Keluarga Grissham memiliki 2 penerus. Hanya saja, lahir dari wanita yang berbeda. Gavin Grissham, penerus pertama dan tentu saja dari Istri pertama, seharusnya menjadi kebanggaan. Namun semua itu hanyalah sebuah mimpi. Davin Grissham terlahir tidak sempurna sehingga hanya tubuhnya saja yang berkembang pesat tapi otaknya memiliki IQ rendah dan membuat Gavin bersikap seperti anak yang berumur 5 tahun. Siapa yang sudi menikah dengan pria tidak normal? Sedangkan, menikah adalah syarat utama dari Tuan Grissham untuk mendapatkan hak waris. Guinnevere, Putri angkat Tuan Grissham harus menelan kepahitan itu karena dipaksa menggantikan Agatha menikah dengan Tuan muda Gavin. Bisakah Guin menerima Tuan muda Gavin?
Seorang gadis tengah berjalan di
teriknya sinar matahari hanya untuk memenuhi panggilan dari Keluarga angkatnya. Keluarga yang tidak pernah memperlakukannya dengan baik, Keluarga yang selalu menindasnya dengan berbagai hinaan.
Gadis itu tetap patuh karena
walau bagaimana pun, Keluarga Garmond sudah membesarkannya meski pun sering
kali memberikan makanan sisa.
Ting... Tong...
Pranggg!
Gadis itu terkejut ketika melihat rumah
yang biasa rapi menjadi sangat berantakan. Vas bunga, gucci dan hiasan lainnya
sudah berserakan di atas lantai dengan puingan-puingan yang lain.
"Ayah!" panggilnya.
Rasa takut menghampiri karena Tuan Garmond menatapnya dengan tatapan sadis, ditambah lagi dengan tatapan Nyonya Iren dan Nona muda Agatha.
"Aku memintamu untuk pulang sejak
2 jam yang lalu, tapi kau baru kembali 2 jam kemudian. Apa kau pikir, aku sudi
memanggilmu jika bukan karena hal mendesak?" bentak Tuan Garmond.
"Ayah, aku..."
"Duduk!" perintahnya.
Gadis itu lalu duduk tanpa membantah satu kata sekali pun. Tangan kanannya menggenggam erat tangan kirinya. Keringat
dingin juga mulai mengucur. Wanita itu seperti seorang tahanan yang sedang di
introgasi.
"Guin, aku sudah mengatur
pernikahan untukmu!"
Ya, gadis itu bernama Guin. Dia mulai
meneteskan butiran air dari matanya. Bukan hanya ditindas dan tidak memiliki
kesempatan untuk memilih jalan hidupnya, tapi Keluarga Garmond juga mengatur
pernikahan untuknya.
"Ayah, tapi aku..."
"Aku tidak mungkin menikahkan
Putri kandungku untuk menikah dengan pria cacat!" pungkasnya.
"Ayah, sebenarnya aku ini apa
untukmu?" tanya Guin.
"Kau hanya pion. Apa kau sudah
paham?" jawab Nyonya Iren.
"Ayah, kenapa tidak dibatalkan
saja pernikahannya? Ayah saja tidak ingin menikahkan Agatha dengannya,
bagaimana Ayah setega ini padaku? Kenapa Ayah?" suara Guin yang tidak berdaya
membuat Tuan Garmond murka.
"Kau hanya perlu menikah, untuk
apa kau banyak sekali bertanya?" sahut Agatha.
Guin beranjak dari tempatnya duduk lalu
menoleh ke arah Agatha. "Dia calon suamimu, bukan calon suamiku!" seru Guin.
"Berhenti!" teriak Tuan Garmond.
"Jika sudah waktunya Agatha mati,
apa aku juga harus menggantikannya?" ucap Guin.
"Kau menginginkan kebebasan,
bukan? Aku akan membebaskanmu, kau bukan lagi Putriku tapi dengan satu syarat,
kau harus menikah dengan Tuan muda Gavin," ucap Tuan Garmond.
Guin tidak menjawab dan terus berjalan
menjauh. Hatinya begitu sakit karena selama 10 tahun dibesarkan oleh Keluarga
Garmond, ternyata tidak lebih dari sebuah pion untuk sebuah citra yang baik.
"Apa yang harus aku lakukan?"
gumam Guin.
***
Di kediaman Keluarga Grissham, Nyonya
Calista sedang harap-harap cemas menunggu keputusan Keluarga Garmond atas
rencana pernikahan Putranya dengan Putri semata wayang Tuan Garmond.
"Mom!" panggil Gavin manja.
"Kau jangan cemas. Kau pasti akan
menikah bulan ini," ucap Nyonya Calista lembut.
Prokkk... Prokkk...
Suara tepuk tangan sangat renyah
ditelinga. Istri kedua dan Putra kedua Tuan Grissham datang untuk menertawakan
Gavin yang sudah 200 kali ditolak. Apakah kali ini Gavin juga akan ditolak?
Gavin tetap bermain dengan robot yang ada ditangannya tanpa menghiraukan kedatangan siapapun. Nyonya Calista yang
sebelumnya terlihat cemas, bisa mengontrol dirinya untuk kembali bersikap
tenang.
