Suasana kampus begitu ramai. Banyak yang berlalu lalang disekitar koridor. Gadis dengan mata hitam pekat berdiri dari duduknya. Dia baru saja kembali setelah dipanggil oleh Dosennya dikampusnya. Mereka membahas tentang Olimpiade matematika yang harus dia lakukan.
"Callista" teriak seorang wanita yang tengah berlari menghampirnya.
*Callista Amora Alexander adalah wanita cantik serta cerdas, dia tipe wanita yang ceroboh dan juga keras kepala, tak lupa dia juga tipe orang yang bar bar, jika tak menyukai sesuatu dia akan langsung mengatakanya tanpa memikirkan konsekuensi yang didapatnya nanti.
dia menoleh "apa?"
"Aku memanggilmu dari tadi, Apa kau tidak mendengarnya?" tanyanya kesal.
"Aku tidak mendengarnya sama sekali Bella"
*Bella Christina Willson adalah sahabat karib Callista, mereka bersahabat sejak masih duduk dibangku sekolah menengah. Dia tipe perempuan polos yang bisa membuat siapa saja terpesona kepadanya. Namun Bella juga tipe orang yang mudah tertipu dan juga mudah terayu oleh seseorang.
"Apa kau sudah selesai dengan urusanmu itu?" Bella berbicara sambil meminum minuman yang ada ditangannya.
Callista "Umm aku rasa begitu. Olimpiade dimulai sekitar 1 bulan lagi" jelasnya.
"Baiklah. Apa kita harus pergi ke kafe?"
"Aku tidak bisa"
"Kenapa?Ayolah sebentar saja. Aku ingin memakan kue disana" Bella memberikan bekas minumannya pada Callista. Callista dengan santai melempar bekas minuman tersebut kedalam tong sampah.
"Baiklah, hanya sebentar. Oke?"
"Oke" Bella besorak riang dan langsung menyeret tubuh Callista.
Mereka pergi dengan menggunakan mobil Bella. Sebenarnya dia juga mempunyai sebuah mobil, namun dia sangat jarang mengendarainya. Karena dia lebih suka menggunakan kendaraan umum dibandingkan harus mengendarai mobilnya sendiri.
Mereka sudah sampai diKafe. Jarak yang mereka tempuh hanya beberapa menit saja, karena letak Kafe yang sering mereka kunjungi tidak jauh dari Area kampus.
Callista dan Bella turun dengan santai dari mobil. Mereka memasuki kafe tersebut, suasana didalam cukup sejuk dan tidak terlalu ramai, Itu yang membuat mereka nyaman dengan tempat ini.
"Kau mau pesan apa?" tanya Bella.
"Seperti biasa saja"
"Baiklah"
Sambil menunggu minuman dan makanan datang Callista memutuskan untuk membuka kembali buku rangkuman dari materi Olimpiade.
"Apa kau tidak bosan hidup seperti itu?" tanya Bella.
"Memangnya ada apa dengan hidupku?"
"Aku hanya melihatmu setiap hari belajar dan belajar terus. Apa kau tidak berniat berkencan sepertiku"
"Aku tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk berkencan"
Bella sangat tidak habis fikir dengan Callista bagaimana dia bisa menjalankan kehidupan yang sangat membosankan ini. Dia sama sekali tidak tertarik dengan apapun selain belajar.
"Terserahlah, aku sudah bosan menanyaimu"
Tak berselang lama minuman dan makanan yang mereka pesan sudah tiba. Bella dengan antusias segera melahap makanan tersebut.
"Pelan-pelan tidak akan ada yang merebutnya darimu" ucap Callisata.
"Sudah lama aku tidak memakan kue ini"
Dia hanya bisa menggeleng -gelangkan kepalanya melihat kelakukan Bella.
"Apa kau bahagia berkencan dengan pria itu? Tanya Callista sambil memasukkan makanannya kedalam mulut.
"Maksudmu Harry?"
Callista mengangguk singkat.
