webnovel

Chapter 3: Tangan

"Ini di mana?"

Sesaat aku membuka mata, aku melihat suasana disekitarku tidak seperti terakhir kali aku menutup mata.

"ughh..bukannya aku tadi di rumah?"

Disekitarku merupakan lapangan luas yang dipenuhi dengan bungan dandelion putih yang sangat indah.Seperti butiran salju, serbuk dandelion itu bertebaran kesana kemari layaknya salju di musim dingin.Sesaat aku merasa tenang karena suasana sekitar, namun aku mulai kebingungan dan panik karena sejauh mata memandang hanya terdapat bunga dandelion putih.Aku mulai berjalan, dan kemudian aku berlari sekuat mungkin.Aku terus betlari karena aku tak bisa mencapai dan melihat ujung dari tenpat ini.Kecepatanku bertambah disaat aku mendengar suara langkah kaki yang mengejarku dari belakang.Tanpa pikir panjang aku berlari sambil memejamkan mata tanpa melihat siapa atau apa yang mengejarku

Beberapa saat kemudian aku berhenti sambil masih memejamkan mata.Perlahan aku melihat kebelakang dengan rasa penasaran, siapa sebenarnya yang selama ini mengejarku.Disaat aku membuka mata, tanpa sadar lapangan yang tadinya dipenuhi bunga dandelion berububah menjadi tanah yang gersang dan jurang yang dalam.Sebuah tebing yang tinggi yang dikelilingi jurang dengan langit berwarna merah seperti darah.Aku kemudian terkesima dengan pemandangan ini.Aku melihat sekelilingku dan memperhatikan tanah yang kupijak.Aku melihat sedikit retakan di tanah.Perlahan aku mendekati dan berusaha melihat lebih dekat.Aku bisa melihat sedikit gerakan dalam retakan tanah itu.Tiba-tiba, benda yang ada di dalam tanah itu menyembur keluar, aku tersentak dan langsung berdiri dengan posisi waspada.Aku Kemudian mendekati benda itu dengan hati-hati

"ini...tangan...manusia?" Kenapa bisa ada di dalam tanah?"

Itu terlihat seperti tangan yang dipotong di area siku.Tergeletak begitu saja tanpa mengelusrkan darah.Disaat aku ingin menyentuhnya, tebingnya bergetar dan muncul banyak retakan di tanah.Langit yang merah menjatuhkan air hujan.Aku tak bisa mengatakannya 'air hujan' karena yang aku lihat adalah hujan darah.Retakan-retakan yang muncul di atas tanah mengeluarkan darah yang sangat banyak.Dari dalam retakan itu keluar tangan-tangan yang bergerak.Semakin banyak tangan yang keluar.Entah kenapa aku sangat tenang dengan kondisi ini, seperti sudah terbiasa melihat darah...

Tangan-tangan itu menuju ke arahku dan perlahan mengelilingiku.Aku tak bisa bergerak, tubuhku terdiam layaknya patung.Perlahan tangan-tangan itu memegang kakiku, menaiki badan ku dan menahan tangan ku.Mereka seperti menahanku dan memaksa aku melihat sesuatu.Aku berusaha melepaskan diri namun genggaman mereka sangat kuat.Di depan ku tangan-tangan itu masih berkumpul seperti gerombolan semut.Beberapa saat kemudian, gerombolan tangan yang ada dihadapanku bersatu seperti slime menjadi satu gumpalan daging.Dari gumpalan daging itu, terbentuk tiga gumapaln lagi yang kemudian menyerupai beberapa wajah.

Dari beberapa wajah itu, aku melihat wajah temanku, Ava.Perlahan wajah itu mendekat dan menatapku dengan tatapan kosong sambil menyeringai.Wajahnya bena-benar mirip sampai aku ketakutan.Wajah itu kemudian dipenuhi dengan darah, dan ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih.

"KENAPA??KENAPA!!?DASAR PENGHIANAT!!!"

