Li Na has recieved a drug Lord system. This system will help her become the best drug lord in the world. let us see how she begin to become the best drug seller that the world have ever seen

Dian,adalah seorang bidan yang bekerja di sebuah klinik di jakarta.Dia hobi ngopi di cafe sambil baca novel terutama novel romantis keluaran Harlequin.Dia selalu berharap suatu saat menemukan sosok pria impiannya seperti di dalam novel yang sering dia baca..

Untuk umur 17+ yaa...

Kalau Xiaotu kalau belum mulai baca, mungkin mimik wajahnya tidak akan seperti ini saat menghadapi Cheng Zhiyan kan??
"Benarkah?" Satu tangan Cheng Zhiyan memegang kursi Xiaotu, menundukkan kepalanya melihat Xiaotu yang mau menangis dan berkata :"Aku ingat sebelum kamu pulang Aku pernah bilang untuk menungguku pulang, Aku mau baca semua novel romantis yang pernah kamu baca. Kebetulan sekarang aku tidak ada kegiatan, kamu ambil beberapa dan biarkan aku membacanya."
Apa!?
Xiaotu seketika membatu.
Sebenarnya setelah Cheng Zhiyan mengatakan ingin membaca, Xiaotu sudah mempersiapkan, mencari beberapa novel yang isinya tidak berat dan menaruh di rak meja supaya nanti Cheng Zhiyan pulang bisa baca.
Tetapi, novel romantis yang di meja Xiaotu ini isinya sangat berat, dan yang terpenting adalah Xiaotu sedang membaca bagian yang terpenting dari novel ini!
Pria pemeran utama dalam novel sedang membuka baju wanita pemeran utama, mengikat tangan wanita di kasur dan mengabaikan kemarahan si wanita. Mencium wanita itu dari rambut hingga kaki, dari depan dada hingga punggung, dari pinggul hingga….
Bagian yang terakhir…
Akhirnya Cheng Zhiyan pulang…
Xiaotu merasa dirinya hendak menggila, jika isi nvelnya dibaca oleh Cheng Zhiyan… Xiaotu tidak tahu bagaimana menghadapi Cheng Zhiyan nantinya….
"Iya? Kenapa?" Tanya Cheng Zhiyan, "Mengapa tidak bicara??"
"Hm… Aku…" Balas Xiaotu sambil melihat Cheng Zhiyan, di benaknya hanya terpikirkan bahwa: 
Xiaotu tidak boleh berdiri dan pergi dari meja ini!!
Xiaotu tidak boleh kasih tahu Cheng Zhiyan novel apa yang sedang dibaca Xiaotu!!
Xiaotu tidak boleh tidak boleh memberitahu Cheng Zhiyan isi dari novel romantis ini!!
Saat ini, Xiaotu sangat kaget dan tidak bisa tenang sampai sekarang.
Xiaotu mengangkat kepalanya melihat Cheng Zhiyan dan senyum: "Kakak Jus Jeruk, mengapa kamu pulang langsung mau baca buku novel, tidak menanyakan hasil nilai ujianku?"
"Iya, bagaimana dengan nilai ujian kamu??" Tanya Cheng Zhiyan.
"Hari ini baru selesai ujian, nilai belum keluar, jadi masih tidak tahu bagaimana." Balas Xiaotu tertawa melihat Cheng Zhiyan.
"..."
"Tetapi aku merasa ujian kali ini pasti bagus, banyak pertanyaan yang bisa aku kerjakan!" Balas Xiaotu.
"Iya." Cheng Zhiyan tertawa sambil menganggukkan kepalanya, dan saat ini Cheng Zhiyan tahu apa yang sedang dipikirkan Xiaotu.
"Jadi Kakak Jus Jeruk, apakah kamu mau memberiku hadiah?" Tanya Xiaotu.
"Kamu mau hadiah apa?"
"Hm… ada hadiah apa??" Tanya Xiaotu tertawa.
"Asal kamu mau, aku akan memberimu." Balas Cheng Zhiyan.


