webnovel

Perintah dan amarah

"Kamu jangan senang dulu, aku masih belum kalah," gumam Gary lalu berlalu pergi begitu saja tanpa menunggu sahutan dari lawannya bicara. Sikap dan perilaku Gary benar-benar membuat Kya tidak mengerti dengan pria itu. Wajahnya yang tampan tidak mencerminkan hatinya baik. Apalagi Kya semakin terasa takut saat ancaman tangan Gary yang berada di leher pria itu.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Ancaman Gary sepertinya tidak main-main denganku, dia bahkan tidak suka kehadiranku," gumam Kya dalam ketakutan.

Tanpa banyak berpikir Kya pun berlari keluar untuk menemui Om Gio, karena dirinya merasa hanya pria paruh baya itu yang bisa menolongnya sekarang. Untungnya saat itu Om Gio sedang membacakan korban dan Kya langsung duduk tepat di kursi di sampingnya.

"Hai, Kya. Bagaimana tinggal di sini kamu suka?" Reaksi Om Gio sangat ramah ketika melihat Kya duduk di sampingnya. "Kya senang tinggal di sini, om. Tapi Kya tidak mengerti dengan sikap Gary yang kelihatannya tidak suka dengan Kya."

"Oh .... Masalah Gary ya? Maafkan, om. Soalnya om lupa buat kasih tahu sama kamu soal keberadaan Gary di sini. Apalagi kamar yang kamu pilih juga sebelumnya kamar dia, tapi jangan khawatir dia sebenarnya pria yang baik. Hanya saja dia tidak terlalu suka jika ada orang asing yang datang. Tapi, kamu tenang saja biarkan om nanti yang akan bicara dengan dia. Lalu bagaimana dekorasi kamarmu, kau suka?"

"Kya sangat menyukainya, om."

"Baguslah kalau suka, nak. Oh ya apa kamu sudah makan? Kalau kamu mau makan jangan sungkan ya tinggal ke dapur terus makan deh. Kalau enggak ada makanan minta pelayan yang siapkan. Yang terpenting sekarang kamu itu sudah jadi bagian dari keluarga ini, jadi jangan pernah takut untuk melakukan apapun, karena ini juga rumahmu. Kalau begitu om cari Gary dulu yah."

Kya hanya bisa mengangguk perlahan di setiap perkataan Om Gio kepadanya, meskipun jujur dia masih belum bisa beradaptasi dengan baik di dalam rumah itu.

Berbeda dengan Om Gio, yang langsung menghampiri anaknya yang sedang bermain gitar di taman. Kedatangan Daddy Gio membuat Gary tak suka kesenangannya kembali terganggu. Apalagi dia sedang melampiaskan rasa kekesalannya itu dengan bermain gitar. Lagu kedua dengan terpaksa Gary hentikan saat melihat Daddy Gio sudah duduk di depannya.

"Gary, Daddy ingin berbicara denganmu."

"Ya sudah katakan saja."

"Daddy tahu kamu keberatan dengan keberadaan dari Kya di sini, tapi kamu jangan salah paham dulu karena kehadiran Kya di sini membawa keberuntungan bagi kita. Jadi, Daddy mohon dengan sangat terpaksa kalau kamu harus bersikap baik dengan wanita itu. Jika tidak, maka Daddy akan memaksamu untuk bersikap baik," ungkap Daddy Gio dengan raut wajah yang begitu serius.

Namun, ucapan itu dianggap sepele oleh Gary, bahkan membuat dirinya tersenyum tipis, lalu ia menjawab. "Keberuntungan? Hah? Apa Gary tidak salah dengar bahwa wanita itu sebuah keberuntungan? Bahkan di hari dia pertama masuk ke dalam keluarga kita dia sudah mengambil alih kamar Gary, dan sekarang dia juga sudah mencuci otakmu, Daddy!"

"Jaga ucapan mu, Gary! Masalah kamar kamu masih bisa menetap di kamar lain yang tidak kalah besar dari kamar sebelumnya. Lalu apa yang begitu kamu permasalahkan, nak? Kamu itu sudah dewasa dan sudah seharusnya kamu menikah. Jadi buang semua sikap kekanak-kanakan ini, karena Daddy tidak suka."

