Ah, sudahlah! Aku tidak boleh berburuk sangka. Semoga ini hanya perasaanku saja," imbuh Nurma mencoba menenangkan perasaan.

Begitupula dengan Putra. Dia merasa jika apa yang telah dikatakan Melisa membuat kekhawatiran di dalam benaknya.

***

Bersambung.