Cinta memang tidak memandang waktu dan usia. Cinta juga tidak bisa di prediksi kedatangannya. Kunjungan Zhou Ling kerumah Zhou Wei menjadi pertemuan pertama Xiaotu (putri Zhou Ling) dengan Cheng Zhiyan (putra Zhou Wei). Pertemuan itu membuat Xiaotu yang masih berusia 3 tahun menyukai Cheng Zhiyan yang berusia 10 tahun, Xiaotu menyukai Cheng Zhiyan pada pandangan pertamanya. Namun, hanya Xiaotu yang berbahagia, sedangkan Cheng Zhiyan masih belum menganggap memiliki perasaan khusus pada Xiaotu. Sejak saat itu, selalu ada Xiaotu di hari-hari Cheng Zhiyan. Akankah cinta Xiaotu terbalas oleh Cheng Zhiyan? Berapa lamakah perasaan Xiaotu pada Cheng Zhiyan akan bertahan? Ini adalah kisah romansa cinta di masa kecil.

sebenarnya ingatan Zack secara berangsur-angsur sudah mulai kembali sedikit demi sedikit, bahkan ia sudah mulai mengingat tentang dia dan Zea yang pernah membeli buku biologi bersama meskipun bertemu dengan tidak sengaja, itulah yang membuat Zack ingin mengulangnya sekali lagi.

Zea dan Zack telah berangkat ke toko buku seperti yang telah di janjikan beberapa puluh menit yang lalu. sekarang mereka sudah sampai di depan toko buku yang sama dan penjual yang sama.

Mereka masuk dan berkeliling melihat-lihat koleksi buku yang ada" kamu mau mencari buku apa?" tanya Zea yang sedang berdiri di belakang Zack.

Zack tersenyum sambil menyodorkan sebuah novel yang berjudul  My first love" ini " 

" Oh...novel, aku tidak tahu jika kamu suka membaca novel juga" zea tidak menyangka saja ternyata cowok senyebelin Zack  bisa tertarik dengan novel romantis juga.

" Eh...siapa bilang, aku suka baca novel?" sanggahnya dengan menarik kembali novel yang dia sodorkan kepada Zea.

"Lho itu, kamu tadi bilang cari ini" zea menunjuk ke arah novel yang di pegang Zack.

" Yang bilang aku mau beli novel siapa...aku tadi nunjuk ke judul sampulnya" jelas Zack jengkel sama zea yang dari tadi tidak paham dan tidak peka dengan maksud cowok tampan satu ini.

Zea yang sampai sekarang tetap tidak paham dengan maksud perkataan cowok didepannya, hanya bisa menggaruk kepalanya dengan terus berusaha berfikir terus namun tetap tidak paham" Zack...maksud kamu apa? aku gak ngerti?" 

Ah...sebel aku lama-lama, dasar ini cewek satu, nguras kesabaran banget sih. masak iya ia tidak paham maksud aku, gumamnya dalam hati.

Zack yang sudah mulai pusing terpaksa menjelaskan kepada Zea, ia meletakkan lagi  novel itu diatas tangan zea dan berkata" Kamu  lihat dan baca apa yang tertulis di sampulnya?" memulai menjelaskan setahap demi setahap dengan sabar.

" My first love" kalimat itu yang terucap dari bibir mungilnya Zea.

"Ya...Aku sedang mencari cinta pertamaku yang aku temukan di toko buku ini, dan sekarang aku sudah mengingatnya kembali" Zack menatap mata Zea.

Zea bengong mendengar ucapan Zack, apa sebenarnya maksud cowok ini berkata seperti itu. rasa penasarannya semakin bertambah tanpa sadar iya berkata" iya..lalu?" 

Zack membisikkan sesuatu di telinga Zea" Tentu saja aku akan mengejarnya demi mendapatkan hatinya!"

Mata Zea terbelalak sedikit kaget dengan tingkah laku Zack saat ini, ia sedikit tidak nyaman jika terlalu dekat seperti ini. tetapi ia masih penasaran" Emm...lalu?"

Zack tersenyum manis kepada Zea dengan pandangan yang mendalam, ia meletakkan  satu novel lagi di atas telapak tangan zea yang lainnya yang yang berjudul My Dear, I Love you.

