Mentari pagi telah menyapa. Langit kini berubah kebiru biruan bersamaan dengan sinar matahari yang menyelip diawan. Lexa bangun lebih awal dari biasanya. Karena merasa sudah agak enakan , Lexa mengangkat setengah badannya seraya duduk diranjang. Kemudian ia memperhatikan sosok laki laki setengah paruh baya yang sedang tidur disofa , Lexa menatap tajam dan penuh makna.
Ia menyimpan beberapa pertanyaan diotaknya. Dimulai dari siapa dirinya dan siapa mereka. Lexa mencoba , setidaknya sedikit mengingat tentang dirinya. Namun yang ada , rasa sakit yang ia rasakan dikepalanya. Ia tak bisa mengingat apapun . Yang ia tahu saat ini , bahwa laki laki yang menemaninya itu adalah sang ayah.
Lexapun beranjak berdiri , dan berniat keluar untuk menikmati mentari ditaman rumah sakit. Namun sang ayah terbangunkan oleh hentakan kaki Lexa . "Sayang !" Ucapnya seraya berdiri dan mendekati Lexa. "Mau kemana ?" tanyanya.
"Eumm..." Lexa sedikit agak canggung berbicara dengan ayahnya sendiri. "Aku , aku pengen ke taman." ujarnya.
"Mau ngapain sayang ? Kamu masih sakit ."
"Cuma mau menghirup udara segar aja dipagi hari."
"Ya sudah , ayah anterin kamu ke taman." Lexapun pergi dengan menggunakan kursi roda yang didorong oleh ayahnya. Setelah itu , mereka mengobrol biasa. Karena dari semalam ayahnya Lexa belum sempat ngobrol dengannya.
"Sayang , gimana keadaan kamu sekarang ?" tanya ayahnya.
"Udah mendingan kok , cuma masih agak pusing aja." jawab Lexa.
"Syukurlah kalau sudah membaik."
Lexapun terdiam sejenak , memikirkan perihal dirinya. Dengan menatap langit yang mulai menampakan awan awan putih bergelombang.
"Aku dimana ? Aku siapa ?" batin Lexa.
"Kamu kenapa sayang ? Kok diam ?" Lexa hanya menunduk dan diam tak berbicara. "Kamu jangan khawatir , kamu pasti sembuh kok sayang." ucap ayahnya menyemangati seraya membelai rambut Lexa. "Kamu jangan memaksakan diri untuk mengingat semua hal yang belum kamu ingat . Ayah gak mau , kalau nanti kamu tambah sakit."
"Ayah !" ucap Lexa pelan seraya melirik dan menatap ayahnya. Ayah Lexapun tersenyum mendengar Lexa menyebut dirinya ayah.Lalu memeluknya dengan penuh kelembutan.
Hari ini adalah hari jum'at , Lexa berdoa semoga ia bisa cepet keluar dari rumah sakit tanpa infusan ditangannya. Meskipun ia tak tahu pulang kemana. Ayah Lexapun membiarkan Lexa sendirian ditaman , karna harus menemui dokter yang menangani anaknya.
Tak lama kemudian , Dirgan datang dengan membawa kantong kresek putih yang berisikan dua bungkus bubur ayam yang dibelinya sewaktu menuju rumah sakit.Dirganpun menghampiri Lexa ditaman.
"Udah baikan ?" tanya Dirgan cuek sembari menyodorkan bungkusan bubur ayam.
"Hah ?!" Lexa merasa agak kaget dengan kehadiran Dirgan. "Oh , udah."
"Makan dulu." titah Dirgan. Lexa hanya menatap Dirgan. "Kenapa ? Gak mau ?" tanya Dirgan. Tanpa berkata apapun , Lexa menerima bungkusan itu , kemudian memakannya.
"Elo siapa ?" tanya Lexa yang penasaran karna sedari kemaren Dirgan slalu ada disampingnya.
"Elo nanya siapa gue ? Yakin elo gak inget sama gue ?" tanya balik Dirgan. Lexa menggelengkan kepala.
Usai makan , Lexa kembali keruangannya. Selang beberapa menit , Jessica dan Bella hadir menjenguk sahabatnya. Merekapun membawakan buah buahan untuk Lexa.
"Selamat pagi Lexa !" sapa mereka serempak. Lexa kembali terdiam , dan hanya menatap kedua sahabatnya. "Lexa ? Siapa Lexa ? Mereka juga siapa ?" tanya Lexa dalam hati.
