webnovel

Chapter 2: Takdir

"Hah...hah...hah..." nafas yang terengah-engah itu terdengar dari salah satu gang sempit.Arthur yang berlari akhirnya bersandar pada tembok disalah satu gang dekat rumahnya.Perlahan dia menunduk sambil menarik nafas panjang.

"hhmmph....hah....3...1...4...1...5..."

Setelah beberapa saat keheningan merambat disela-sela gang.Perlahan terdengar sedikit isak tangis anak laki-laki.Arthur yang sudah kesakitan dan kecapekan, akhirnya menangis tersedu-sedu namun tak bersuara.

"ughh..kenapa? padahal aku sudah berusaha...namun kenapa? apa pada akhirnya semua akan sama saja? Sial!!"

"BRAKK!!"

Arthur memukul tembok yang ia sandari berkali kali.Suara pukulannya semakin lama semakin perlan, namun darah yang mengalir sudah membanjiri tembok itu.Gang yang diterang cahaya bulan yang redup itu sangat sunyi dan kumuh.Perlahan ia mengatur nafas kembali dan berdiri dengan tatapan kosong.Seperti mayat hidup, ia berjalan seakan tak ada yang terjadi.

Dalam perjalanan pulangnya ia melihat sesosok bayangan gelap di salah satu gang dekat rumahnya.Sesaat dia menatap, bayangan itu hanya terdiam.Tinggi bayangan itu sama dengan arthur, namun tangan kanannya menunjuk ke arah arthur.

"H-halo?"

Dengan rasa ragu, perlahan ia mundur.Sesaat mengambil langkah ketiganya, seketika bayangan itu bergerak menuju arthur.

"H-hei siapa kau!? apa kau suruhan Greg!? Aku ingatkan yah, aku sudah memberikan mereka uangku, aku tak punya apa apa lagi untuk diambil!!

Bayangan itu melangkah menuju arthur, semakin lama semakin cepat dan kemudian bayangan itu menerjang ke arah arthur dengan sangat cepat.Tanpa ragu dan melihat kebelakang, Arthur lari terbirit-birit menuju rumahnya.Sesampainya didepan rumahnya, ia menabrak pot bungan dan menjatuhkannya.Membuat pot itu pecah.

"Siapa itu!??? Sayang apakah itu kamu!?"

Arthur yang terkejut menjawab pertanyaan suara itu yang berada di balik pintu.

"Iya ini aku Arthur buk!"

Dengan panik ia melihat kebelakang dan mendapati tangga kosong tanpa siapapun.Bayangan itu menghilang tanpa jejak.Seperti angin, bayangan itu datang dan menghilang seketika.Arthur yang panik mulai kembali tenang.Dengan cepat ia mengatur nafas.Wajahnya yang sedih tadi sudah menjadi panik, namun dalam beberapa detik wajah itu seketika tersenyum ceria seperti tak ada beban hidup.

"Ehem..Ibu ini aku Arthur, aku pulang!"

Pintu yang terbuat dari papan itu terbuka perlahan menyisakan sedikit celah.Diantara celah itu terlihat kedua mata yang mengintip keluar.Dengan suara bergetar ia bertanya

"Siapa kamu!? aku tidak mengenalmu!!"

Seketika ia membanting pintu meninggalkan Arthur yang masih tersenyum.Dengan Kesabarannya ia memanggil sekali lagi, namun dengan suara yang lebih berat dan cara bicara yang tegas.

"Sayang ini aku suamimu, Sam"

Pintu yang tadi tertutup seketika terbuka lebar dengan cepat.Wanita itu menerjang ke arah arthur dan langsung memeluknya dengan erat.

"Sayang!! Akhirnya kamu pulang.Kamu tidak tau sudah berapa lama aku menunggu mu.Ayo masuk, aku akan menyediakan makanan.Kamu pasti lelah sudah bekerja seharian!"

Wanita itu menggunakan pakaian lusuh dan terlihat banyak robek di baju lusuhnya.Ia menggandeng tangan arthur dan mengajaknya masuk kedalam.Suasana dalam rumah itu sangat hening.Lampu yang terkadang mati nyala itu menerangi seisi rumah yang sangat kecil.Didalam rumah itu, ruang tamu, dapur dan kamar tidur merupakan satu tempat.Wanita itu menyuruh Arthur duduk di depan meja makan.

"Sayang tunggu yah, aku akan memasak makanan kesukaanmu...hmmmm~"

Arthur yang masih tersenyum itu menjawab dengan nada lembut

"Baik sayang...Aku tunggu yah"

Seperti sudah terbiasa, Arthur duduk dilantai didepan meja makan kecil yang lapuk.Disaat wanita itu mebalikan badannya menuju dapur, senyuman yang ada di wajah Arthur perlahan berubah menjadi tatatpan kosong.Dengan suara kecil, ia mulai berhitung

"Satu...dua...tiga...empat...lima...enam...dan-"

Sebelum sampai ke hitungan ke tujuh ia meloncat dan menerjang ke arah wanita itu.Sesaat dia menerjang ke arah wanita itu, ia berpose seperti menangkap ingin menangkapnya.Seperti seorang peramal, ia menangkap tepat sebelum wanita itu terjatuh ke lantai.Dalam pelukannya, wanita itu melihat wajah Arthur dengan mata sayu sambil berkata

"A-arthur? itu kamu nak? tapi....dimana....---"

Sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, ia pingsang dalam pelukan arthur.Arthur yang terdiam berbisik ditelinga ibunya.

"Aku janji...aku akan menjagamu ibu, apapun yang terjadi."

Ia mengangkat ibunya dan menaruhnya di atas kasur gulung.Arthur kembali mengecek benda-benda yang berserakan.Ada beberapa kertas di bawah meja makan.Ia mengambilnya sambil menghela nafas.

"Bagaimana?...bagaimana aku bisa melakukan ini jika aku masih berumur 17 tahun? Kenapa takdir begitu kejam?

Ia menaruh kertas itu diatas meja.Kertas yang berisi diagnosis dokter itu ada sedikit noda darah yang sudah cukup lama.Di atas kertas itu tertulis suatu diagnosis dari pasien wanita dengan nama Sally.

"Diagnosis : Alzheimer

Penyebab : otak gagal berfungsi secara normal sehingga mengganggu kinerja sel otak

Akibat : Gangguan dan kesulitan dalam mengingat"

Ibunya memiliki penyakit Alzheimer atau yang sering dibilang penyakit pikun.Ia selalu mengira Arthur adalah Suaminya Sam yang bekerja di angkatan militer yang kembali dari pelatihan militer.Namun ia lupa bahwa suaminya Sam tidak pernah kembali sejak 17 tahun yang lalu.

"Sial....."

Ia mematikan lampu dan bersandar di tembok sambil menghela nafas.Luka yang ada di tubuhnya tidak seberat luka yang ada di mental dan hatinya.Perlahan ia mulai terlelap dalam tidur.Tanpa sadar...ia hanya akan mengulangi rasa sakit ini sekali lagi, setiap hari, tanpa jeda.Namun....Ia dia tak tau bahwa badai akan datang disaat malam paling tenang.