Angin tiba-tiba bertiup dengan kencang. Ketiga pengibar bendera telah sampai di depan tiang bendera. Mereka merapikan posisi mereka dan siap untuk mengikat bendera tersebut.
Namun sebelum itu, Majordome dan beberapa orang lainnya ikut keluar dari pintu balkon kantor walikota. Mereka berjalan bersamaan dengan pakaian yang serba putih. Dari dalam kegelapan, seorang Walikota muncul berkilauan, menyinari lorong gelap kantor walikota itu.
Sang Walikota muncul di depan warganya dengan gagah. Pakaiannya yang sangat putih itu terlihat sangat berbeda. Angin-angin juga menyambutnya dengan mengibarkan jubahnya yang sangat putih itu. Dia keluar sambil membawa pedang yang sangat legendaris. Pedang itu ia simpan di pinggang sebelah kirinya.
Sementara itu, Jeanne menatapnya jelas tanpa menggunakan teropong meskipun jaraknya yang lumayan jauh. Dia menatap sambil kegirangan, dikatakan oleh wajahnya yang tersenyum lebar. Orang-orang yang ada di sekitarnya kemudian pergi meninggalkan mereka berdua ketakutan.
Sebuah monster kini bangkit karena telah menemukan mangsanya.
"Hei, August. Apakah kondisi yang sekarang ini cukup ramai ?" tanya Jeanne tanpa menatap August.
"Cukup sudah, Jeanne ! Hentikan kegilaanmu ini. Semua orang akan terdampak." jawab August.
"Justru karena itulah tujuanku, bodoh. Tidakkah kau mendengarkan tadi ?"
"Kaulah yang bodoh ! Apakah kau ingin meninggalkan harapan Pan untuk menyucikan adiknya ?"
Seketika, Jeanne berbalik kemudian menginjak-injak kepala August. Dia melakukannya dengan sangat keras namun August masih dapat menahannya. Dengan kekuatan Green Day August, dia mampu beregenerasi dengan cepat.
"Semua itu tidak ada hubungannya dengan tindakanku kali ini, bodoh. Aku dapat melakukan apapun yang aku suka dan kau tidak boleh ikut campur dengan urusanku kali ini. Jadi diamlah dan TUTUP MULUTMU !!!" Jeanne menginjaknya dengan sekuat tenaga.
August tidak menyerah. Dia terus membujuk Jeanne meskipun wajahnya telah berdarah-darah. Kemampuan senjata suci August tidak dapat diremehkan, dia masih terlihat seperti biasa meskipun setelah di injak beberapa kali dengan kuat.
"Tidak Jeanne..... kaulah yang seharusnya menutup mulutmu dan diam mengikuti perintahku."
"DIAM !!" Jeanne menginjak kepala August dengan kuat sekali lagi. "Atau jangan-jangan, kau sedang mengulur waktuku ya.... namun sayang, semua yang aku lakukan kepadamu ini hanyalah untuk membunuh waktuku. Butuh beberapa saat lagi sebelum aku mengeksekusi rencanaku."
Jeanne kemudian menatap Sang Walikota kembali. Dia menyimpan kakinya di atas kepala August. Dan August, dia hanya bisa menatap Sang Walikota dari bawah sepatu Jeanne.
"Ayo ayo ayo naiklah. Begitu dia naik dan Walikota itu membacakan pidatonya, maka itu adalah waktu terbaikku yang pernah aku miliki."
+---+---+---+---+
Bendera kota La Giustizia sedang dinaikkan. Satu kota hening mengikuti acara pengibaran bendera dengan khidmat. Tangan mereka menunjukkan posisi hormat di kepala. Tatapan mata semua orang tertuju kepada bendera. Kecuali satu orang, Jeanne Abigail.
Mata gadis perempuan itu tertuju kepada Sang Walikota. Dia menatapnya sambil mengumpulkan aliran sihir di telapak tangannya diam-diam. Sihir untuk meredam aliran sihir dengan aura sihirnya telah diaktifkan. Dengan begitu, tak ada seorangpun yang akan sadar tentang perbuatan jahatnya tersebut. Kecuali August.
Lagu yang dimainkan batalion orkestra sihir perlahan diakhiri. Bendera yang sedang dinaikkan pun telah hampir mencapai ujungnya. Dan ketika bendera itu telah sampai di ujung tiang, seluruh warga menurunkan tangannya kemudian bertepuk tangan meriah. Suasana yang hening pun seketika pecah menjadi ramai.