Zea menunduk melihat dan membaca judul novel yang baru saja di letakkan Zack diatas tangannya" My Dear, I Love you" ucapnya.

Zack mengangkat dagu Zea, sehingga sekarang keduanya saling berpandangan" Zea, I Love you too" kalimat yang sudah lama ia ingin ucapkan dan sampaikan kepada Zea secara langsung tetapi belum ada kesempatan dan waktu yang tepat. ia tidak perduli siapa zea di masa lalu, yang jelas sekarang zea adalah pacarnya itu saja sudah cukup.

" Hah...Deg deg deg" suara detak jantung gadis manis ini yang kaget mendengar kata-kata yang baru saja terucap dari bibir Zack hingga Semua novel yang ada di tangannya berjatuhan. ia tak menyangka menyatakan rasa cintanya kepada Zea dengan cara yang unik, zea masih saja bengong.

"Hey...Hallo, non...sadar non" Zack melambai-lambaikan tangannya di depan mata Zea, tetapi zea belum merespon.

" Duuarr" Zack menepuk pundak Zea sambil berteriak mengagetkannya. " Hah...apa" zea mulai gelagapan bicara.

" Haisst...kamu bengong kenapa? apa kamu tidak pernah mendengar aku mengucapkan kata itu sebelumnya? sampai segitunya ekspresi wajahmu! Puh... seperti aku bukan tipe cowok romantis ya, sampai-sampai pacarku sendiri saja kaget mendengar kata I Love you dari bibirku" keluh Zack.

"Oh.." zea sedikit kecewa dengan ucapan Zack barusan, wajahnya terlihat malu. hampir saja ia percaya jika Zack benar-benar telah menyatakan cinta kepadanya, ternyata semua itu dilakukan Zack karena ia merasa bahwa zea adalah pacarnya. terus bagaimana jika Zack tahu jika hubungan mereka itu hanya sebuah karangan Tante Zulia saja? apa Zack akan membenci zea karena merasa tertipu? atau malah sebaliknya mereka berdua bisa benar-benar menjadi sebuah pasangan. hemm... mungkin yang bisa menjawabnya hanya Tuhan.


"Hey...Senyum dong, bukunya sudah ketemu, ayo ke kasir terus langsung pulang saja. mati mama khawatir kalau kemalaman, yang di khawatirin bukan aku tapi kamu sayang" Zack mencubit pipi zea.

Gadis cantik ini bengong sesaat. "Ouugh...sakit." mata Zea terbelalak, seolah tidak percaya dengan telinganya sendiri, ketika mendengar kata "sayang" terucap dari mulut Zack.
"Haiiiist...andai saja itu beneran buat dia, kenyataannya ini hanya untuk upah aktingnya saja, sebagai kekasih bohongan atas permintaan tante Zulia. belum tentu jika cowok ini sudah ingat semuanya, ia akan mengucap kata" sayang, I love you" seperti tadi.

Zea cuma terdiam saja saat perjalanan pulang ke rumah, meski begitu Zack sama sekali tidak menaruh rasa curiga. Zack berfikir zea diam hanya karena sedang ngantuk saja.

Mereka berdua sekarang sudah tiba di rumah, Zea dan Zack turun dari motornya. Zea langsung berlari masuk kedalam rumah tanpa berkata apapun, sedangkan Zack memasukkan dan memarkirkan motornya di garasi. kemudian baru menyusul Zea masuk ke dalam rumah.

" Kenapa ya si Zea? apa kau tadi melakukan kesalahan?" mengingat kejadian sebelumnya, sepertinya tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan. bukankah sudah selayaknya jika sebagai seorang kekasih membisikkan kata-kata romantis kepada wanitanya.

" Hemm...sudahlah, mungkin ia ngambek hanya karena sedang dapet saja" pikir Zack yang tak mau pusing dengan tingkah laku Zea.

Zulia sedang duduk di ruang tamu menunggu mereka setelah selesai menyiapkan makan malam, ia melirik ke arah putranya yang baru saja memasuki pintu. " Zack...dimana Zea, kok sendiri" berjalan mendekati putranya dan melihat ke luar rumah.