"Daddy bahkan mengatakan aku kekanak-kanakan! Lalu bagaimana denganmu yang membawa orang asing masuk tanpa bicarakan apapun denganku dulu. Daddy tahukan aku tidak suka ada orang asing? Jadi, aku minta supaya mulai besok dia harus pergi dari sini." Gary terus bersikeras dan tidak mau mendengarkan apapun ucapan dari Daddy-nya.

Sikap Gary saat itu membuat Daddy Gio muak melihat putranya yang tidak bisa diatur padahal usia putranya sudah pantas untuk berumah tangga. Namun saat itu, Daddy Gio tidak hilang akal supaya bisa membuat putranya menuruti semua keinginannya. Alhasil, Daddy Gio pergi dan kembali dengan membawa sebuah map di tangannya. Hal itu membuat Gary terheran apalagi di saat dia melihat map tersebut milik perusahaan Giovanni Company.

"Dad, kamu ingin melakukan apa dengan map itu?" tanya Gary dalam kebingungan.

"Kamu lihat kan map ini? Dan kamu pasti tahu isi di dalamnya. Jadi, Daddy minta sekali lagi sama kamu supaya bisa bersikap baik dengan Kya. Karena bagaimanapun, dia sekarang telah menjadi keluarga kita, dan sebentar lagi akan menjadi istrimu. Tapi jika memang kamu tidak mau menuruti semuanya. No problem, Daddy hanya akan menurunkan jabatan mu dari CEO menjadi karyawan biasa," ancam Daddy Gio.

Gary tercengang saat mendengar hal itu dari Daddy-nya sendiri. Bahkan dia belum pernah di ancam oleh keluarganya seperti itu, dan sekarang hanya demi seorang wanita asing membuat Gary tak paham dengan isi kepala Daddy-nya itu. Dengan cepat Gary ingin mengambil map tersebut, tapi sayangnya Daddy Gio tahu dengan akal anaknya.

"Eh! Kamu tidak bisa mengambil ini dari Daddy, nak. Jadi, jika memang kamu ingin dapatkan jabatan CEO selamanya maka ikuti semua perintah dari Daddy," ucap Daddy Gio sembari tersenyum tipis. "Ayolah, Dad. Aku ini anak kandungmu." Gary terlihat sedih dengan apa yang ia dengarkan.

"Karena kamu anakku, maka kamu harus menerima kenyataan ini, Gary. Satu hal lagi sebaiknya putuskan hubunganmu dengan Sera Ozawa, karena sekarang Kya Cristine calon istrimu."

"Tapi, Dad. Sera itu kekasihku. Argh! Bagaimana caranya aku melepaskan Sera? Aku mencintainya, Daddy!" Gary tak habis pikir bahkan dia menarik rambutnya dengan kasar.

Daddy Gio hanya melambaikan tangannya di saat melihat raut wajah anaknya dalam kebingungan. Lalu pria paruh baya itu pergi dengan puas hati setelah mengancam sang anak. Namun, tidak dengan Gary, dia bahkan sedang kesusahan dengan apa yang akan ia lakukan kedepan.

"Argh! Berani sekali wanita itu juga mengambil perhatian Daddy dariku. Bahkan sekarang Daddy berani mengancam ku. Ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak boleh kehilangan posisi CEO, karena aku yang berhak berkuasa di dalam rumahku sendiri bukan wanita sialan itu. Baiklah, Daddy. Kalau itu mau mu, aku akan melakukan apapun demi membuat wanita itu pergi dengan sendirinya. Tunggu tanggal mainnya, Kya," gumam Gary.

Pria tampan itu bahkan melemparkan gitarnya dengan sesuka hati, meskipun harga gitar itu sangatlah mahal, namun dia tidak peduli. Kepalanya sekarang dipenuhi dengan rasa benci dan juga rencana dendam yang harus terbalaskan. Walaupun dia tahu harus menentang orangtuanya sendiri, tetapi tak mengapa yang terpenting baginya bisa membuat Kya pergi. Namun, saat itu Kya tidak sengaja mendengar suara hantaman keras sampai membuat dia tercengang, dan bergegas berlari kearah asal suara hantaman itu.

Kya baru menyadari jika Gary sedang melampiaskan kekesalannya kepada gitar tersebut. Membuat hati Kya merasa sakit melihatnya. "Gary, aku tahu kamu melakukan semua itu karena tidak suka denganku, tapi aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta denganku sampai kamu sendiri yang akan menyatakan cinta kepadaku."