Seungjin segera membereskan lapangan dan berlari mengejar Snow. Harapannya untuk berjalan bersama Snow pupus, saat Ia sampai di koridor dan agak jauh di depan, Ia melihat Snow yang berjalan santai sambil dirangkul oleh Young K dan ditemani oleh Jae.
"Mengapa Snow tidak ikut bersama kita untuk mengerjakan tugas?" protes Jae.
"Snow sudah memiliki guru untuk membantunya." jawab Young K.
"Kau membayar mahal hanya untuk sebuah tugas, babe..." kata Jae manis pada Snow.
Snow memutar bola matanya lalu menatap Young K seakan meminta perlindungan.
"Tidak hanya untuk tugas, Jae. Guru itu memang membantunya belajar." jelas Young K. "Dan jangan panggil dia 'babe'!" lanjutnya.
"Okay. Apa kau sedang sakit gigi? Mengapa tidak bicara?" tanya Jae lagi pada Snow.
Snow kembali menatap Young K dan membuat sepupunya itu mendorong Jae menjauh. Kedua pemuda itu saling menatap lalu kemudian tertawa.
Snow memang tidak menerima maupun menolak Jae, tapi ia dapat menerima keberadaan Jae, tidak seperti Seungjin.
Snow kembali teringat kesan pertama yang ia terima dari Seungjin saat pertama kali mereka bertemu. Memarahinya secara tidak jelas saat menyelamatkannya dari bola di lapangan, memarahinya lagi saat ia tidak sengaja menumpahkan jus padanya, menolak bergabung dengan Young K hanya karena keberadaannya, dan terakhir salah paham tentang hubungannya dengan Young K.
Semua hal itu bisa saja dijadikan alasan bagi Snow untuk merasa tidak nyaman di dekatnya, dan Seungjin juga mengakui hal itu.
Like it? You may want to add this book to your library!
If you have some idea about my story,
please be free to comment it and let me know.
*ps: your power stone will be refill every 24 hours,
so spare me one of them, please.
Thank You xoxo.