webnovel

A Wedding Planner

Gendhis adalah seorang perempuan aktif. Dia berkarir di sebuah usaha kecil miliknya yang ia dirikan dengan bantuan temannya Maya. Dan sudah pasti dengan dukungan penuh dari keluarga dan Haikal, pacarnya. Karirnya cemerlang seiring berjalannya dengan kisah cintanya dengan Haikal, lelaki yang menemani sejak dari bangku kuliah. Mereka sosok yang membahagiakan. Bagaimana tidak, Haikal dan Gendhis adalah pasangan yang saling pengertian. Terlebih lagi soal waktu dengan pekerjaan. Hingga, pada satu ketika sempat ada sedikit ketidaksesuaian rencana pada hubungan mereka. Kisah baru dimulai dari sini... Bagaimana nasib hubungan mereka ? Apakah Gendhis bisa mengatur hubungannya sesuai rencananya seperti dia mengatur semua tugas - tugas pada pekerjaannya ? Lalu, apa yang menjadi masalah dalam kehidupan percintaan mereka ? Dan apakah hubungan mereka tetap berlanjut ?

ANGKAAKSARA01_ · Adolescente
Classificações insuficientes
4 Chs

Chapter 03 : ME TIME

Aku melaju dengan kendaraanku dan untuk menghilangkan kebosanan aku sengaja memutar musik pada aplikasi berlangganan saran dari Haikal. Dia emang sedikit lebih melek technologi dan aplikasi - aplikasi seperti ini daripada aku. Ya, sebenarnya kita saling melengkapi.

15 menit kemudian aku sampai pada tempat dimana kita harus bertemu. Aku melihatnya sudah duduk pada sudut dimana biasanya kita duduk. Mie ayam ini sudah ada dari sejak kita pacaran. Si abang penjualnya mungkin juga bisa menebak kami akan pesan apa.

"Maaf sayang, udah nunggu lama ya kamu ?" Tanyaku sambil meminta maaf pada Haikal yang saat itu sedang memainkan handphone nya.

"Oke, nggak apa - apa kok sayang. Kamu nggak telat, akunya yang kecepetan. Kamu udah aku pesenin. Seperti biasa kan ?" Tanya Haikal

"Kamu so sweet banget sih masih inget aja kesukaan aku, sayang !" Jawabku

"Ya gimana nggak inget, kamu kan lebih stabil kalo masalah makanan daripada aku." Jawabnya mengakui kebiasaannya. "Trus, jadinya apa yang mau kamu pengen ceritain ke aku ?" Sambarnya dengan pertanyaan.

"Oh, iya.. jadi gini loh, sayang. Aku tuh kan ada client. Mereka tuh ribet banget masalah schedule. Yang bikin aku stress, pernikahannya tuh udah kurang 6 minggu lagi. Tahu deh kayak gimana tuh. Nah, aku tuh stress banget loh sama yang kayak beginian." Ceritaku pada Haikal

"Sayang, they need your plann, remember just your plann. Hasil akhirnya kan tetep kamu dan Maya balikin ke mereka. Kamu nggak perlu takut gagal atau kacau. Asalkan kamu pakai hati jalaninnya. Semuanya pasti baik - baik aja kok." Jawabnya menenangkanku.

"Kadang aku tuh nggak ngerti ya. Gimana bisa Allah tuh kayak mempertemukan kita saling melengkapi gini. Kamu tuh mesti punya cara buat aku tenang. Makasih ya..." Jawabku "Eh, tapi tunggu dulu deh, sayang. Besok kalo kita menikah, kamu harus mau ya gantian atur dan kontrol semuanya. Aku nggak mau kalo apa - apa cuma aku aja. Yang nikah kan kita berdua. Masak cuma aku aja yang mesti atur semuanya sendirian ? Trus kamu ngapain dong ? Masak semuanya harus perempuan yang atur ?" Sambungku cerewet.

"Jadi sebenernya kamu tuh cerita soal ketakutan kamu tentang persiapan pernikahan kita ? Atau kamu takut dengan persiapan pernikahan client kamu sih, sayang ?" Sahut Haikal. "Lagian juga tumben banget kamu siang - siang gini ngajakin aku ngomongin pernikahan ?" Tambahnya.

"Ya abis kamu sih nggak pernah bahas masalah pernikahan. Ya udah, aku deh yang bahas duluan." Jawabku

"Ya, masalah pernikahan kan sensitif, sayang. Aku nggak pengen nanti kamu merasa aku maksain pengennya aku banget." Ucapnya.

Di menit itu aku tersadar, bahwa telah lama aku tak pernah menanyakan apa maunya Haikal, apa mauku pada hubungan kita. Sesabar itu Haikal mengurungkan niatnya yang mungkin sudah sering menjadi pertanyaan bagi ibunya, dan mungkin bagi dirinya sendiri juga terhadap hubungan kita.

"Kamu kenapa diem aja, sayang ? Masih kepikiran soal kerjaan ?" Tanya Haikal yang membuyarkan lamunanku.

"Sayang, kamu ada kepikiran rencana untuk menikah kapan nggak sih ?" Tanyaku padanya.