" Mama ngapain sih?bukannya dia sudah masuk duluan?" melangkah maju kemudian duduk di sofa ruang tamu dan meletakkan buku yang ia beli dari toko bersama Zea diatas meja.

Zulia mendekat dan duduk di samping putranya, dan menepuk pundak Zack yang sedang bersandar di kursi. ia sudah menunggu dari tadi mereka berdua pulang untuk makan malam juga sekalian menunggu suaminya pulang dari kantor. " Hemm... sepertinya mereka berdua sedang bertengkar"  Pikiran Zulia yang sedang menebak-nebak dari perilaku anaknya dan juga Zea tadi yang ketika Zulia menyapanya terlihat bengong dan tidak mendengar, padahal jelas-jelas ia tidak begitu jauh dengan Zea.

Zea adalah seorang gadis usia 17 tahun yang baru memasuki sekolah menengah atas di Jakarta. sea berpenampilan tomboi seperti layaknya cowok karena keinginan mamanya, yang akhirnya jadi kebiasaan penampilannya di kehidupan sehari-hari.

Zack adalah cowok tampan dan dingin yang merupakan siswa pindahan dari luar negeri, idola para cewek disekolah.

Reza, Kakak kelas  Zea dan juga kapten basket idola para cewek di SMA mereka,  serta teman Zea waktu masih SMP

mau tahu cerita selengkapnya....
baca dan ikuti ceritanya terus......