"Menurutku dia pria dewasa yang baik serta tampan. Dia juga sangat kaya, aku sangat menyukainya"
"Apa kau tidak takut? Aku rasa baru beberapa bulan kau kenal dengannya dan sekarang kau memutuskan untuk berkencan dengannya"
"Aku rasa tidak, dia pria baik. Aku yakin itu"
"Baiklah jika begitu"
Callista melirik alorjinya. "Aku harus segera pulang"
"Ini baru sebentar. Tunggu sampai aku mengabiskan makanannya"
"Aku tidak bisa. Kau bisa memakannya sendirikan. Maafkan aku"
"Kau sungguh tega. Baiklah sana pergi" kesal Bella.
"Aku minta maaf. Lain kali aku akan mentaktirmu sepuasnya"
"Kau sudah janji dengan itu"
Callista mengangguk. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan segera melangkah pergi meninggalkan Bella.
Callista berdiri didekat jalan raya untuk menungu sebuah Taxi yang lewat, dia berdiri sambil memainkan ponselnya. Ada beberapa orang juga yang sepertinya tengah menunggu taxi, tapi dia tidak peduli dengan itu.
Namun tiba-tiba seorang pria berjalan kearahnya dan berdiri tepat didepannya. Callista sungguh bingung. Dia kira Pria ini akan menanyakan jalan atau apapun itu, namun dugaannya salah.
"Apa kau mau menikah denganku?" tanyanya tiba-tiba.
Itu adalah kalimat pertama yang Dia katakan padaku saat pertama kali bertemu. Aku menganggap bahwa pria yang kini ada dihadapanku saat ini adalah Gila. Bagaimana tidak? Dia tiba-tiba saja mengajakku untuk menikah. Aku bahkan tak mengenalnya sama sekali, bertemu saja baru pertama kali.
Pria itu tiba-tiba saja berdiri didepanku. Menatapku lama, lalu sedetik kemudian mengajakku menikah. Itu sangat tidak wajar bukan? Semua orang menatapku, Mereka mungkin beranggapan bahwa pria dihadapanku ini adalah kekasihku. Namun nyatanya tidak sama sekali.
Dia sangat sangat aneh. Sejenak aku menatapnya dengan tatapan bingung, berharap ini adalah sebuah lelucon atau apapun itu. Namun pria itu tidak berbicara sama sekali, seakan-akan ini memang bukan sebuah lelucon.
"Apa kau sudah gila?" ucapan itu terlontar begitu saja dibibir manis seorang Callista.
"Aku sama sekali tidak Gila Nona, aku sungguh mengajakmu Menikah" ucapnya.
"Kau benar-benar Gila rupanya"
"Aku sungguh tidak Gila. Kenapa kau tidak percaya padaku"
"Jika tidak gila lalu apa? Kau tiba-tiba ngajakku menikah. Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali sungguh"
"Tapi aku mengenalmu" ucap Pria tersebut.
"Kau mengenalku? Jangan berbohong"
"Namamu Callista Amora Alexander, anak tunggal dari pasangan Adam Alexander dan juga Amira Alexander. Ayahmu bekerja sebagai CEO diperusahan AC Group. Aku tau semuanya"
Callista sungguh terkejut dengan ucapan pria dihadapanya ini. Bagaiamana dia tau semua tentangnya. Sungguh aku sama sekali tidak mengenalnya.
"Kau tau semua tentangku? Bagaimana bisa?"
"Tentu saja aku harus tau tentang calon Isriku" ucap Pria itu.
"Kau sungguh Gila"
Callista langsung pergi dengan cepat meninggalkan Pria yang tak dikenalinya itu. dia sungguh takut. Dia tau semua tentangnya dan dia juga tau tentang kedua orangtuanya.
"Namaku Almero Brian Rich. Ingat itu calon Isrtiku" teriaknya dengan jelas.