"Kok diam sih Lex ?" tanya Jessica. "Udah sarapan belum ? Nih gue bawain elo buah buahan ." Lanjut Jessica sambil menaruh bawaannya diatas meja.
"Gimana gak diam , dia gak mungkin kenal sama elo elo pada." gumam Dirgan.
"Hah ?! Elo gak inget kita kita ?" tanya Bella kaget.
"Elo gak bercanda kan , Lex ?" timpah Jessica. Lexa kembali menggelengkan kepala.
"Gue juga gak tahu , gue itu siapa ?" gumam Lexa. Jessica dan Bella menatap tajam tajam wajah Lexa seraya mendekatkan wajah mereka sehingga mereka bertiga bertatap tatapan. Setelah itu , Lexa menjambak rambut kedua sahabatnya secara bersamaan.
"Aduuhh !" ucap mereka kompak. "Sakit Lex.." Bellapun merengek. Lalu Jessica berbisik kepada Bella. "Mirip banget." ujarnya cengengesan. Mereka berdua tertawa kecil. Dirgan yang sedari tadi memperhatikan Jessica dan Bella ,hanya mengernyitkan alisnya.
"Jadi ?" tanya Lexa.
"Jadi apanya ?" tanya balik Bella.
"Gue siapa ? Kalian siapa ? Dia siapa ?" Tanyanya seraya menunjuk Dirgan dengan jari telunjuknya.
"Ok , gue jelasin ." ucap Jessica sembari mengupas apel yang ia bawa tadi. Lalu memotong dan memberinya kepada Lexa. " Nama lo tuh Alexandra Putri William alias Lexa. Anak petakilan yang sukanya bolos sekolah. Elo tinggal didaerah Pondok Indah." Jessica menjelaskan dengan gaya bicara ala ala host silet yang tayang ditelevisi setiap hari hanya di RCTI OK.
"Gue Jessica , cewek paling cantik seJakarta. Gue sahabat lo sejak dari sekolah dasar." Lanjutnya lagi.
"Gue Bella , sahabat lo juga." timpah Bella.
"Dan dia ?" sambung Jessica menunjuk Dirgan. "Dia Dirgan ,sahabat lo juga."
"Berarti kita deket banget ya ?" tanya Lexa kembali. Jessica dan Bella hanya cengengesan.
"Sembuh dulu , baru lo akan tahu . Seberapa dekat lo sama kita." sahut Dirgan. "Gue cabut duluan." sambungnya sambil melangkah pergi keluar ruangan.
Tiba tiba ayahnya Lexa masuk kedalam.
"Eh , ada Jessie sama Bella. Udah lama ?" tanyanya.
"Hehee.. Pagi Om." Sapa Jessica sok ramah.
"Kita baru nyampe kok Om." celetuk Bella.
"Oh iya, Dirgan kemana ?"
"Baru aja pulang , om." sahut Jessica.
"Sayang , siang ini kamu boleh pulang kok." ujarnya seraya membawa kabar baik. "Tetapi setelah dokter yang menangani kamu menyatakan bahwa kamu baik baik saja. Sekarang dokternya lagi menangani pasien lain. Mungkin pukul 10 , dokter akan mengecek kembali keadaan kamu." jelas ayahnya. Lexa hanya mengangguk mengiyakan.
"Asyiikk ! Udah bisa pulang." Bellapun girang mendengar kabar itu, Mereka bertiga berpelukan tanda bahagia.
Hari sudah siang , dua jam telah berlalu. Akhirnya Lexapun diijinkan pulang oleh dokter. Jessica dan Bella tidak ikut mengantar pulang ke rumahnya. Karena ada urusan. Ia pulang kembali kerumah bersama dengan ayahnya. Hari ini ayahnya tidak pergi ke kantor.Sebab ia menemani anak kesayangannya seharian.
Sesampainya didepan rumah , Lexa memandangi dari sudut kanan rumah hingga sudut kiri rumah . Dari bawah sampai atas rumahpun ia pandangi. Halaman rumah yang luas , yang dipenuhi tanaman hijau membuat rumah itu terlihat segar dan asri. Rumah yang begitu besar dan mewah membuat Lexa ragu untuk masuk kedalamnya. Ia berpikir apakah itu benar rumahnya atau bukan ? Ia merasa seperti sedang bermimpi.
Saat melangkahkan kaki untuk masuk kedalam rumahpun , dirinya disambut hangat oleh para asisten rumah. Terutama oleh Bi Inah. Baru sampai dipintu utama , langkah Lexa terhenti. Ia memperhatikan setiap sudut ruangan . Benar benar mewah , ucapnya dalam hati. Namun , sedikitpun ia tak mengingat apapun tentang rumah yang ia pijaki saat ini. Tak ada bayangan yang melintas dipikirnya.