Hubungan asmara Mensa dan Sean berjalan cukup baik. Mereka bersikap profesional sebagaimana tempat mereka. Seperti di kelas, Mensa dan Sean tidak akan menunjukkan kedekatan mereka, justru Mensa dan Sean sering kali bertengar mengenai mata pelajaran.
"Mensa, penelitian lo masih salah gini udah mau di kumpulin aja?" Sean meletakkan printnan Mensa di atas meja dengan cukup kencang.
Mensa yang sedang asik mendengarkan musik seraya mengerjakan latihan soal pun mendongkakkan kepala menatap Sean kesal yang kini tengah berdiri di samping mejanya. "Apa lagi yang salah sih?"
"Ini, seharunya lo masih dua titik tiga, jangan langsung ke bagian tiga." Sean menunjuk bagian mana yang ia maksud.
Sulit sekali berusaha tetap sabar jika Sean sudah meributkan hal kecil yang sepatutnya tidak di ributkan. Mensa mengacak-acakkan rambutnya kesal. "Au ah, bodo amat salah juga." Jawab Mensa tak acuh, lalu kembali fokus kepada novel yang sedang ia baca.
Sean merebut dan langsung menutup novel yang sedang Mensa baca.
"Sean, ih!" kesal Mensa.
"Benerin dulu sekarang, nanti istirahat print ke koperasi." Titah Sean.
Mensa menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. "Gamau ah," jawab Mensa tak acuh. Jiwa mager alias malas gerak ini sudah sampai ke DNA.
"Mensa," Sean melayangkan tatapan mengancam kepada Mensa.
"Gue gak bawa laptop Sean," rengek Mensa.
Sean langsung pergi dari hadapan Mensa. Awalnya Mensa kira urusannya dengan Sean terkait tugas penelitian Mensa sudah selesai sampai sini. Ternyata Mensa salah bear. Sean kembali ke meja Mensa dengan membawa laptop miliknya.
Mensa menghela napas pasrah. Kini ia tidak memiliki alasan lain untuk membantah Sean. Banyak hal-hal baru yang Mensa ketahui selama menjalin hubungan dengan Sean. Sosok Sean ternyata begitu disiplin, apa lagi jika sudah mengenai cita-citanya, maka Sean tak akan pernah main-main. Kata 'malas' tidak berlaku dalam hidup Sean.
"Gue males ah, biarin aja salah," Mensa menggeserkan lembaran penelitian dari hadapannya. Kemudian Mensa menyenderkan badan di punggung kursi dan mulai memejamkan mata sembari menikmati alunan musik kesukaannya.
Dengan kejam, Sean melepaskan earpods yang digunakan oleh Mensa. Sebelum Sean berbicara, Mensa sudah duluan mencecar Sean.
"Apaan sih lo, ganggu aja. Ya udah biarin, yang salah juga gue ini bukan lo. Awas, gue mau keluar," Mensa merebut earpods yang di pegang Sean kemudian pergi keluar kelas.
Sean menghela napas. Membiarkan Mensa pergi, Sean duduk di kursi Mensa dan mulai membuka laptop untuk memperbaiki kesalahan Mensa dalam penelitian. Sebab jika ada kesalahan kecil, maka hasil penelitian tidak akan diterima oleh guru.
Hal pertama yang Sean lihat ketika menyalakan laptop adalah tanggal. Sean berecak pelan, ia berusaha mengerti dan tidak di masukkan ke hati dengan sikap Mensa yang begitu sensitif. Sebab setahu Sean, awal bulan adalah jadwal Mensa mengalami menstruasi.
Sebagai pacar yang baik, Sean memperbaiki kesalahan tugas Mensa.
Sebelumnya, Mensa dan Sean telah berjanji bahwa segala perkataan mereka selama di kelas, terutama dalam hal meributkan tugas tidak akan di masukkan ke dalam hati baik oleh Mensa ataupun oleh Sean.
             ***
Sore ini, Mensa, Sean dan Lano sedang belajar bersama. Sebenarnya tidak sepenuhnya belajar, mungkin hanya Sean saja yang benar-benar sedang belajar.
Sean sedang belajar biologi mengenai anatomi manusia, keinginannya untuk menjadi dokter bedah seperti ibunya telah bulat. Mensa sedang menerjemahkan novel best seller New York, sementara Lano sedang mengerjakan tugas sejarahnya menggunakan aplikasi untuk mengerjakan PR.
Tingkah Sean dan Mensa berbanding terbalik saat di sekolah dan di luar sekolah. Seperti sore ini misalnya, meski Sean dan Mensa memiliki kesibukan masing-masing yang berbeda, namun Sean tetap membantu pekerjaan Mensa sesekali di tengah-tengah waktu belajarnya.
Banyak hal yang baru Lano ketahui bahwa ketika orang sedang jatuh cinta akan merubah sifat 180 derajat. Seperti Mensa dan Sean saat ini. Semua perhatian yang Sean berikan secra terang-terangan kepada Mensa berhasil membuat Lano melongo tak percaya.
"Mensa, kamu mau makan?"
Lano yang sedang menjawab pertanyaan terakhir bergidik ngeri mendengar Sean bertanya seperti itu. Apa lagi Lano semakin merasa nyamuk ketika Mensa dan Lano mulai berbicara menggunakan 'aku-kamu'.
Ah, sepertinya Lano harus pergi ke dokter THT besok. Miris sekali nasib jomblo yang satu ini.
Meski hal seperti ini sering terjadi beberapa waktu belakangan ini, namun tak mudah bagi Lano untuk membiasakan diri mendengar interaksi antara Sean dan Mensa semenjak pacaran.
"Mau dong, apa aja deh, mumpung perutnya lagi pengen ini itu," jawab Mensa tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.
Sean menutup buku dan segera berdiri. Sebelum Sean pergi ke dapur, dengan cepat Lano menarik celana Sean. "Lo mau bikin spaghetti kan? Bikinin gue juga,"
"Sok tau lo," balas Sean jutek.
"Astaga naga. Pokoknya makanan gue sama Mensa samain." Pinta Lano, memaksa.
"Iya bawel," sarkas Sean sebelum pergi ke dapur.
Lano mengelus dada menatap kepergian Sean. "Gue gak ngerti lagi orang kalau di pacaran di kasih jampe-jampe apa," gidiknya.
Susana kembali hening, hanya suara ketikan keyboard Mensa yang memecahkan keheningan. Saking tak adanya percakapan, sampai-sampai suara AC pun terdengar.
"Mensa," panggil Lano.
"Yups?" sahut Mensa santai.
Lano terdiam sesaat, kemudian mengatakan. "Salah gak sih kalau gue bilang lo berubah?"
Mendengar hal itu, Mensa langsung terdiam. Tidak menyahut. Sesuai dugaan Mensa selama ini, cepat atau lambat pasti ia dan Lano akan membahas hal ini. Sudah dua bulan berlalu sejak hari jadian Mensa dan Sean.
Yang biasanya hampir setiap hari Lano dan Mensa pergi ke kafe tongkrongan untuk mengerjakan tugas atau gibah, kini hanya bisa di hitung jari saja berapa kali Mensa dan Lano jalan seperti itu. Bahkan bulan ini Mensa dan Lano nongkrong hanya lima kali, itu pun tiga diantaranya bersama Sean.
Mungkin awalnya Mensa tidak menyadari perubahan kebiasaannya setelah pulang sekolah karena menjadi pacar Sean adalah sesuatu baru yang terasa begitu menyenangkan. Namun lambat laun, Mensa mulai menyadarinya. Jika sebelumnya orang yang paling sering Mensa hubungi adalah Lano, kini telah berubah menjadi Sean.
"Gue kangen sama lo Sa," gumam Lano. "Kita emang ketemu hampir setiap hari, tapi gue gak tau, rasanya gue masih tetep kangen sama lo," lanjutnya.
"Gue juga kangen lo sih sebenernya, tapi kalau gue bales gitu alay gak sih?" Mensa terkekeh ringan di akhir pertanyaannya. Mendengar hal itu, Lano pun ikut terkekeh.
"Wanna hug me?" Lano merentangkan kedua tangannya, Mensa tersenyum dan langsung menghambur ke dalam pelukan Lano.
"I miss you," gumam Lano, tulus.
"Gue geli sih sebenernya, tapi ya miss you too lah ya," Mensa menepuk-nepuk punggung Lano.
"Gimana kalau nanti kita makan pecel lele sekalian lo nganterin gue pulang?" tawar Mensa setelah mengurai pelukan mereka.
Mendengar ajakan Mensa yang sudah lama tidak di dapatkannya, tentu saja Lano menjawabnya dengan anggukan semangat.
Dari arah dapur, Sean datang dengan nampan di atas tangannya.
"Kalian pelukan?"
@@@
Author Note :
Terima kasih banyak sudah menyempatkan waktu untuk baca ceritaku sampai sejauh ini. kritik dan saran selalu terbuka lebar untuk kalian, jangan lupa berikan aku batu kuasa, gift, komentar atau apapun itu sebagai tanda kalian dukung Galena, Vano, Lano, Sean dan Mensa selama ini. Terima Kasih <3
Find me on Instagram : haniyahhputri


