webnovel

Chapter 1: Sendiri

Hujan yang tenang itu sangat memanjakan mata.Pemandangan kota yang sibuk berbaur dengan udara sejuk dan hujan di siang hari itu sangat menenangkan hati.Terbaring di atas tanah yang berlumpur, Arthur mulai tersadar setelah pingsan dalam waktu yang cukup lama.Hidung panjang dan bibir yang merah itu, bersimbah darah dan lumpur.Arthur tersadar dan mendapati dia masih memakai seragam sekolahnya SMA (Highschool) dan terbaring di kubangan lumpur .Perlahan ia bangun dan mencoba untuk berdiri.Dengan penglihatan yang buram dan kakinya yang terluka, dia berjalan compang-camping mengumpulkan barang-barangnya yang tergelatak di atas tanah.

"Tas....dasi....Handphone...untung mereka tidak mengambil handphoneku...Ugh~"

Dia menoleh kesana kemari sambil memungut barangnya.Gang sempit diantara bangunan minimarket dan sekolah itu jarang dilewati orang, karena itu tidak ada yang menyadari kalau Arthur tergeletak dan pingsan di sana.

"Sial.Sepertinya hari ini mereka sedang marah.Mereka memukulku lebih keras dari biasanya"

Hujan yang tenang itu, perlahan semakin lebat.Terpaksa, Arthur harus berjalan perlahan dan berteduh di dalam minimarket di sebelah sekolahnya.

Ia membuka pintu minimarket dengan perlahan.Sesaat ia menginjakan kakinya ke dalam, ia disambut dengan suara lembut seorang wanita yang familiar.

"Selamat dat-...Arthur!? Ya tuhan, apa yang terjadi!?"

Arthur perlahan masuk dan bersandar ke salah satu dinding dan perlahan ia duduk dan termenung.

"Pasti ini ulah mereka yah? Huh..!!! Lihat saja besok pasti aku akan memarahi mereka!"

Arthur dengan nada lesu menjawab

"Tidak perlu, ini memang sudah sering terjadi.Lagipula tidak ada gunanya memarahi berandalan seperti mereka, Ava"

Ava keluar dari meja kasir dan memegang tangan Arthur

"Ayok, ku antar ke dalam, biar ku obati lukamu"

"Tak apa, ini cuma luka kecil kok, tidak usah repot-repot"

Arthur menarik tangannya seketika dan termenung kembali.

"Ayok!!!"

Ava menarik tangannya lalu menggandengnya ke ruang pekerja.

"Duduk disini, biar ku ambilkan kotak P3K"

Dengan tatapan kosong ia hanya mengangguk.Ava kembali dengan kotak P3K-nya.Ia juga membawakan baju ganti kering untuk Arthur karena bajunya yang berlumpur mulai menetes kesana kemari.

"Ini, aku selalu membawa baju ganti apalagi jika dalam kondisi cuaca seperti ini.Pakai saja, ini baju ayahku.Aku akan melayani pelanggan sebentar.Setelah kau selesai mengganti bajumu, aku akan mengobati lukamu."

Arthur mengangguk, lalu Ava bergegas keluar untuk melayani pelanggan.Setelah mengganti bajunya, Arthur menunggu Ava sambil mengecek Handphonenya.Ia melihat 19 panggilan tak terjawab dari temannya.Ia membuka kotak pesan dan melihat isi pesan yang dikirm temannya beberapa waktu lalu.

"Arthur? Kau dimana? Maaf, tadi aku pergi les matematika.Mereka tidak menganggumu kan? Tolong angkat, aku khawatir!!Kalau mereka menganggumu lagi aku akan memberi mereka pelajaran besok disekolah.Telepon aku jika kau sudah dirumah!-Bryan"

Arthur mematikan Handphonenya lalu menaruhnya didalam tas.Karena rasa sakit dari lukanya, ia mulai merasa lelah dan tertidur di atas meja.