"Jangan terlalu berharap!
Lihatlah Putraku. Putraku sudah mengenakan cincin di jari manisnya. Sekali
melamar langsung diterima. Sudah terlihat jelas, bukan? Jelas kau akan kalah!"
ucap Nyonya Amber.
"Belum terlihat siapa yang akan
menang dan siapa yang kalah!" jawab Nyonya Calista.
Sayangnya, Gavin menarik tangan Nyonya
Calista sebagai peringatan untuk tidak terpengaruh dengan ucapannya karena
Nyonya Amber pasti memiliki rencana setelah memprovokasi.
"Mom!" panggil Gavin memelas.
"Kalau bukan karena Putraku, aku
pasti sudah mencekikmu!" maki Nyonya Calista.
Aland Grissham mendekat ke telinga Gavin dengan sengaja. Senyum licik yang tersungging dibibirnya membuat wayah
tampannya terlihat menjijikan karena tipu muslihat.
"Gavin, siapa wanita yang akan
menikah denganmu, dia pasti akan tergoda denganku!" bisik Aland.
"Mom!" rengek Gavin.
"Cihhhh! Dasar tidak normal!"
gumam Aland.
***
Hujan tengah mengguyur kota Perancis.
Angin dingin seperti membekukan tubuh yang terbelai olehnya. Hujan seakan
mengiringi kesedihan hati Guin.
Tubuh Guin basah kuyup karena menerjang
hujan. Langkahnya tak tentu arah tanpa tujuan. Dia menangis sepanjang jalan. Tujuan hidupnya hancur bersama dengan
hatinya. Harapannya terlalu besar untuk diakui oleh Keluarga Garmond hingga
kenyataan yang tak sesuai menelan semuanya tanpa sisa.
'Apa yang harus aku lakukan?'
batin Guin.
Langkah kaki Guin menuntunnya ke sebuah
apartement mewah. Meskipun sudah berada di depan pintu, Guin hanya diam dengan
tubuhnya yang gemetar.
Apartement itu milik Eve, sahabat Guin.
Eve membuka pintu dengan wajah khawatir lalu memeluk Guin tanpa peduli dengan
tubuh Guin yang basah.
"Guin, kenapa kau tidak langsung
masuk?"
Kekhawatiran Eve bisa menenangkan Guin.
Eve membawa Guin masuk, menyambutnya dengan hangat, memberikan pakaian, juga
membuatkan secangkir teh. Selama hidup Guin, kehangatan Keluarga hanya bisa
didapat dari Eve. Hanya saja, Keluarga Eve melarang Guin untuk terlalu dekat
dengan Eve.
Hidup Guin begitu rumit, sama halnya dengan hidup Gavin. Mungkin inilah yang di maksud dengan takdir. Dua sejoli yang
tengah dirundung kesulitan dengan jalan hidup yang tidak sesuai keinginan,
dipersatukan oleh Tuhan untuk saling memberikan dukungan.
"Eve, aku akan menikah!"
Pranggg!
Eve menjatuhkan nampan yang seharusnya
diletakkan ditempatnya. Eve yang terkejut dengan ucapan Guin hanya diam
mematung tanpa bisa berucap sepatah kata.
"Guin, apa yang kau ucapkan? Apa
kau sedang mengigau?"
"Eve, aku tidak memiliki
keputusan lain. Aku akan menikah dengan Tuan muda dari Keluarga Grissham,"
jelas Guin.
"Guin, jangan main-main!" Eve
memberi Guin sebuah peringatan ringan.
Guin terdiam dan kembali tenggelam dalam
pikirannya yang sudah terlalu jauh melayang bahkan sudah melewati angkasa. Eve
hanya bisa memeluk Guin untuk memberikan tempat persinggahan ternyaman.
"Guin, katakan padaku. Apa kau di
paksa untuk menikah oleh Keluarga Garmond yang tidak memiliki otak itu?" tanya
Eve dengan nada suara menahan emosi.
"Aku ingin lepas dari
keterkekangan," ucap Guin.
"Kau bisa tinggal di sini. Ini
juga rumahmu, Guin. Kau boleh menganggapnya seperti itu," jelas Eve tanpa
melepaskan pelukannya.
Guin menghela nafasnya dan berkali-kali
mengusap airmata yang tidak berhenti menetes. Andai saja Keluarga Eve menerima
kehadiran Guin, mungkin saja Guin sudah lepas dari Keluarga Garmond. Kenyataan
tidak seindah cerita novel bagi Guin.
"Eve, aku harus menikah jika aku
ingin lepas dari Keluarga Garmond."
"Kau yakin kalau Suamimu bisa
menjagamu dari ancaman Tuan Garmond?"
"Dia pria baik dan juga kuat. Dia
bisa aku andalkan," jawab Guin.
'Maaf, Eve. Biarkan aku bohong
padamu sekali saja karena aku tidak ingin membuatmu khawatir. Meskipun pria itu
tidak normal, dia tidak akan sejahat Keluarga Garmond,' batin Guin.