Begitu upaca telah berakhir, Majordome selaku Wakil Walikota maju ke depan dan berbicara untuk memulai pidato. Seketika, perasaan Jeanne memburuk. Rencananya ternyata harus menunggu beberapa saat lagi.
"Cih ! Aku benci rangkaian acara ini."
"Jeanne, masih ada waktu. Kita tidak harus membunuh Celestial itu disini. Masih banyak ruang untuk berkelahi di Bumi ini."
"Namun tidak ada ruangan yang tepat untuk membuatnya menderita dua kali lipat."
Seberapa keras August mencoba, keputusan Jeanne tidak bisa diganggu gugat. Keteguhan hatinya telah kokoh bersandar pada ambisinya yang egois. Akan tetapi, West August tidak bisa menyerah begitu saja. Dia telah memikirkan sebuah rencana untuk melindungi perasaan warga kota disini tanpa menggerakkan tubuhnya.
"Baiklah Jeanne kau ingin mengetahui rencanaku bersama Celestial itu ?"
"Katakan saja sebelum aku menginjak kepalamu lagi dengan keras."
"Aku dan Celestial itu ingin menyucikanmu ! Kita ingin membuat hidupmu bahagia !"
Seketika Jeanne terketuk. Dia kemudian berbalik dan menatap wajah August. Senyumannya kemudian perlahan pudar dari wajahnya. Akan tetapi, senyuman itu malah tergantikan dengan wajah kesal miliknya.
"Oh tidak..."
Dengan cepat dan kuat, tangan August langsung membebaskan dan menghalangi wajahnya. Kaki Jeanne pun langsung menginjaknya berkali-kali dengan kuat. Beruntung sekali August dapat melepaskan tangannya dengan mudah. Dengan begitu, West August masih bisa selamat dari hantaman kakinya yang bertubi-tubi namun mengorbankan kedua lengannya.
"JANGAN MENGKHAYAL !!!" Jeanne berteriak.
August pun dengan tangkas langsung menangkis serangan kaki Jeanne dan menjauhinya sejauh dua meter darinya. Ia mengusapkan jari jempol ke mulutnya yang meneteskan darah. Tidak disangka, Jeanne ternyata mempunyai kekuatan kaki yang bagus.
Tak lama kemudian, sebuah tiang-tiang yang terbuat dari cahaya kemudian berjatuhan dan mengelilingi August. Tiang-tiang itu kemudian berjajar dan mengunci August di dalamnya seperti kandang harimau.
"Cukup berdiri atau duduk disana sambil melihatku melancarkan rencanaku. Itu merupakan sebuah keringanan dariku."
"Ah..... pantas saja akar itu terasa ringan tadi. Kalau begitu baiklah, aku akan menonton dari sini."
"Pasti ada yang kau rencanakan....."
"Tidak juga. Aku hanya menunggu sebuah keajaiban terjadi karena kau tahu, lawanmu itu adalah Celestial dan dia tidak mungkin kau kalahkan begitu saja."
"Kalau begitu kau mau bertaruh ? Kita masih akan melanjutkan perjalanan yang menyenangkan ini kan ?"
"Maaf tapi aku tidak akan memberimu sepeser uang. Namun sebagai gantinya, aku akan melihat pertarunganmu dari sini dan kau harus membuat diriku puas."
"Sepertinya kau benar-benar sudah kehabisan akal. Kalau begitu baiklah, aku juga tak berniat untuk melibatkanmu dari awal." Jeanne membalikan badannya.
Apa yang dikatakan August itu benar. Dia tidak bisa berpikir lagi dan hanya menunggu keajaiban yang akan datang. Sifat August yang seperti inilah yang dapat membuatnya dinobatkan sebagai The Chariot. Sambil melihat air mengalir, dia menunggu botol berisikan kertas mengapung.
August pun duduk dan bersandar di tiang-tiang yang terbuat dari cahaya tersebut.
Tak lama kemudian, Majordome telah selesai membacakan kata pengantar. Sang Walikota pun melangkah ke depan melaluinya. Perlahan-lahan, Majordome mundur untuk mempersilakan tuannya berbicara.
Shin Gluttenford langsung mengambil alat pengeras suara yang berada di depannya. Aura berkarismanya kemudian keluar begitu dia akan berbicara sambil menatap warganya dan penduduk yang baru datang.