19++ [SUDAH TAMAT] 

Vano, mempunyai hobi membully murid baru bersama gank-nya. Kini target mereka adalah Galena, murid baru si gadis sederhana, cuek dan pemberontak. 

Dan itu menjadi malapetaka untuk Galena sendiri ketika Galena mendapatkan bangku tepat di sebelah Vano. Kejahilan Vano semakin menjadi jadi.

Sosok Galena yang sangat tertutup membuat Vano diam diam menjadi penasaran akan sosoknya tersebut.

Vano berusaha untuk mengetahui sosok Galena, namun Galena terus membangun tembok yang kokoh. Tembok yang belum pernah terhancurkan oleh siapapun. 

Ketika Vano berhasil menghancurkannya maka Galena akan membangun kembali tembok itu dengan kokoh.

Volume 1 : King Bullying (15+)
Volume 2 : The Change (17+)
Volume 3 : ALSASE (21+) 

Semua Volume berkaitan, berurutan

Audrey.
Kenapa dia bisa ada di sini?

Aku segera memperhatikan keadaan sekitarku. Barang kali ada yang lain turut memperhatikan perbuatan bodohku tadi. Syukurlah hanya dia.

"Lo pacarnya anak autis ini?" tanya Audrey memecahkan keterpakuanku. Lalu menunjukku dengan lirikannya.

"Kalau iya kenapa? Lo siapa?" Verlyn menjawab.

Aku hanya diam memperhatikan wajah Audrey yang ada tepat di hadapanku. Ia memutar kursinya lalu kembali bersuara, "Lo yakin mau pacaran sama dia?" tanyanya pada Verlyn dengan menunjukku lewat gerakan dagunya.

"Maksud lo apa?" tanya Verlyn memicingkan mata tanda penasaran.

