webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urbano
Classificações insuficientes
20 Chs

019

"Kau dan Nana memiliki gaya bicara yang sama, apa kalian berasal dari tempat yang sama?" tanya Fushimi memastikan.

Koko pun menceritakan kalau mereka berasal dari provinsi yang berbeda. Nana berasal dari Jawa Tengah dan Koko dari Jawa Timur.

Satu-satunya cara untuk mengetahui tempat Nana berada saat ini dengan melacak GPS-nya. Ponselnya memang tidak aktif, pasti Nana mematikannya atau mengaktifkan mode pesawat setelah pesta tadi, atau ada kemungkinan besar kalau ponselnya dirampas oleh seseorang yang telah menyekapnya.

"...."

Fushimi tak pernah kekurangan akal! Dia ingat kalau dia baru saja berbagi bluetooth dan belum dia matikan. Dia mengeceknya sejenak dan di sambungan bluetooth-nya tidak ada milik perangkat Nana, akhirnya Fushimi segera mematikannya.

Kalau begitu yang bisa melacaknya hanya dia alias Koko. Pasti bisa dilacak sekarang dengan menggunakan nomor telepon!

"Oh, ya, ngomong-ngomong, mau minta tolong apa, ya?" tanya Koko memastikan. "Apa kita akan mencari Nana?" tanyanya lagi.

"Ah, ya. Aku meminta mas-nya saja yang mencarinya."

"Eh, aku?" tanya Koko dengan polosnya.

"Ya, karena aku ... tidak punya nomornya Nana. Bisa kan melacak dengan menggunakan nomor telepon?" tanya Fushimi memastikan.

"A-ah, bisa saja sih, ini ponselku juga smartphone. Tapi, saya tidak bisa caranya, mas." Ucap Koko keberatan. "Kalau mau, silakan saja mas pakai ponsel saya, terutama saya kan harus mengemudi." Kata Koko yang awam ini.

"Hah~" Fushimi menghela napas lelahnya, dia menidurkan ponsel miliknya. Pandangannya sedikit lesu saat melihat Koko menyodorkan ponsel miliknya. Lalu, "Coba mas tautkan perangkatnya ke GPS mobil ini."

*Berarti pakai wifi, ya!

Koko dipandu oleh Fushimi dan bisa mengaktifkan GPS mobilnya saat menyala. Fushimi sudah yakin 100 persen kalau Nana tak ada di sini. Dia juga bercerita dengan menunjukkan secarik tisu yang dipungutnya lalu menjelaskan situasinya secara singkat saat ini.

Koko yang tahu Nana terculik itu terkejut tapi, dia berusaha tetap tenang. Untungnya nomor Nana berada dalam daftar pertemanannya. Tapi, kalau tidak menerima undangan pertemanan, dia tidak bisa mengaksesnya ....

Fushimi yang terlihat lelah itu hanya bertanya-tanya di mana Nana sekarang? Dan dia hanya bisa berharap gadis itu kan baik-baik saja.

Dia juga dengan sopannya meminta maaf pada temannya Nana yang peduli ini karena telah mencurigainya sebelumnya. Koko tak merasa masalah, wajar kalau dirinya dicurigai karena Nana tak pernah juga menceritakan Koko padanya.

"...!!"

Koko juga sempat berpikir kalau ponselnya Nana kan Merk Xiaomi!? Pasti bisa dilacak pakai mi-cloud! Ponselnya Koko juga memiliki merk yang sama dan dia lah yang menyarankan Nana untuk membeli ponsel dengan merk itu karena murah.

Begitu hendak memanfaatkan Mi Account-nya, undangan dari google maps pun diterima.

"Loh, kok!" Koko pun sempat kagum pada kecanggihan teknologi sekarang ini.

"Mas, ketemu, mas!" seru Koko bersemangat.

"Mas bisa membaca peta, kan?" tanya Fushimi memastikan.

"Ya, bisa." Jawab Koko serius.

"Ah, baiklah saya serahkan ugh–"

Tiba-tiba Fushimi merasa pusing lagi dan pandangannya kabur.

"Loh, kenapa, mas? Apa mas ini sakit, ya?"

"Um, ya." Jawab Fushimi jujur yang tak bisa berterus terang.

"Eh!?" tentu saja itu membuat Koko jauh lebih khawatir, pantas saja suhu tubuhnya tinggi.

