webnovel

Makan Malam Menegangkan

"Sayang, aku takut," lirih Aurel pada Vero yang fokus pada laju mobilnya.

"Takut kenapa?"

"Takut, karena ini pertama kalinya aku bertemu dengan orangtuamu."

Vero tersenyum sembari salah satu tangannya menggenggam tangan Aurel.

"Tenanglah, semua akan berjalan dengan baik dan menyenangkan. Aku juga memastikan kalau kedua orang tuaku, setuju dengan hubungan kita," jawab Vero.

Aurel tidak bisa bersikap banyak. Ia lalu membalas senyuman Vero sambil mengatur nafas dan memperkuat mental.

Rumah mewah bernuansa putih mulai terlihat dan mengalihkan pandangan Aurel.

"Itu rumah kamu?"

"Iya."

Rumah Vero memang sangat mewah, sayangnya tidak membuat jiwa Aurel terguncang. Ya, karena dirinya pun mempunyai rumah yang sama-sama mewah. Jadi, tidak ada kata-kata yang menunjukkan jiwa kemiskinan meronta.

Jantung Aurel kian memburu. Ada rasa takut dan bingung apabila dia tidak disambut baik oleh calon Mertua.

Menjadi wanita itu memang tidak mudah, karena perasaannya selalu aktif dan membuat semuanya menjadi dramatis. Berbeda dengan seorang laki-laki yang lebih mengandalkan logika dalam menghadapi hidup.

"Ayo turun," ajak Vero sambil mengulurkan tangan untuk meraih dan menggandeng Aurel.

Wajah Aurel terlihat gugup. Sikapnya pun menjadi salah tingkah.

"Kamu kenapa, Sayang? Perasan dari tadi aku perhatikan, gerak-gerik kamu aneh?" sela Vero sesaat Aurel turun dari mobil.

"Udah dibilangin aku itu takut!"

Vero lantas memeluk kekasihnya itu sembari berbisik, "Percayalah, selagi ada aku, kamu akan baik-baik saja dan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan."

Saat masuk rumah, ternyata kehadiran Aurel sudah ditunggu dan disambut baik oleh Abimanyu beserta Melisa.

Melisa dan Abimanyu yang semula duduk di sofa super empuk, lalu berdiri dan menatap Aurel. Terutama Melisa. Matanya tidak berhenti menatap Aurel setiap inci dari rambut hingga kaki.

"Jadi ini pacarnya Vero? Benar apa yang dikatakan oleh anak lelakiku itu, gadis ini memang spesial. Selama aku hidup, baru kali ini melihat gadis yang kecantikannya seperti boneka Barbie."

Melisa terus mengomentari penampilan Aurel. Tentu saja Aurel semakin takut dan tidak enak. Apalagi, saat Melisa melipat kedua tangannya ke dalam dada seperti ingin mengintrogasi.

"Selamat malam, Tante ... Om. Perkenalkan, saya Aurel."

Gadis seksi itu memberanikan diri bersuara sembari berjalan mendekati Abimanyu dan Melisa untuk menjabat tangan.

Melisa tersenyum dan menerima uluran tangan dari Aurel, begitupun dengan Abimanyu.

Sejujurnya, karena Melisa tahu jika Aurel memang benar-benar dari keluarga orang kaya.

Melisa yang mempunyai hobi shoping barang-barang branded tentu hafal dan jeli terhadap apa yang malam ini dipakai Aurel.

"Halo, Aurel ... Tante senang bisa bertemu dengan kamu. Mari kita lanjutkan obrolan ini di ruang makan."

Di meja, sudah terpampang jelas berbagai macam hidangan yang lezat dan menggiurkan. Melisa sudah mempersilahkan untuk disantap.

"Aurel, Tante mau tanya serius sama kamu dan Tante harap, kamu menjawab dengan jujur."

Deg!

Jantung Aurel bergemuruh. Rasa-rasanya, aliran darah terhenti sesaat dan sulit sekali mengatur naskah.

Ucapan Melisa seperti soal ujian bagi Aurel. Dia tidak tahu jika pada akhirnya bukan makan malam yang menyenangkan yang ia dapatkan, melainkan menegangkan.

"Iya, Tante," jawab Aurel berusaha bersikap tenang.

"Siapa nama kedua orang tuamu? Kalau memang kamu anaknya orang kaya, pasti aku mengenal mereka."

Pertanyaan Melisa begitu bar-bar! Tidak perduli dengan perasaan Aurel yang begitu takut pada pertemuan pertama kali ini.

"Papa saya bernama Putra dan Mama saya Nurma, Tante."