"Zarrel it--"

"Keluar dari kelas ini!" seruku dingin. Aku tidak ingin ia mengatakannya.

"Gue rasa lo harus lebih mengenal siapa orang yang lo pacari saat ini, Verlyn," ucapnya sebelum akhirnya pergi keluar dari kelasku. Namun, sesampainya di ujung pintu aku masih dapat melihat seringainya.

"Zarrel, apa kamu bisa jelasin apa maksud dia tadi?" Verlyn menggenggam satu tanganku memintaku untuk menjelaskan perkataan ambigu dari orang itu. Belum saatnya.

"Kita ke kantin aja, yuk! Aku sudah lapar,"

"Ah, o-oke!" Aku masih dapat merasakan bahwa saat ini Verlyn pasti tengah menatapku penasaran. Untung Verlyn tidak termasuk orang yang kepo berat.

________

Untuk jam pulang sekolah saat ini aku meminta Verlyn untuk pulang lebih dulu. Aku memberitahukannya kalau aku akan pergi ke toko buku jadi dia tidak perlu menemaniku. Lagi pula Verlyn alergi dengan aroma kertas baru.

Aku sampai di toko buku yang berada tidak cukup jauh dari sekolah, aku hanya jalan kaki ---padahal tadi Verlyn mau dia yang antar pakai mobilku tapi aku nggak mau. Sebenarnya aku tidak murni mencari buku di sini. Melainkan bertemu dengan Audrey. Aku penasaran, bagaimana bisa dia melacak keberadaanku.

Aku segera masuk ke dalam. Seperti pengunjung normal lainnya aku seolah-olah melihat-lihat dulu buku novel terbaru yang jadi best seller.

"Sepandai-pandainya merpati terbang, akan ada saat di mana ia lengah dan pemburu berhasil menemukannya." ucap suara cewek yang tiba-tiba ada di belakangku. Itu suara Audrey. Suaranya serak, dan... itu adalah ulahku.

Seolah di perintahkan aku dan dia sama-sama memilih buku lalu pergi ke pojok untuk duduk dan membaca. Tapi, dalam hal ini kami hanya berpura-pura.

"Apa mau lo sekarang?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Mau gue? Gue mau lo tanggung jawab atas apa yang sudah lo lakuin ke kakak gue!"

"Ck, sudah berapa kali kubilang, Drey! Aku it---"

"Gue nggak percaya sama lo! Lo ngarang doang biar lo dapat simpati dari orang-orang."

"Terserah, Drey! Aku itu sudah tenang di sini. Kamu nggak usahlah usik-usik kehidupan aku lagi,"

"Apa? Lo bisa tenang? Bisa-bisanya lo tenang setelah apa yang lo lakuin ke kakak gue?!"

"Kakak kamu itu sakit, Drey!"

"Lo yang sakit, Zarrel. Nggak ada orang sehat dan waras yang berani bunuh orang!"

"Maaf, Mba, ini toko buku. Kalau mau ribut di luar aja!" tegur salah satu karyawan toko. Aku memutar bola mataku malas.

Sepertinya percuma jika aku lanjutkan perdebatan ini. Audrey memang harusnya dirukiyah saja agar dia sadar mana yang salah mana yang benar.

Aku segera perg meninggalkannya yang masih menahan emosi. Melihatku dengan ekor matanya seolah aku harus segera dilenyapkan.

Aku tak langsung pulang ke rumah. Melainkan pergi ke suatu tempat yang mana beberapa hari yang lalu pernah aku lihat. Yaitu jembatan gantung yang berada di atas sungai yang mengalir deras di bawahnya.

Tapi, tunggu... itu kan Verlyn. Ngapain dia di situ?

_____

"Verlyn!" seseorang baru saja sampai di samping Verlyn. Verlyn tidak merespon melainkan hanya memberikan tatapan datarnya.

"Lo masih marah sama gue?"

"Menurut lo?"

"Ayolah, Verlyn. Kejadiannya itu sudah lama. Biarlah yang lalu biarkan berlalu. Gue yang dulu itu bukan lagi gue yang sekarang. Please, percaya sama gue kalau gue itu sudah berubah." ucap orang yang tak lain adalah Ranja --- sahabatnya yang dulu berkhianat.