"Wahai pendudukku yang aku cintai, para pendatang yang aku sambut, selamat datang di kota tercintaku. LA GIUSTIZIA !!!" Shin mengucapkan salam pembukanya.
Semua orang bersorak. Ucapan pembuka Shin ternyata telah membangkitkan semangat mereka meskipun hari ini telah siang. Yang dimana, kebanyakan orang telah kelelahan dan baju-baju mereka telah dibasahi oleh keringat.
Mata mereka telah tertuju kepada satu titik. Yang dimana, titik itu merupakan sebuah vital dari kota kecil ini. Disitulah Jeanne akan melancarkan serangannya. Aliran sihir yang telah ia bentuk di tangannya sudah siap. Jeanne mengubah bentuk aliran sihir itu menjadi seperti peluru.
Jeanne tersenyum, waktunya telah tiba. Pupil matanya membesar saking bergairahnya. Dia mengarahkan tangannya ke kepala Celestial tersebut. Bidikannya itu sekilas sembrono namun dia dapat mengendalikannya menjadi sesuai keinginannya.
"West August, apakah kau sedang melihatku ?"
"Tentu saja, Jeanne. Berikan aku hasil yang terbaik lalu kita pergi dari kota ini."
"Terima kasih, West August."
Jarinya telah bersuara. Aliran sihir itu terbang melayang di udara menembus angin-angin yang lewat. Tanpa suara, aliran sihir itu terbang dengan sangat cepat. Dan pada akhirnya, peluru itu tepat mengenai kepala Shin yang tengah berpidato.
Kepala Shin terdorong ke belakang. Badannya tumbang bersamaan dengan kepalanya yang ditembak. Semua orang kemudian panik melihat Sang Walikota terjatuh dan mengeluarkan darah di kepalanya. Majordome kemudian membawanya masuk ke dalam dan ksatria lainnya langsung berjaga dan mencari tahu siapa pembunuhnya.
Jeanne tertawa terbahak-bahak, dia berhasil menjatuhkan satu Celestial. Rasa bahagianya itu tak terbendung sehingga dia mengeluarkan suara tawa yang begitu keras. "AHAHAHAHA..... Akhirnya. Akhirnya dia terjatuh !"
August terkejut, Shin benar-benar terjatuh disana. Langsung saja dia berdiri kemudian berteriak kepada Jeanne, "Kau benar-benar melakukannya ! Apa kau tidak punya perasaan terhadap semua warga yang bahagia ini ?"
"Ahahahaha..... rupanya kau masih tidak mengerti. Untuk apa aku memperhatikan mereka apabila aku dapat mewujudkan impianku. Ahahahaha....."
August merasa kesal. Dia mengerutkan wajahnya dan menatap Jeanne dengan tajam. "Jeanne...."
"Sebagai hadiah untukmu karena telah menurutiku, aku akan bebaskan dirimu lagi. Lalu ayo, August. Mari kita lari dari sini." Jeanne mengulurkan tangannya, "Celestial itu sudah punah sekarang. Aku sudah tidak bisa merasakan auranya lagi dari....."
Tiba-tiba, sebuah bilah pedang muncul menembus perut Jeanne. Darah-darah keluar menetes dari mulutnya. Dia tidak sadar bahwa seseorang telah muncul tiba-tiba dari belakangnya. Perlahan-lahan, Jeanne menengokkan kepalanya. Dia melihat topeng itu lagi.
Wajah Jeanne menunjukkan kekesalan yang mendalam. Dia tidak menyangka bahwa Celestial yang ia tembak itu hanyalah umpan. Namun di sinilah keganjilan terjadi, Celetial itu tepat terbunuh di balkon kantor walikota tapi tidak dengan Celestial bertopeng ini.
Ada kemungkinan, Celestial itu ada dua.
"Sialan kau....." ujar Jeanne sambil menahan sakit.
"Justice Showdown. Bisakah kau tidak memandang remeh kami para Celestial."
Seketika, Celestial bertopeng itu mencabut pedangnya dari tubuh Jeanne kemudian maju ke depan Jeanne dan menyabit tenggorokkan Jeanne. Tiang-tiang cahaya yang dibuat Jeanne perlahan menghilang dan membebaskan August. August pun berlari dan menangkap Jeanne yang perlahan-lahan terjatuh.
Kondisi Jeanne lemah. Banyak sekali darah yang keluar dari tubuhnya. Dan bahkan, tenggorokannya terbuka mengeluarkan darah yang cukup banyak.
