webnovel

From Zero to Five Star (Indonesia)

“Apa kau menginginkan kekuatan?” Rio yang seorang Zero Star menerima tawaran dari The Devil. Tawaran itu memberikannya kekuatan untuk bertarung melawan Arcdemon, monster yang meneror umat manusia. Tapi ada satu syarat untuk mendapatkan kekuatannya, yaitu harus ada pengorbanan yang harus dilakukan. Dunia dimana Ksatria perwakilan manusia, Aditya, dan monster dari dimensi lain, Arcdemon, bertarung untuk memperebutkan bumi. Rio Nugraha harus menjadi yang terkuat tanpa harus mengandalkan kekuatan Devil untuk mengakhiri penderitaan umat manusia.

Chad_Farmer · Ação
Classificações insuficientes
10 Chs

Kembali Hidup

Sebuah tempat yang aneh untuk terbangun.

'Dimana aku?'

Tempat itu bahkan tak bisa dibilang tempat tinggalnya. Karena setiap struktur bangunan yang ada tak seperti struktur bangunan dari jamannya hidup.

"Abang!"

Suara seseorang memanggil.

'Riana?'

Namun bukan dari seseorang yang dia kenal. Wajahnya bahkan tak terlihat jelas.

"Kenapa berdiam diri di situ, kemari, makan malam sudah siap!"

" Bang ___, ayo cepat, kami sudah lapar!"

Dari belakang perempuan itu, ada beberapa orang anak kecil yang sedang memanggil namanya.

'Tapi nama siapa yang mereka panggil?'

"Itu namamu."

Dari belakang seseorang menariknya. Aura yang datang dari belakang sangat berbeda dengan yang ada di depan tadi. Sangat gelap, dan mengerikan.

"Dasar iblis!"

"Pembunuh!"

"Jadi dia pelakunya!"

"Bunuh saja dia!"

"Hukuman mati!"

Tak ada hal baik apapun yang datang dari mereka, hanya keinginan untuk membunuh dan melakukan sesuatu hal yang buruk kepadanya.

________

Rio sudah membuka mata, tapi pandangannya masih gelap.

"Apa ini, kain penutup?"

Rio mengambil kain penutup yang menutupi wajahnya lalu bangkit.

Dia tak tahu atas alasan apa dia dibawa ke ruang mayat itu, "Padahal aku masih hidup."

Dari luar, seorang Aditya yang baru saja menyelesaikan misinya merintih dalam penyesalan.

"Kalau saja aku datang lebih cepat. Setidaknya Rio bisa – "

"Ada apa denganku?"

"Setidaknya aku bisa menyelamatkanmu, bodoh!"

"Menyelamatkanku?"

"Ya, apa kau tidak sadar, kau sudah – huh?"

Jerry sadar kalau seharusnya dia sedang sendirian di tempat itu. Ditambah suara yang dia dengar sekarang berasal dari rekannya yang seharusnya sudah mati.

Jerry melirik ke samping dan menemukan Rio berdiri menghadapnya.

"GYAAAAAAAAAAAA!"

Tanpa sebab yang pasti Jerry berteriak dan mulai berlari kencang.

"Setaaaaaaan!"

"Setan? Gyaaaaaa! Setan!"

Di rumah sakit, tengah malam, dua orang pria bego berlari dikejar oleh sesuatu yang berasal dari imajinasi mereka.

"Jangan mendekatiku!"

"Jerry! Jangan tinggalkan aku!"

Hal itu terus berlanjut sampai mereka bertemu dengan seorang pimpinan regu yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.

"Mr. Pan! Tolong, ada setan yang mengejarku!"

"Gyaaaa, setan!"

"Yang mana?"

Mr. Pan tak tahu apa mereka benar-benar sedang bercanda atau memang cuma bodoh. Namun yang lebih penting lagi,

"Ini rumah sakit, jadi tenanglah."

Mr. Pan menghentikan Jerry dengan memalang leher Jerry dengan tangannya.

"Guhak!"

"Kau juga, setan."

Mr. Pan menghentikan Rio dengan menjulurkan tinjunya ke depan lalu membiarkan Rio menabrak tinjunya.

"Ack!"

Tak tahu apa yang terjadi, Mr. Pan mengangkat Jerry dan meminta kejelasan.

"Kenapa kalian dua orang dewasa di malam hari di rumah sakit berteriak seperti anak kecil seperti itu?"

"Rio, Mr. Pan, dia hidup kembali!"