Sesaat setelah bangun, ia terkejut karena melihat waktu di handphonenya menunjukan pukul 21:30.Ia merapikan barang-barangnya lalu perlahan menuju keluar.Disaat dia membuka pintu, pada saat yang bersamaan Ava juga menarik pintu dengan perlahan.

"Eh!Arthur sudah bangun? Jangan pulang dulu.Kau belum makan malam, biar kutraktir."

"Tak apa, aku tidak begitu lapar..."

Sambil berjalan dengan kakinya yang compang camping karena terkilir itu, sesuatu yang terdengar seperti getaran handphone terdengar.Ternyata itu adalah suara perut Arthur.

"Tidak lapar? Haha...dasar kau ini.Tak apa kali ini aku yang traktir makan malam."

"B-baiklah..."

Dengan rasa malu, ia duduk di meja sambil menunggu jam kerja Ava selesai.Ia melihat keluar jendela sambil termenung.

"Aku akan selesai dalam 30 menit, tunggu saja.Jika sudah, aku akan membawakanmu makanan juga"

Ava lalu bergegas melayani pelanggan yang sudah mulai mengantri untuk membayar barang belanjaan mereka.Setelah ia melayani semua pelangganya, Ava mengambil Cup Noodle dan memanaskannya untuk Arthur.Ia lalu menuju ke arah meja Arthur dengan gaya pelayan di restoran bintang lima yang elegan

"Silahkan disantap tuan~"

Dengan nada lembut ia menyajikan Cup noodle itu seperti Chef handal.Arthur tersenyum melihat tingkah laku temannya yang ceria ini.

"Terima kasih...Ava..."

"Apa? Aku tidak dengar~"

Ava menganggunya dengan nada mengejek sambil tersenyum.

"Kubilang terima kasihhh!!!"

Mereka berdua pun tertawa bersama.Namun dalam hujan yang deras itu, tawa mereka perlahan mulai berbaur dengan suara hujan yang tenang itu.Lalu keheningan pun kembali mengisi toko tersebut.Arthur kembali terdiam dan menatapi makanannya.

"Hah....Arthur.Kau tau kan? Kita sudah berteman semenjak umur 5 tahun, dan bulan depan kau akan menginjak umur 17 tahun. Jangan khawatir, ceritakan saja.Yah...walau aku sudah tau kalau kau diganggu sama mereka"

Perlahan wajah yang sedih itu berubah menjadi wajah dingin seperti batu.Tanpa ekspresi ia hanya diam membeku.Dalam keheningan diantara percakapan mereka, Arthur berbicara dengan perlahan

"Mengapa tidak kau urus saja urusanmu? Bukannya kau sendiri bermasalah dengan keluargamu?"

Ava terkejut mendengar apa yang baru dikatakan oleh Arthur.Tetapi ia sudah terbiasa dengan sikap temannya itu.Ia tersenyum kembali sambil berkata

"Ah...maaf.Aku terlalu sibuk dengan urusanmu.Kupikir kau mungkin membutuhkan teman untuk bercerita tentang keluh kesahmu"

"Tak apa.Aku yang minta maaf karena sudah berlebihan juga.Aku hanya butuh waktu untuk sendiri"

Mereka duduk berhadapan sambil melihat ke bawah dengan wajah termenung.Dari pipi merah yang penuh luka, air mata perlahan mulai menetes.

"A-arthur...?

"O-oh.. maaf.Sepertinya aku kelelahan.Terima kasih makanannya, tapi sudah malam.Aku harus pulang"

Tanpa mengucapkan sepatah kata, ia beranjak dan berlari setelah keluar dari pintu toko itu.Seperti pencuri di malam hari, langkah yang hening namun cepat itu perlahan mulai berbaur dengan gelapnya malam yang diterangi rembulan.

"Hah....Arthur....Ya tuhan.Ku mohon, lindungilah dia...."

Malam yang hening itu diakhiri dengan lolongan anjing disepanjang jalan kota.Seakan menandakan bahwa hari yang dijalaninya tak akan berakhir sampai disitu....