Kata-kata itu keluar dari wajah temanku itu.Ia mengatakan kalimat yang sama terus menerus.Kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi marah.Lalu seketika wajah itu meledak....

"AGHHHH!!!"

Aku sangat terkejut disaat wajah itu meledak dan menyemburkan darah disekitar wajahku.Aku panik.Seketika, semua wajah yang berada disekitarku meledak satu persatu.

"APAPUN INI TOLONG HENTIKAN!! APA SALAHKU!?? AKU MINTA MAAF!!!"

Aku berteriak keras sambil meronta-ronta.Kemudian darah dari ledakan beberapa kepala itu menyembur dan keluar membentuk banjir yang sangat besar.Aku kemudian terdorong oleh banjir darah yang sangat banyak.Tangan-tangan yang menahanku terhempas.Banjir itu semakin lama semakin besar dan banyak.Aku kemudian tenggelam didalamnya.

"Gelap...dingin...ini..."

Aku sudah terbiasa dengan perasaan ini.Namun kenapa kali ini aku merasa aneh, rasanya seperti penghianatan dan rasa iri.Aku memejamkan mata dengan harapan ini hanyalah mimpi.Disaat aku memejamkan mata aku merasakan kehadiran sesorang dan melihat sedikit cahaya berwarna ungu, kemudian aku mendengar suara bisikan.

"Kau juga merasakannya? Ini adalah rasa iri hati dan dengki.Jangan menolaknya, rasakanlah.Semakin kau merasakannya, maka semakin kuat akibatnya."

Suara itu terdengar seperti suara perempuan.Namun suaranya memiliki nada yang aneh.Seperti sedang menangis.

"Aku tak-....-nyak waktu, kamu harus-.....-disana-...tidak ada waktu-.....-Taylor witt-.....katakan padanya kalau aku-........"

Suara itu semakin tidak kedengaran.Aku mulai tenggelam sangat dalam.Sampai semua cahaya dan suara bisikan itu menghilang.Hingga hanya terlihat kegelapan....

-

-

--------

TRINGGGG!!!!TRINGGGGG!!!TRING!!!!!!

Aku terbangun dari tidurku yang sangat panjang.Suara alarm wekerku berbunyi sangat keras.Aku panik dan mematikannya.Aku memalingkan wajahku dan melihat ibuku masih tertidur.

"Hah... untunglah dia tidak bangun.Tapi yang tadi, apa itu? kenapa aku masih bisa merasakan perasaan tadi?.Mimpi yang sangat aneh"

Aku melihat jam menunjukan pukul 9 pagi.Seharusnya aku pergi sekolah jam 7 pagi, namun aku tidak ingin pergi hari ini.Hari ini aku ingin menenangkan diri sambil berjalan-jalan.Perasaan dari mimpi itu masih menghantuiku.Keringat bercucuran dari kening dan jantungku masih berdebar.Sepertinya ibu juga tidak akan bangun untuk sementara.Aku kemudian mencuci muka dan mengganti pakaian.

"Entah mengapa hari ini aku merasa lebih kosong dari biasanya.Apa aku...."

Sekilas, pikiran untuk membunuh diri terlintas dipikiranku.Namun aku mengingat bahwa aku masih memiliki ibu.Kalau aku mati, siapa yang akan mengurus dan menjaganya?

"Sial.Kalau sudah begini, aku hanya harus berusaha lebih keras."

Aku membuka pintu rumah dengan hati-hati, memakai sepatuku dan langsung pergi keluar.Aku tak tau harus kemana, aku bingung apa yang harus kulakukan.Aku pun memutuskan untuk pergi ke taman.

"Sepertinya memang tidak ada pilihan lain, aku akan duduk di taman saja, setidaknya tidak akan ada yang mengangguku."

Setelah tiba di taman aku menarik nafas lega karena tidak ada seorang pun di taman.Aku mondar-mandir dengan perasaan yang tenang.

"Seandainya setiap hari seperti ini.Tidak ada siapa-siapa.Hanya aku...dan ibu...."