"Oh, kalau begitu baguslah."

"Baguslah apany – huh?"

Jerry yang menyadari sesuatu mengecek kembali ke rekannya yang sedang memegangi wajahnya yang kesakitan.

"Aw aw aw!"

Semua orang cukup bingung dengan apa yang terjadi, jadi mereka pergi ke ruang dokter untuk memeriksa sesuatu.

"Dia kembali hidup, tak salah lagi."

"Benarkah? Syukurlah."

"Yah, seharusnya aku yang bersyukur, bukannya kau."

Jerry tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya atas rekannya satu itu. Ditambah karena apa yang sudah dia lakukan untuk Rio.

"Oi, kau gak tahu betapa khawatirnya aku sewaktu menemukanmu tergeletak di tanah tak sadarkan diri!"

Kata-kata Jerry mengingatkan Rio pada saat sebelum dia terjatuh tak sadarkan diri.

Mr. Pan yang juga penasaran dengan itu membawa Rio ke ruangan yang lebih sepi dan meminta keterangannya.

"Jadi, Rio, apa yang sebenarnya terjadi?"

Rio mencoba menggali ingatannya. Namun apa yang tak dapat dia temukan adalah, kejadian setelah dia terinjak-injak oleh Arcdemon terakhir dan para Offense Class hanya melihatnya dari kejauhan.

"Mereka melakukan itu?"

"Sudah kuduga. Hal inilah yang sebenarnya kutakutkan kalau aku menempatkanmu bersama mereka."

Mr. Pan tak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya atas apa yang sudah terjadi pada Rio.

"Tolong maafkan aku, Rio."

"Sudahlah, Mr. Pan, jangan sampai menundukkan kepalamu begitu. Lagipula, yang membuatku heran, kalian bilang kalau seluruh Offense Class menghilang, bukan?"

Suasana jadi lebih serius ketika satu kelompok yang hilang begitu saja disebutkan.

"Iya, tapi anehnya, mereka pergi dengan meninggalkan Dignity Weapon mereka."

"Bukannya itu bagus, Mr. Pan. Maksudku, mereka sudah melakukan hal sepengecut itu kepada Rio, mereka tak lagi bisa disebut sebagai Ksatria."

Tapi bukan itu inti masalahnya.

"Hei, Jerry, dimana dan kapan kau menemukanku?"

"Oh iya, kalau diingat-ingat lagi. Setelah sangkakala kedua berbunyi kami berdua langsung bergegas untuk mencari kalian, tapi yang bisa kutemukan hanya kau yang masih berdiri lalu tiba-tiba terjatuh begitu saja."

"Berdiri lalu terjatuh tiba-tiba begitu saja..."

Kalimat itu memicu sesuatu di dalam ingatan Rio. Namun dia tak bisa dengan jelas mengingatnya.

"Bagaimana, Rio? Teringat sesuatu?"

"Maaf, bagaimana aku mengatakannya, aku tahu ada bagian yang hilang dari ingatanku, tapi aku tak tahu pasti apa ingatan itu benar-benar ada atau tidak."

Mr. Pan dan Jerry bisa mengerti penderitaan yang sedang dialami oleh rekan mereka satu itu. Apalagi dengan apa yang sudah dia alami sebelumnya.

"Ya sudah, jangan paksakan dirimu untuk mengingatnya. Apalagi kau baru saja kembali dari kematian."

"Itu benar, bisa kembali hidup saja sudah merupakan keajaiban untukmu. Jadi kau bisa melangkah ke depan di keesokan hari."

Kata-kata Jerry memberikan sedikit rasa lega untuk Rio. Jadi dia bisa tersenyum setelah kepergian mereka.

"Kalau gitu kami pamit, Rio."

"Sebaiknya kau beristirahat dengan tenang, karena temanmu ini akan menjengukmu besok."

"Ya-ya, terserah kau saja."

Rio masih harus menginap di rumah sakit mengingat kondisinya yang masih belum stabil. Jerry dan Mr. Pan harus pergi melaporkan misi malam itu jadi mereka berpisah.

Di saat akhirnya Rio sendirian lagi, sebuah gambaran mengenai ingatan yang bukan miliknya membayangi ketika dia menutup mata.

Awalnya ingatan itu masih enak untuk dilihat. Tetapi semakin lama Rio menutup matanya, ingatan itu membawanya ke kejadian-kejadian tak enak yang membuatnya tak bisa tidur.

'Ingatan siapa sebenarnya itu?'