"Kalo aku sih jujur nunggu kamu siap, sayang. Masalah tabungan, konsep dan sebagainya insyaallah kan bisa dicicil dari sekarang." Jawabnya tanpa memaksa.

"Sayang, kamu kenapa bisa setenang ini sih ? Bukankah kebanyakan cowok di luar sana kan pengen banget ngajakin nikah muda. Contoh aja kayak Radit dulu. Dulu kan kita putus karena egonya terlalu besar. Dan aku mikir, aku nggak bakalan bisa berkembang seperti saat ini kayak sama kamu kalo sama dia." Ceritaku

"Sayang, gini ya.. beda orang kan beda isi kepala, kamu nggak bisa dong nyamain isi kepala aku sama apa yang menjadi isi kepala Radit. Lagian juga Radit berpikir seperti itu pasti ada alasannya. Aku nggak mau, kalo hubungan kita membicarakan sesuatu hal yang membuat salah satu diantara kita nggak nyaman membicarakannya. Kalo emang udah saatnya pasti akan ada waktunya kita bisa ngomongin itu, dan yang pasti ketika kita sudah sama - sama siap." Jawabnya membuatku semakin kagum dengannya. Dan aku membalasnya dengan sedikit senyuman manis tanda setuju dengan pendapatnya.

"Kamu hebat banget ya, sayang bisa menghadapi aku yang punya kemauan keras." Tambahku

"Gini deh, Sekar Gendhis Tirtoadmodjo. Kita sama - sama memiliki kemauan. Bahkan banyak juga kok di luar sana yang memiliki kemauan dan sekeras atau bahkan lebih keras dari kita berdua. Dan banyak juga yang gagal dalam pencapaiannya. Karena apa ? Itu karena mereka tidak fokus pada satu tujuan. Bahkan seorang penembak jitu pun, aku rasa dia juga nggak bakalan bisa menembak dua ekor kelinci sekaligus pada waktu yang bersamaan hanya dengan satu peluru. Udah, kamu tenang aja. Kita pikirkan ini pelan - pelan aja. Sambil sekarang aku, dan kamu, kita sama - sama belajar dan mulai mempersiapkan semuanya buat nanti. Toh, juga kita baru saja mulai merintis karir kita masing - masing kan ?" Jawabnya panjang lebar

"Makasih ya, sayang kamu udah pengertian banget sama aku." Tuturku.

"Gendhis!" Panggil Haikal. Tak seperti biasanya dia menyebutkan namaku pada percakapan kita. Lalu dia melanjutkannya, "kamu nggak pernah tahu kan, kalo dulu waktu zaman kita masih sekolah, aku sebenernya udah suka sama kamu. Tapi aku nggak ada niat dan apalagi kepikiran bisa pacaran sama kamu, jalan berdua sama kamu. Kamu tahu kan, gimana latar belakang keluarga aku ? Aku yang harus mati - matian belajar supaya tetap mendapatkan beasiswa untuk tetap melanjutkan sekolahku. Hal itu yang akhirnya membuat aku untuk berpikir ulang setiap kali ingin memulai mendekati kamu." Ucapnya panjang lebar sambil flashback ke masa dimana kita masih sama - sama berstatus pelajar. "Ditambah lagi, kamu kan udah ada Radit waktu itu." Tambahnya lagi. "Maka dari itu, aku belajar dari kesalahan Radit dulu, untuk tidak membicarakan tentang hal ini sama kamu. Sampai aku, dan kamu sama - sama siap untuk bicara secara serius. Karena buat aku, ini bukan seperti perdebatan kita biasanya tentang hal - hal umum yang biasa terjadi. Kamu ngomong ya sama aku, kapan kamu siap. Aku juga selama ini mempersiapkan diri untuk bicara hal ini sama kamu hinggak kamu siap." Ucapnya tampak dewasa.

"Jadi ada yang minder nih karena waktu itu aku udah jalan sama radit duluan ? Tersanjung banget deh kalo kayak gini. Hehehehehe...." Sahutku. "Anyway, makasih banget ya sayang. Someday talk to me if you wanna go from me, because you borring with me ! Biar aku bisa introspeksi diri and i know what should i do for our relationship." Jelasku

"Tuh kan, mulai lagi deh kamu !" Ucapnya kesal. Tapi itu semua tidak pernah mengurangi rasa sayangku ke Haikal. Bagaimanapun juga dia tetap yang terbaik buat aku.

"Iya.. iya, maafin ya, sayang...." Jawabku sambil tersenyum kepada Haikal. "Eh, bentar sayang, handphone aku bunyi. Dari Maya, aku angkat dulu ya." Aku melanjutkan bicaraku, dan mulai ngobrol lewat handphone dengan Maya. Setelah beberapa menit aku mengobrol dengannya, aku meminta kepada Haikal menyudahi makan siang kami dan kembali ke rutinitas kami masing - masing.

"Ya udah, kamu hati - hati ya di jalan. Kabarin kalo sudah sampai. Obrolan kita hari ini kita lanjutkan lain waktu, ya." Ucap haikal

"Ya udah, aku duluan ya sayang. Assalamualaikum." Tutupku dengan memberikan salam kepada haikal.

"Waalaikum salam warrachmatullahhiwabarrakatuh" jawabnya.