Kekaguman Kya benar-benar membuat dia lupa akan kesedihan yang baru saja ia rasakan, bahkan ia beranjak dari tepian kolam hanya untuk mengikuti ke mana langkah pria tampan itu pergi. Di saat itu Kya baru menyadari jika pria tampan yang sedang ia kagumi itu sepertinya anak dari Om Gio. Sebab, dia tidak sengaja melihat pajangan foto yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Oh .... Jadi dia anak dari Om Gio, tapi siapa namanya?" Merasa penasaran dengan nama dari pria itu hingga Kya terus mengikuti secara diam-diam, namun pria di depannya sadar jika ada yang sedang mengikutinya dari belakang.
Alhasil, pria tampan itu dengan sengaja sembunyi di saat Kya lengah. Membuat Kya kebingungan saat melihat orang yang ingin ia ikuti tiba-tiba saja sudah menghilang. Tapi tiba-tiba pria itu justru muncul dari belakang tubuhnya.
"Mau apa kamu?!" Bentakan pria itu membuat Kya terkejut saat menyadari orang yang sedang ia ikuti kini sedang bertanya padanya.
Kya pun tersenyum sembari membalikkan badannya. "Kamu tadi bertanya padaku kan? Kenalkan namaku, Kya Cristine. Kamu bisa memanggilku dengan Kya. Oh ya, kalau namamu siapa?"
Kya langsung mengulurkan tangannya untuk bisa berjabat tangan. Namun, sayangnya raut wajah pria itu sangat dingin bahkan tidak menerima jabat tangan dari Kya. Langsung berlalu pergi begitu saja tanpa memperkenalkan namanya terlebih dahulu.
"Aku tidak peduli siapapun namamu! Enyah kau dari hadapanku!" Ucapan dingin dan sangat lantang begitu tidak bersahabat dari pria itu, membuat Kya kebingungan.
Dia bahkan ditinggal sendirian dalam kebingungan sampai ia bergumam. "Kenapa dengannya? Aku tidak salah bicarakan?"
Sibuk menerka-nerka dengan sikap pria itu membuat Kya memilih berjalan ke arah kamarnya. Namun, sungguh membuat dia terkejut saat melihat di depan kamar itu begitu banyak barang-barang mewah yang sudah dikeluarkan. Ia pun mencoba mendekati salah satu pelayan yang sedang bekerja.
"Mbak, maaf sebelumnya. Jika aku boleh tahu kamar ini sebelumnya milik siapa?" tanya Kya.
"Sebelumnya milik Tuan Gary, Nona," jawab pelayan itu, dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Masih membuat Kya tidak mengerti siapa Tuan Gary sebenarnya? Ia pun berlari untuk menemui Om Gio. Saat itu Om Gio terlihat sedang berbicara dengan seorang pria dalam ketegangan. Hal itu membuat Kya hanya bisa menjadi penonton dibalik layar.
"Daddy, katakan padaku kenapa aku harus pindah dari kamarku sendiri?" tanya Gary. Saat itu anak dan ayah itu tidak tahu jika ada seorang wanita yang sedang mendengar pembicaraan mereka.
"Kamu kan bisa pindah ke kamar yang lain dulu, Gary. Daddy hanya ingin supaya Kya bisa nyaman tinggal dengan kita," sahut Daddy Gio.
"Kya? Siapa Kya? Oh aku tahu, apa Kya itu wanita yang tadi? Memangnya kenapa dia harus tinggal di sini dengan kita sampai Daddy lebih memilih mengusir aku dari kamarku sendiri." Gary geram, dan tak suka dengan sikap papanya itu.
"Gary, dengarkan Daddy dulu. Kya itu anak dari sahabat Daddy, dan sekarang dia tinggal sebatang kara. Jadi, Daddy hanya mengikuti semua wasiat yang sudah diberikan oleh sahabat Daddy. Sudahlah kamu itu bukan lagi anak kecil. Jadi, terima saja semua keputusan ini, dan Daddy harap kamu bisa bersikap baik dengan calon istrimu itu." Daddy Gio pun pergi setelah mengatakan itu tanpa menunggu sahutan dari anaknya.
Pria tampan yang memiliki nama lengkap Gary Giovanni, berumur 27 tahun, sekaligus CEO di perusahaan Giovanni Company. Benar-benar tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Daddy-nya itu. Apalagi dia yang baru saja pulang kerja harus melihat kedatangan orang asing di dalam rumahnya sendiri bahkan dia tidak mempunyai kekuasaan untuk menolak. Apalagi Daddy-nya memiliki peranan penting dalam perusahaan sebagai komisaris, yang tidak bisa Gary langkah begitu saja.