***
Pria dengan setelan jas rapi itu kembali masuk kedalam mobilnya. Ia juga tak menyangka sekali bisa bertemu dengan Putri dari seorang Adam Alexander.
*Almero Brian Rich itulah dia. Pria dewasa menawan dengan proposi tinggi badan diatas rata-rata, Wajah tegas serta mimik wajah menawan menambah karisma dalam tubuhnya.
"Ternyata jika dilihat secara langsung memang Cantik" ucapnya.
Pria bernama Almero tersebut segera menyalakan mesin mobilnya, dia lantas melenggang pergi dari tempat dimana ia bertemu dengan wanita manis bernama Callista itu.
Almero sudah tiba dikantornya. Dia memasuki gedung mewah tersebut. Semua karyawannya menyapa dengan sopan saat dirinya melintas. Hari ini terasa sangat berbeda, Moodnya sedang baik. Biasanya ia tidak pernah menyapa atau memberi senyum kepada karyawannya namun kali ini berbeda.
Semua karyawan melihatnya dengan aneh, ada pula yang tersipu malu karena mendapat senyuman manis dari seorang CEO muda yang terkenal begitu dingin.
"Wow kau tersenyum? Apakah ada hal baik yang terjadi?" Tanya Seseorang yang tak lain adalah Harry Willson Johannes sahabat baik serta koleganya.
*Harry Willson Johannes adalah pria dewasa yang menawan sama halnya seperti Almero. Namun yang membuat Harry berbeda dari Almero adalah dia tipe Pria yang mudah bosan akan sesuatu misalnya seperti perempuan, dia pasti akan menganti perempuan 1 bulan sekali. Tidak seperti Almero dia adalah tipe Pria yang setia, jika dirinya sudah menyukai satu hal, itu pasti harus menjadi miliknya.
"Tentu saja. Hari ini aku merasa sangat senang" ucapnya sambil sesekali tekekeh.
"Ada apa? Coba ceritakan padaku"
"Kenapa kau selalu datang kemari hah, kau bahkan punya perusahaan sendiri. Kenapa senang sekali menggangguku"
"Aku hanya ingin bermain denganmu, disana sangat membosankan. Cepat ceritakan padaku apa yang membuatmu sangat senang" rengeknya.
"Kau pikir aku ini anak kecil, aku akan memberitahumu diRuanganku" ucapnya sambil terus berjalan menuju meja kantornya. Tak ingin melewakan sesuatu Harry dengan senang mengikuti arah langkah Almero
"Nah sudah sampai. Coba ceritakan"
"Aku bertemu dengannya"
"Siapa?"
"Callista"
"Callista?" Harry tampak berfikir "Tunggu apa dia Callista putri dari Adam Alexander?" tanyanya.
Almero hanya menjawab dengan anggukan.
"Lalu bagaimana?"
"Aku sudah menawarinya menikah denganku. Mungkin dia belum tau tentang perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya"
"Kau memang terbaik. Aku yakin dia akan menolak perjodohan itu, dan impianmu selama ini akan terwujud. Kau akan menikah dengannya"
"Kita lihat saja nanti"
***
Hari ini adalah hari tersial yang pernah Callista alami. Pertama, dia bertemu dengan Pria gila yang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah terlebih lagi Pria itu tau semua tentangnya. Dan sekarang dia harus terjebak dengan situasi yang tak ia inginkan.
Makan malam. Callista sungguh tau dengan jelas jika kedua orangtuanya mengajak untuk makan malam diluar pasti akan ada sesuatu yang terjadi.
"Mom sebaiknya kau beritahu aku, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba mengajakku untuk makan malam diluar"
"Mom sama Dad hanya ingin makan bersamamu"
"Jangan berbohong. Kita setiap hari selalu makan bersama. Jujurlah"
"Baiklah Mom akan memberitahumu. Hari ini Dad akan bertemu dengan koleganya"
"Lalu kenapa mengajakku?"