"Jeanne..."
"August ! Menjauh dari sana, proses penyucian baru saja akan dimulai !"
"Apa maksudmu ?!"
"Menjauh saja dari sana !"
Tiba-tiba saja, aura hitam kemerahan menyelimuti tubuh Jeanne yang tidak sadarkan diri. August pun melepaskannya dan menjauh darinya. Aura hitam itu semakin menebal dan mengurung Jeanne di dalamnya.
Aura-aura hitam itu berbentuk seperti asap namun lebih tebal. Perlahan-lahan aura itu membentuk perwujudan seperti serigala jadi-jadian namun setengah badan. Aura yang berbentuk serigala itu kemudian mulai mengaum ketika sosok tubuhnya telah sempurna.
August tidak diam saja, dia langsung mencabut pedang rapiernya dan menantang aura jahat tersebut dengan menodongkan pedangnya. Aura merah seketika mengelilingi tubuh August sampai mengubah warna matanya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja Shin menariknya. "Tidak boleh ! Kau tidak diperbolehkan ikut campur atau Jeanne akan menghilang untuk selamanya."
"Apakah ini juga rencanamu ?" ujar August sambil mengerutkan wajahnya.
"Iya. Karena hanya akulah disini yang bisa melakukannya." Shin melepaskan topengnya.
Shin kemudian mengelus pedangnya. Api-api berwarna merah muda menyelimuti pedangnya dan mengeluarkan aroma bunga yang kuat. "Cahaya yang menyinari, bunga yang bermekaran, dan dunia yang menampungnya. Dengan ini sucikanlah jiwa yang ternodai. Wahai pedang suciku, Justitia Armorum." Shin mengucapkan mantranya.
Mata Shin berubah menjadi merah muda. Tubuhnya dipenuhi oleh api-api berwarna merah muda seperti sedang membakar tubuhnya. Tatapannya tajam menatap aura tebal siluman serigala itu. Tiba-tiba, Shin melemparkan sebuah batu kepada August.
"Apa ini ?"
"Pegang saja batu itu. Kemudian tangkaplah Jeanne lalu selamatkan nyawanya dengan obat yang dia miliki." Shin mengambil posisi kuda-kudanya. "Penjelasannya akan kujelaskan nanti."
Shin kemudian memasukan pedang katananya ke sarungnya kembali. Dia menutup matanya dan berfokus menerawang monster siluman serigala tersebut. Di bagian perut siluman itu, terdapat Jeanne yang sedang tertidur di dalamnya.
Target telah dikonfirmasi. Shin akan memfokuskan gerakannya terhadap perutnya saja.
Akan tetapi, monster itu tidak tinggal diam. Dia langsung mengeluarkan cakarnya yang tajam kemudian menyerang Shin secepat mungkin. Serangan mencakarnya itu menyebabkan angin berhembus dengan kuat dan menghancurkan apa yang dilaluinya.
Serangan siluman itu memanglah kuat. Akan tetapi, makhluk itu tidak mengenai Shin sama sekali. Dia hanya menyerang angin karena Shin telah menghilang. Tiba-tiba saja, monster siluman serigala itu kesakitan di bagian perutnya. Shin rupanya telah berhasil melubangi monster tersebut dan menyelamatkan Jeanne dari dalam sana. Dia menggunakan pangkal pedang katananya atau kenop untuk melubangi perutnya tersebut.
Seketika, monster siluman itu melemah karena di jauhkan dari inangnya.
" ! Alat Sihir : Berpindah ! " Shin menepuk perut Jeanne.
Seketika, batu yang dipegang August tiba-tiba pecah. Batu itu mengeluarkan cahaya sihir terlebih dahulu sebelum kemudian pecah di tangannya.
"Apa yang....." August terkejut.
Tiba-tiba, dari atas langit, Jeanne terjatuh dan pas mendarat di pangkuan August. Jeanne mendarat dengan mulus dipangkuannya. Akan tetapi, Jeanne masih tidak sadarkan diri. Lubang yang berada di leher dan perutnya masih belum tertutup. Langsung saja August memberikan obat yang pernah diberikan Jeanne sebelumnya. Dia meminumkannya lewat mulut dan langsung mengalir begitu saja di tenggorokannya.
