Demir kelabakan dan pusing. Sudah ratusan kali menelpon Dee namun ponselnya tak diangkat. Demir memijit pelipisnya, tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Pria itu sadar jika istrinya masih kecil dan gampang marah. Segala sesuatu dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Demir mondar-mandir dalam ruangannya. Saking bingungnya dengan sikap Dee, tak mendengarkan ketukan pintu dari Jacky. Sahabatnya itu langsung saja masuk dalam ruangan dan menepuk lengan Demir.
"Jacky lo bikin kaget." Demir terperanjat.
"Gue udah ketuk pintu tapi lo diam aja. Lo kayaknya banyak pikiran bro." Tanpa di persilakan Jacky duduk di kursi kebesaran Demir.
"Ada apa? Kayaknya lo banyak pikiran. Enggak fokus sejak pembagian jadwal stase tadi. Bukannya lo lega bisa menempatkan istri lo di stase ringan bersama kedua sahabatnya?"
"Bukan itu bro." Demir melambaikan tangan.
"Lantas apa?"
"Dee marah sama gue."
"Why?" Ucap Jacky dengan nada lebay.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com