webnovel

Perbudakan

"Kenapa kamu lama sekali angkat telponnya? "

Suara pak alan tidak bernada tinggi, masih seperti biasanya tenang tetapi bhie merasa ada kemarahan diantara suaranya yang tenang.

"Pak, saya tidak tahu apa-apa tentang hal ini " ucap bhie merengek.

"Saya juga baru tahu ketika ada teman saya yang bicara tadi di toilet " sambungnya.

"Maksudnya? "

"Sumpah pak, saya tidak pernah bilang sama teman-teman sekelas saya " jawab bhie, "sekarang saja saya bersembunyi di lantai atas "

"Di lantai atas " suara pak alan memelan, "kamu sedang apa di tempat itu? "

"Mau bunuh diri? "

Bhie mengerutkan dahinya, dan berguman "jahat amat... "

"Bukan mau bunuh diri pak, tapi sedang menenangkan diri " jawab bhie dengan nada kesal, "lagian saya kalau mau bunuh diri lebih pilih makan racun saja "

"Tidak ada rasanya dibanding saya loncat dari gedung pasti sakit, iya kalau mulus jatuhnya terus langsung meninggal. Kalau nyangkut di pohon atau jendela terus malah koma sayakan pasti rasain kesakitannya dua kali lipat! "

Bhie tiba-tiba merasa kalau pak alan sedang menertawakannya kali ini, tapi tawa itu tidak bisa di dengarnya. Tawa kepuasaan karena sudah melibatkannya dalam permasalan bhie sekarang ini.

"Menenangkan diri dari apa? " tanyanya.

"Bapak belum tahu? "

"Ada memangnya? "

"Pak rektor pergi ke kelas saya dan membuat pengumuman kalau bapak dan saya berpacaran dan akan segera menikah " jawab bhie.

Cukup lama suasana jadi hening setelah bhie mengatakannya.

"Ya sudah, dia emang seperti itu " pak alan memberikan sebuah komentar yang tidak terduga, "kamu harus mempersiapkan diri untuk itu "

"Dan anggap saja itu sebuah gosip " sambungnya.

'Dia sama sekali tidak marah? ' tanya bhie dalam hatinya.

Setelah mengatakan itu senyuman bhie terlihat karena dia tidak akan mendapatkan masalah dari pak alan.

"Sekarang yang paling penting adalah kamu turun dan pergi ke kantor dosen " ucapnya.

Bhie mengerutkan dahinya, "untuk apa pak? "

"Kamu lupa ya? kemarin kamu sudah janji untuk membantu menyiapkan semua keperluan saya mengajar dimanapun karena sudah melibatkan saya ke dalam masalah kamu semalam "

'Dia masih ingat ternyata! ' bhie bicara dalam hatinya sambil mulutnya yang komat-kamit tanpa suara.

"Saya tidak suka dengan seseorang yang ingkar janji setelah mendapatkan pertolongan " dia memperingatkan bhie pada janjinya.

"Iya, pak saya tahu janji saya " bhie mengatakannya dengan nada malas.

"Saya turun sekarang "

Dia lalu beranjak dari duduknya dan membersihkan pakaiannya dari debu.

"Sekarang pergi ke kantor dan laptop di meja saya " ucapnya pada bhie di ujung telpon.

"Kamu ingat-ingat ini karena saya tidak akan memberitahukannya dua kali " sambungnya lagi, "pertama kamu ke kantor dan lihat file dengan nama bay "

"Kamu buatkan power pointnya dan harus menarik, dua jam lagi aku ada kelas di lantai empat ruang B "

"Kamu harus datang lebih dulu dari saya tidak boleh terlambat "

"Kamu mengerti? "

Bhie merapikan rambutnya yang tertiup angin ketika tadi berada di lantai atas dan berjalan menuruni anak tangga.

"Iya pak saya mengerti " jawab bhie yang lagi-lagi dengan nada malas.

"Jangan bicara seperti itu, atau kamu mau nanti di perpanjang waktunya? "

"Jangan pak " bhie menjawabnya dengan cepat dan suara lantang.

"Saya tadi cuma capek sedang turun tangga " ucap bhie lagi, "saya akan lakukan semua yang bapak perintahkan sekarang "

"Oh, iya jangan lupa kamu bawa juga absensinya "

"Siap!! " bhie menjawabnya dengan suara lantang.

Setelah dia tahu pak alan mengakhiri pembicaraan mereka di telpon, dia melemas dan menangis kesal tetapi tidak mengeluarkan air mata sedikiit pun.