Perlahan-lahan, luka-luka tersebut menutup kembali. August lega melihat keadaan Jeanne yang membaik. Meskipun begitu, masih ada darah yang dimuntahkan Jeanne tanpa sadar dari mulutnya. Darah itu berwarna hitam namun tidak terlalu gelap seperti darah Niku sebelumnya.
Sementara itu, Shin akan menghabisi monster siluman serigala tersebut. Dia menyimpan kembali pedangnya dan kini ia buat agar pedangnya tertutup rapat. Aliran sihir berwarna merah mudanya terfokuskan dalam pedangnya yang ia tutup rapat.
Monster itu berteriak-teriak dan semakin melemah. Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda monster itu akan lenyap begitu saja. Tangan yang memiliki cakar itu dia jatuhkan dan badannya bersandaran pada kedua tangan tersebut.
Dengan cepat secepat kilat, Shin telah berada di depan mata siluman serigala tersebut. Dia terlihat telah mengeluarkan pedangnya yang dari tadi ia tutup rapat. Monster serigala itu seketika mengaum kesakitan dengan sangat kuat.
Cahaya-cahaya keluar dari tubuh monster siluman serigala tersebut. Tubuhnya tanpa ia sadari telah tersabit-sabit oleh pedang katana Shin Gluttenford. Dan bekas sabitan tersebut mengeluarkan cahaya dari dalamnya. Seketika, monster siluman serigala tersebut pecah seperti kaca dan meninggalkan sebuah kristal yang berwarna ungu kegelapan.
"Justice Showdown..... Keadilan telah menghukum kejahatan."
Perlahan-lahan, Shin mendekati kristal tersebut. Dia pun mengambil kristal tersebut dengan tangan kanannya yang masih diselimuti oleh api berwarna merah muda. "Hei, August. Biar aku perkenalkan kepadamu siapa musuh kita sebenarnya." Shin berjalan mendekati August dan Jeanne sambil membawa batu kristal tersebut.
"Apakah benda yang dibawamu itu adalah musuh kita ?"
"Iya benar. Akan tetapi pembuat kristal ini adalah tujuan utama kita selanjutnya."
"Memangnya benda apakah itu ?"
Api berwarna merah muda yang berada di tangan Shin kemudian padam. "Ini adalah salah satu alat sihir yang bernama Dark Entity. Dark Entity ini bisa mempengaruhi seseorang untuk berbuat jahat sesuai dengan tipenya sendiri." Shin memperlihatkan bagian belakang batu kristal tersebut, "Dan tipe yang satu ini adalah Vengeance. Balas dendam. Sebuah Dark Entity yang cocok untuk Jeanne Abigail."
August kemudian menatap wajah Jeanne yang sedang tertidur. Dia mengelus pipinya yang kotor ternodai oleh darah berwarna hitam.
"Lalu apa yang harus kita lakukan terhadap kristal tersebut ?" August bertanya. "Apakah kita bisa menyelidiki siapakah pembuat batu tersebut ?"
"Itu ide yang bagus tapi....." Shin menggelengkan kepala. "Jeanne akan tersiksa lagi apabila dia telah sadarkan diri." Shin menunduk. Tak lama kemudian, Shin mengangkat kepalanya lagi. "Jadi karena itulah....." seketika, dia menggenggam batu kristal itu sekuat tenaga kemudian batu kristal itu pecah, ".....Kita lebih baik menghancurkannya saja."
Pecahan kristal tersebut berjatuhan dari tangan Shin. Dia pun melebarkan telapak tangannya dan membuang sebagian pecahan kristal tersebut yang tersisa. Seketika, pecahan-pecahan kristal tersebut menjadi abu saat berjatuhan ke tanah.
"Aku sangat bersyukur karena telah dapat menyucikan Jeanne dan membuatnya kembali ke keadaan semulanya." ujar Shin sambil menatap August.
August pun kemudian menidurkan Jeanne di lantai. Dia berdiri kemudian menatap Shin sambil tersenyum bahagia. "Ahahaha.... ternyata rencanamu yang kau bilang melenceng itu tidak separah yang aku kira."
"Jadi bagaimana ? Bolehkah aku bergabung ke dalam tim milikmu ?" Shin tersenyum sambil mengulurkan tangannya mengajak salaman.
"Baiklah aku setuju. Akan tetapi...." tiba-tiba saja dan berlangsung dengan cepat, August menusukkan pedang rapiernya ke perut Shin. "....Aku akan membalaskan dendamnya terlebih dahulu."
Bersambung