"Apa yang kamu maksud Putra Sanjaya?" sergah Melisa kemudian.

Aurel semakin bingung. Tidak disangka, calon Mertuanya itu kenal dengan Papanya. Dia lalu mengangguk sebagai tanda membenarkan jawaban Melisa.

"LUAR BIASA! Sudah tidak ada lagi yang perlu diragukan dan dipertimbangkan! Mulai detik ini, Tante merestui hubungan kamu dengan Vero. Bukankah demikian, Pa?" jelas Melisa langsung meminta persetujuan Abimanyu.

"Tentu saja! Om juga sangat mendukung!" timpal Abimanyu.

"BENARKAH?" seru Vero langsung berdiri dengan senyum lebar.

Aurel pun demikian. Dia tersenyum puas mendengar restu yang diberikan oleh kedua orang tua Vero.

"Iya, Sayang! Apa kalimat Mama masih kurang jelas? Sekali lagi Mama katakan, bahwa Mama dan Papa MERESTUI hubungan kalian!"

Vero yang girang langsung berteriak lalu berlari menghampiri Aurel.

"Sayang! Akhirnya, sebentar lagi kita akan menjadi sepasang kekasih!" ucap Vero tidak sanggup menyembunyikan kebahagiaannya.

Vero memeluk Aurel begitu erat sampai-sampai beberapa kali dia mengecup kening dan pipi Aurel.

"Mas, hentikan ... gak enak dilihatin Mama dan Papa kamu," bisik Aurel dengan pipi merona karena malu.

Melisa dan Abimanyu hanya tertawa melihat kelakuan anak juga calon Menantunya itu.

"Kalau dia bukan golongan orang kaya, secantik apapun wajahnya, aku tetap tidak akan setuju! Hubungan kalian selamat karena HARTA!" batin Melisa sambil tertawa sinis.

Perbincangan pun kian serius karena dilanjutkan dengan rencana lamaran yang akan dilangsungkan beberapa minggu lagi.

***

"Apa kamu lega sekarang?" tanya Vero di dalam mobil dalam perjalanan mengantarkan Aurel pulang.

"Iya, Mas! Malam ini adalah hari yang begitu membahagiakan dan aku sudah tidak sabar memberitahukan kabar baik ini pada Mama dan Papa," jawab Aurel kegirangan.

"Apalagi aku, sebentar lagi tubuh indah yang kamu miliki akan sepenuhnya menjadi milikku!" batin Vero puas.

Di saat Vero dan Aurel sedang berbahagia, ada Carissa yang sedang marah dan kesal.

"Siapa gadis yang beraninya merebut Vero dari gue! Apa dia tidak tahu jika pacarnya itu adalah pria yang selama ini gue incar!" ucap Carissa sambil meremas sprei.

Carissa dendam dengan Aurel. Dia tidak terima jika Vero menjalin hubungan dengan wanita lain, terlebih wanita tersebut lebih segalanya dari dirinya.

"Lihat saja! Besuk, gue akan merebut Vero kembali!" tekad Carissa.

Selama ini Carissa selalu memendam dan tidak berani jujur tentang perasaannya pada Vero. Namun, kali ini berbeda. Dia sudah tidak ingin lagi menunda atau membiarkan hubungan Vero dan Aurel semakin jauh.

Jadi, Carissa memutuskan jika besuk di kantor, dia akan menyatakan cinta pada Vero.

"Besuk pagi, gue harus terlihat cantik dan seksi di depan Vero! Gue gak boleh kalah dari wanita itu! Enak saja, dia dengan mudahnya berpacaran dengan Vero! Sedangkan gue? Masih anteng kayak KUCING gak punya nyali!"

Segala cara mulai dilakukan Carissa malam ini, demi menunjang kecantikannya esok pagi.

Dari luluran, mencukur segala macam bulu, hingga menggunakan berbagai krim sebelum tidur.

Beruntung Carissa masih tergolong dari jajaran orang-orang berada. Meskipun tidak termasuk di dalam katagori kaya! Karena keluarganya sama sekali tidak mempunyai perusahaan seperti Vero dan Aurel.

Meski demikian, kedua orang tua Carissa mempunyai bisnis vila di Bali.

Paginya, Carissa tersenyum lebar tatkala sedang bercermin. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Wajahnya yang semula tidak terlalu putih dan mulus, pagi ini menunjukkan perubahan meskipun sedikit.

"Tuh 'kan! Gue memang gak kalah cantik sama dia! Lihat saja! Baru juga semalam aku perawatan, kulitku semakin putih!" puji Carissa pada dirinya sendiri. Padahal, perbedaannya hanya 20 persen!

***

Bersambung.

Next chapter