"Kamu menjadi budak terhormat dalam satu bulan ini " ucapnya pada diri sendiri.

Dia lalu melihat ke arah jarum jam ditangannya, "semangat bhie "

Dia mengepalkan kedua tangannya penuh dengan rasa semangat yang membara sambil berjalan menuju ke kantor tempat semua dosen di kampusnya.

"Kalau cuma bikin power point itumah kecil " bhie meremehkan tugasnya kali ini.

"Tapi... " ucapannya lalu berhenti, "kenapa aku tiba-tiba merasakan sesuatu ketika mendengar nama file milik pak alan ya? "

"Seperti nama panggilan seseorang dulu " bhie mencoba mengingat kembali sesuatu yang sebenarnya sudah dia lupakan sejak lama.

"Ah, bodo amat! " bhie menggelengkan kepalanya sambil terus melangkah menuju ke kantor yang sudah di sebutkan oleh pak alan tadi.

"Di jam segini pasti semua dosen sedang di kelas " ucap bhie pelan ketika dia sudah sampai di depan pintu kantor.

"Jadi pasti di dalam sepi " sambungnya lagi dengan senyuman lebar dan penuh rasa percaya diri untuk membuka pintu tersebut dan masuk ke dalamnya.

"O-oww... " langkah bhie terhenti tepat setelah satu langkah masuk ke dalam ruangan tersebut karena melihat ternyata tebakannya salah.

Suasana kantor tidak sepi sama sekali justru sebaliknya dan mereka semua yang ada di dalamnya berada di meja masing-masing seketika tertuju pada bhie yang mematung di depan pintu.

"Ini memalukan... " bhie berteriak dalam hatinya.

Dia merasakan wajahnya memanas sekarang ini, dan bhie yakin semua pasti bisa melihat pipinya yang memerah.

"Tidak ada yang aneh kan kalau mahasiswi ke ruangan dosennya? " hatinya mulai berdialog kembali.

"Aku tidak boleh terlihat salah tingkah "

Bhie memperlihatkan senyumannya, "saya mau ke meja pak alan "

"Disana " ada dosen laki-laki yang memberikan jawabann pada bhie menunjukkan meja yang sedang bhie cari.

"Terima kasih pak "

Dia berjalan menuju ke meja yang sudah di tunjukan tadi dan melihat sebuah laptop yang tersimpan diatas meja.

Dengan cepat bhie menghidupkannya dan mencari file yang sudah di sebutkan tadi.

"Aku tidak boleh terlambat " dia mulai membaca teori dan lalu membuat sebuah power point dari materi yang di bacanya.

"Kamu baik sekali sampai membuatkan pak alan power point! "

Bhie yang sedang serius terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul bersama sosoknya di balik laptop milik pak alan.

Dia hampir saja lepas kendali dan menghapus semua yang sudah dia buat dengan susah payah.

"Saya sedang di beri tugas langsung pak " jawab bhie dengan senyuman lebarnya yang terlihat sangat dipaksakan.

"Bukannya kamu dekat dengan pak alan? " tanyanya lagi.

"Kita ssemua disini sudah tahu kalau pak alan dekat dengan salah satu muridnya, dan semua dosen kenal sama kamu murid yang paling pintar "

"Iya pak saya pintar " bhie menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Terlalu banyak gangguan sekarang ini, dia membuat power point itu sambil mendengarkan ocehan yang menurutnya sama sekali tidak menarik karena terkesan menyudutkannya yang masih muda mengincar seorang dosen yang bisa dibilang seseorang yang berkecukupan sejak dilahirkan.

"Kalau dia bukan dosen aku sudah teriak minta dia diam! " ucap bhie dalam hati sambil merapikan semuanya.

Dia harus cepat-cepat keluar dari ruangan itu sebelum telinganya memanas dan kepalanya mengeluarkan lahar panas.

Dan karena waktu yang hanya tersisa sepuluh menit lagi membuat dia harus dengan cepat sampai ke ruangan sebelum pak alan tiba di kelasnya.

"Pak saya harus ke kelas sekarang, saya janji akan buatkan pers conference untuk semua pertanyaan bapak dan semua yang ada di kampus tidak penasaran lagi kenapa saya dekat dengan pak alan "

Bhie bergegas mengambil laptop dan tas miliknya dengan cepat berlari menyusuri koridor menuju ke sebuah lift yang akan membawanya ke lantai empat karena waktunya semakin sedikit dan dia harus bergegas atau nanti perbudakannya itu akan mendapatkan perpanjangan waktu...