"Sudahlah kau banyak sekali bertanya sebaiknya kau diam dan jaga sikapmu"
Mendengar itu Callista hanya membuang nafasnya kesal. Ia harus segera pulang, tugas kuliahnya sangat menumpuk seperti gunung. Kenapa harus melakukan hal bodoh seperti ini.
Lama sekali mereka menunggu akhirnya kolega yang tadi sang ibu jelaskan sudah datang.
"Maaf, apa kalian menunggu lama?" ucap seorang Pria tua yang tak lain kolega ayahnya tersebut.
"Ahh tidak apa-apa. Mari silahkan duduk" ucap sang Ayah
Mereka duduk dengan santai. Callista sangat yakin jika dirinya yang terjebak dengan situasi ini pasti akan terjadi suatu hal. Karena buktinya sangat kuat. Mereka datang dengan semua anggota keluarga begitu pulang dengan dirinya.
Ia merilik sedikit pria dihadapannya ini. Cukup dewasa mungkin umurnya sekitar awal 30th? Mungkin saja. Karena yang Callista lihat dia sudah tampak sedikit tua juga kedua orangtuanya sudah memasuki usia tua berbeda dengan kedua orangtuanya juga dirinya. Callista masih berumur 22th, dan juga masih kuliah.
"Mari kita makan terlebih dahulu setelah itu kita bahas inti dari pertemuan ini" ucap pria yang tak diketahui namanya oleh Callista
Mereka semua akhirnya makan malam bersama begitu juga Callista karena dari pulang kuliah dia belum makan sama sekali alhasil ia juga harus menikmati makan malam ini.
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Callista sungguh kesal kenapa semua orang sibuk dengan perbincangannya tanpa melihat jam sama sekali.
"Mom apa masih lama? Aku harus mengerjakan tugas kampusku" Akhirnya Callista bersuara kepada sang ibu agar cepat menyelesaikan urusan ini.
"Tunggu sebentar" ucapnya.
Dia melihat sang ibu berbisik kepada ayahnya dan ayahnya langsung mengangguk.
"Baiklah karena waktu semakin terbuang mari kita bicarakan inti dari pertemuan ini"
"Whatt!!Ternyata tadi mereka bukan berbicara mengenai inti masalahnya. Sungguh membuang waktuku saja" gumamnya.
"Baiklah. Ini adalah Callista putri kami satu-satunya"Sang ayah memperkenalkan dirinya. Callista hanya tersenyum kikuk.
"Ternyata anakmu sangat Cantik" pujinya.
"Callista ini kenalkan dia adalah Ansell, dia akan Dad jodohkan denganmu" jelasnya.
Pupil mata Callista seketika membesar, dia sangat kaget dengan ucapan sang ayah. ternyata dugaannya benar. Jika akan terjadi sesuatu dengannya. Dan nyatanya benar sang ayah tengah menjodohkan dirinya dengan pria tua dihadapannya ini.
"Aku tidak mau Dad"
"Callista jaga sikapmu itu, kau sudah dewasa. Apa kau tidak ingin menikah?"
"Aku akan menikah dengan pilihan diriku sendiri, bukan dengan Dad ataupun Mom. lagipula aku ini masih kuliah masih banyak hal yang harus aku kerjakan dibanding harus menikah" jelasnya.
Callista sama sekali tidak peduli dengan sikapnya yang memang tidak sopan tapi mau gimana lagi, ia harus menghindari perjodohan ini. Dad dan juga Mom bahkan tega menjodohkan dirinya dengan pria tua ini.
"Callista jaga sopan santunmu dihadapan orang tua, tidak baik berbicara seperti itu" Marah Adam.
"Tidak apa-apa Adam, kami memaklumi ini semua, mungkin Callista masih belum menerima dan juga masih kaget dengan perjodohan tiba-tiba ini"
"Aku akan menunggu kalian didalam mobil" dengan kesal Callista meninggalkan semua orang yang ada disana, dia bahkan tidak peduli dengan panggilan sang ibu.
"Sangat menyebalkan" rutuknya