Lexapun melanjutkan kembali langkah kaki yang terhenti. Ia berjalan dengan diantar Bi Inah menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Ini kamarnya non ." ucap Bi Inah.
"Makasih ya Bi."
"Kalau ada apa apa ,tinggal panggil aja bibi ya non." katanya lagi sambil keluar menutup pintun kamar Lexa. Lexapun mengangguk.
Dia berjalan mengitari sudut sudut kamar. Dia melihat beberapa pajangan foto yang menempel di dinding kamarnya. Setelah melihat lihat isi kamarnya , Lexa berpikir kalau sepertinya itu bukanlah kamar dirinya. Ia merasa sangat kurang cocok dengan kamar itu. Kamar yang begitu luas dengan design bertema mickey mouse .
Lexa membuka pintu lemari bajunya , dia mendapati baju baju yang bergelantung kebanyakan hoodie sweater dan jaket. Rata rata bajunya berwarna hitam , putih sama merah. Setelah itu , ia duduk diatas kasur.
"Apa benar , ini semua milikku ?" pikir dia. Lexapun mencoba membaringkan badannya dikasur. Kemudian memejamkan matanya sejenak. Hingga akhirnya iapun tertidur.
Selang waktu setengah jam , Lexa terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Ia bergegas untuk mandi. Sebab dari kemarin ia belum sempat mandi. Ketika ia memasuki kamar mandi , dirinya sangat terkejut . Kamar mandi yang sempurna , gumamnya dalam hati. Begitu masuk , ia mendapati washtafel lengkap dengan cermin yang cukup besar. Kemudian disebelahnya ada bilik yang isinya itu hanya wc duduk. Lalu setelah itu masuk ke ruangan yang ada bathtub nya. Tepatnya diujung kiri. Diujung satunya lagi ada ruangan berukuran sedang yang dipakai jika ingin mandi menggunakan shower.
Seusai mandi dan memakai baju , ia bergegas turun ke bawah untuk makan. Karna ayah Lexa telah memanggilnya sewaktu Lexa masih tidur. Merekapun makan bersama dimeja makan.
"Sayang , selesai makan ayah harus pergi." ujar ayahnya mengawali pembicaraan. "Kamu gak papa kan kalo ditinggal sendirian dirumah ?" tanyanya.
"Oh , gak papa kok yah." jawab Lexa sembari menyantap makanan nya.
"Nanti malam ayah juga gak pulang ya , ayah nginep di apartemen."
"Apartemen ?" Lexa kaget mendengarnya. "Ayah punya apartemen ?" tanyanya. Ayahnya Lexa hanya tertawa kecil. "Kenapa harus tidur diapart yah ? Kenapa gak disini ?"
"Ayah kan emang setiap hari tidur diapart , ini rumah kamu . Jadi ayah sesekali saja menginap disini." jelasnya.
Setelah lunch usai , ayah Lexapun segera pergi ke kantor. Dan Lexa sendirian dirumah tak tahu harus ngapain. Ia hanya berdiam diri dikamar seraya memandangi foto dirinya dengan kedua sahabatnya. Kemudian ia menengok ke arah kalender kecil yang terletak diatas meja belajarnya. Ia melihat tanggal yang dikasih lingkaran merah dengan note bertuliskan ultah Lexy.
Lexa terkejut , karna nama dalam tulisan tersebut mirip namanya. Ia berpikir mungkin waktu itu dia typo atau salah nulis. Maka tulisannya menjadi Lexy. Tepat nya di tanggal 20 Juni nanti ia ulang tahun. Lexa tak mengharapkan apa apa kecuali kesembuhan. Lexa terus berdoa agar ingatannya cepat kembali.
Libur sekolahpun akan berakhir. Seminggu setelah kecelakaan , Lexa tak kemana mana . Mengingat kondisinya seperti itu , ia tak mungkin berjalan jalan ke luar rumah . Kalaupun keluar , ia pasti ditemani oleh Dirgan.
Akhirnya sekolah telah dimulai kembali. Mau tidak mau Lexa juga harus kesekolah. Sekarang ia telah menjadi kakak kelas. Seharusnya libur kemarin ia mengikuti kegiatan MOPD disekolah sebagai panitia. Andai kata ia tak mendapat musibah waktu itu , mungkin saat ini ia tak akan ragu untuk pergi ke sekolah.