Di sisi lain, Kya yang sudah mendengar setiap ucapan dari kedua pria itu membuat ia merasa senang apalagi saat mendengar kata 'calon istri' tentu saja dia akan menjadi orang yang paling beruntung saat ini.
"Aku benar-benar tidak salah dengarkan? Kalau sekarang aku di sini sebagai calon istri dari Gary? Tapi bagaimana bisa aku menikah dengan pria kejam dan dingin seperti dia? Bahkan dia melihatku seperti seonggok sampah yang tidak berharga. Andai saja papa masih ada di sisiku," gumam Kya sembari terus menatap wajahnya Gary dari jarak yang jauh.
Ada sedikit rasa senang, namun kesedihan juga tidak bisa ia hilangkan. Rasa senang ketika mendengar bahwa dia akan bersanding dengan pria idamannya, namun rasa sedih membuat Kya takut di saat melihat sikap Gary yang benar-benar tidak bisa baik dengannya.
Semakin Kya menatap pria itu, semakin pula ia terlalu berharap sampai ia sadar bahwa harapannya akan sulit ia dapatkan. Apalagi sikap Gary yang terlalu acuh dan kejam begitu membuat Kya harus banyak-banyak bersabar. Merasa puas setelah mendengarkan pembicaraan dari Gary bersama papanya, lalu ia memutuskan untuk kembali melihat kamarnya.
Tepat di saat dia ingin melangkah menuju ke kamarnya tiba-tiba saja pergelangannya ditarik oleh Gary hingga membuat dia terkejut saat melihat sikap kasar Gary yang bermain tarik begitu saja. "Gary, kamu bisa mengajakku kenalan dengan baik-baik tanpa harus main tarik begini, sakit tahu!" Kya memegang bekas tangan Gary yang menariknya.
"Jangan sok akrab denganku! Katakan apa keinginanmu sebenarnya sampai kamu masuk ke dalam rumahku?" tanya Gary dengan raut wajahnya yang menatap tajam kearah wanita itu.
"Aku tidak memiliki keinginan apapun, Gary. Kenapa kamu harus marah padaku? Apa aku telah berbuat salah? Kan sebentar lagi aku jadi istrimu. Harusnya kamu bisa bersikap lebih baik denganku." Dengan sengaja Kya mendekati, namun saat itu matanya sudah berkaca-kaca melihat sikap Gary yang tidak sesuai dengan ekspektasi.
"Jangan mimpi kamu! Karena aku akan membuatmu menyesal tinggal di sini!" Dengan kuat Gary memegang wajahnya Kya sampai membuat wanita itu meringis kesakitan.
Gary pun pergi setelah mengancam wanita itu. Meskipun ia melihat sebentar lagi tetesan air mata akan mengalir dari balik wajah wanita itu, namun, dia tidak peduli sekalipun tangis darah yang akan wanita itu keluarkan. Air mata pun mengalir tanpa Kya sadari saat mendengar perkataan Gary yang kasar, namun dia tidak bersedih hati, dan langsung menghapus air matanya. Kembali menguatkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam lalu tersenyum manis seakan tak merasakan kesedihan apapun.
"Aku tidak boleh sedih. Aku harus bisa mendapatkan Gary untukku, karena ini jalannya papa agar aku bisa bahagia." Gumaman—nya itu tak sengaja terdengar oleh Gary, di saat Kya tidak menyadari bahwa pria itu belum sepenuhnya pergi dari tempat ia berdiri.
Senyuman licik pun terlukis di satu sudut bibirnya terangkat, Gary bahkan sedang memikirkan sesuatu cara yang bisa membuat wanita itu pergi dari rumahnya.
"Kamu akan menyesali telah memilih tinggal di sini," ucap Gary dengan pelan.
Kya tidak tahu jika diam-diam Gary mengikutinya, dirinya terus melangkah masuk ke dalam kamar yang sudah tertata rapi hanya untuk dirinya seorang. Semua barang milik Gary juga sudah dikeluarkan, namun saat itu ketika Kya sedang bahagia sambil menikmati ranjang empuk miliknya tiba-tiba saja Gary berdiri di depan pintu sambil bertepuk tangan seakan ikut bahagia. Sontak membuat Kya terkejut dengan kedatangan Gary yang tiba-tiba. Ia langsung bangkit dan segera menghampiri pria itu, akan tetapi Gary langsung memperlihatkan raut wajah kebencian sambil mengancam Kya dengan menggaris tangan di lehernya sendiri.