"Jangan pedulikan aku! Cepat kita temui Nana!" tegas Fushimi.

"Baik."

Fushimi sempat melihatnya sekilas, dan dia paham di arah mana tadi. Kalau GPS-nya tidak bergerak, kemungkinan Nana masih berada di kemacetan jalan. Kalau GPS-nya bergerak, dia minta Koko untuk memberitahunya. Satu-satunya jalan tercepat untuk sampai ke lokasi yang tertera di sana adalah dengan lewat jalur lain tanpa mengikuti rute yang diberikan oleh google. Nanti bisa lama juga.

Melewati Flyover yang ada di cabang sana hanya akan membuat perjalanan lebih lama. Ada jalan terabasan lain yang lebih cepat walau terkesan putar memutar.

*Flyover (jalan layang) adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang guna menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi.

Tapi, banyaknya flyover sekarang juga tidak sepenuhnya bisa mengurangi kemacetan karena pada akhirnya flyover itu sendiri juga banyak menampung intensitas kendaraan sehingga ujung-ujungnya sering macet juga.

"Beneran ini rute tercepatnya, mas?" tanya Koko yang mengemudikan mobilnya dengan ragu. Takut nyasar.

"Iya, benar. Lihat lagi, GPS-nya bergerak tidak?" tanya Fushimi memastikan.

"Belum."

"Kalau kita lewat rute yang ditentukan google, maka kita tidak akan bisa sampai ke sana dalam waktu kurang dari satu jam. Ini kemacetannya mungkin sekitar 15-20 menit, masih ada 10 menit jika kita mengurangi rutenya lewat jalan terabasan." Jelas Fushimi dengan sangat terencana.

Tapi, dia heran, kenapa kok GPS-nya berhenti di sana? Apa jalan yang macet itu memiliki hal yang istimewa?

"...."

Sementara Koko yang menyimak penjelasan Fushimi itu berkata dalam hatinya, "Woaaaah~ orang ini tak cuma menjadi presdir tapi, pintar juga dalam menghitung jarak dan waktu. Pasti perbedaan pengalaman yang membuatnya bisa seperti itu."

*Rasanya seperti, semua akan terancana dengan baik.

Namun, selama ini Fushimi bisa mewujudkan rencananya dengan baik karena dia merasa orang yang beruntung yang dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya.

Selama dia dikaruniai orang-orang yang baik, dia tidak akan menyia-nyiakan kebaikannya.

"...!!"

Fushimi pun teringat kalau di sana ada sebuah sungai besar, di mana sebelum sungai besar itu terdapat beberapa bangunan dengan gang-gang sempit.

"Turunkan aku di jalan raya depan toko emas, nanti!"

"Eh, sepertinya itu agak jauh dari–"

"Tidak, pelacaknya tidak akurat. Aku rasa dia lebih dekat di sana ...." Jelas Fushimi dengan penuh keyakinan.

Karena Koko tidak mau kalah kalau menyangkut soal Nana, "Baiklah, untuk memastikan adanya kemungkinan yang lain, aku akan mencoba mencarinya di daerah yang berbeda."

"Oh, ya, bolehkah aku meminta nomornya Nana?"

Koko ragu untuk memberikannya.

"Ayolah, ini darurat!"

"Baiklah." Jawab Koko yang kemudian memberikannya.

Begitu mereka sampai di lokasi yang Fushimi maksud, "Kita berpisah di sini!"

Koko pun diminta untuk memarkir mobilnya di tempat yang aman. Karena entah kenapa Fushimi juga mempercayai karyawannya Kim yang tulus itu, dia juga saling bertukar nomor berjaga-jaga untuk keadaan darurat.

Kata-kata Fushimi terngiang di kepalanya, "Aku salah, aku melibatkannya, harusnya aku berangkat ke sini seorang diri ...."

'Sebenarnya, aku khawatir pada orang itu,' tatapannya saat mengatakannya membuat Koko merasa kalau lelaki itu disudutkan oleh masalah internal yang mendesaknya.

'Di dalam perusahaan besar pun pasti ada sisi gelapnya, apakah dia sedang menumpas kejahatan atau dia sedang mencari jalan keluar untuk kabur?'

'Terutama wajahnya yang pucat itu terlihat kalau dirinya tidak baik-baik saja.'

________

Koko merasa banyak teka-teki misterius yang ingin dia ketahui dari lelaki yang baru dikenalnya ini.

To be Continued