Verlyn hanya memandang ke arah Ranja untuk memastikan kalau orang yang berada di sampingnya saat ini sudah sungguh-sungguh menyesali perbuatannya dahulu.

"Ya, terserah lo,"

"Terima kasih, Ver!" sahut Ranja dengan memeluk erat tubuh Verlyn. Tanpa sepengetahuannya Ranja memberikan tanda oke kepada sebuah mobil yang berada cukup jauh dari tempatnya.

Dan, tanpa sepengetahuan mereka juga Zarrel memperhatikan semuanya. Ada yang nggak beres-- pikirnya.

______

"Sayang!"

"Hm?"

"Kamu ke mana aja tadi?"

"Nyari buku,"

"Buku apa? Mana bukunya?"

"Numpang baca doang nggak beli,"

"Ha? Kamu berjam-jam di situ cuma numpang baca doang?"

"Iya, abis aku nggak punya duit."

"Ck, dasar malu-maluin aja,"

"Biarin aja sih, karyawannya aja biasa aja tuh."

Verlyn tak lagi menyahut. Ia terpaku melihat pemandangan langit malam lewat atap rumah Zarrel. Ia memikirkan mau sampai kapan ia tinggal di sini terus. Ia tidak mungkin terus-terusan menumpang.

Zarrel pun sama. Ia turut terdiam dengan lamunan panjangnya. Bagaimana jika Audrey membocorkan masa lalunya ke Verlyn? Bagaimana jika sampai Verlyn tahu dan memandang jijik padanya? Bagaimana jika Verlyn meninggalkannya? Ia lelah memikirkan semua hal itu.

Keduanya sama-sama terdiam menikmati hening yang ada. Sampai tiba-tiba suara getaran ponsel Zarrel mengusik.

"Hallo?"

"Hallo, Zarrel! Ini gue Audrey, jangan tanya dari mana gue dapat nomor lo. Yang jelas ibu lo dalam bahaya sekarang!" ucap seorang cewek di seberang sana dengan nada yang terburu-buru.

"Kamu di mana?! Apa yang terjadi sama mamaku?!"

...

Ini bukan sepenuhnya tentang cinta. Jikapun tentang cinta, maka dua dimensilah keberadaannya. Bisakah dua mahkluk itu bersatu? Dia bukan hantu. Tapi, bagaimana bisa manusia jatuh hati pada sosoknya?

Suatu hari manusia itu bertemu dengannya. Lalu apa yang terjadi?


Baca kisah selanjutnya...




copyright© votavato imaginareal 2017 All Right Reserved


Catatan Penulis : 

Novel Night Shift saat ini tengah memasuki tahap revisi chapter terakhir sebelum insyaallah akan diterbitkan dalam bentuk buku oleh penerbit Benito Publisher di Jakarta, Indonesia. 

Untuk informasi, begitu proses revisi selesai, seluruh chapter Night Shift di dua platform (Webnovel dan Wattpad) akan saya unpublish, lalu di-publish ulang dari chapter 1 hingga 5 chapter sebelum chapter tamat. 

Bagi yang belum berkesempatan untuk membaca Night Shift hingga tamat, atau pun yang sudah sempat membaca hingga akhir namun tetap ingin mengoleksi Night Shift, nanti bisa membaca dengan memesan bukunya dalam bentuk fisik. 

Terima kasih sudah menjadi bagian dari 'catatan' awal dari perjalanan dunia menulis saya :) 

Salam hangat,
Wina

.
.
***
.
.

Bagian 1 (Awal)
.
.

Tiap musabab yang menghantarkanku pada perjumpaan denganmu, 
adalah awal dari sebuah perjalanan memahami definisi bahagia
Segala tawa, rindu bahkan air mata,
hanyalah cara cinta berbahasa. 


Demi terangkum dalam rangkaian kisah bersamamu,
aku rela tenggelam di dalamnya.

.
.

***

Jaka bergumam di balik print out lima sinopsis Novel yang diserahkan oleh Pram. Kaca mata tebalnya menyembul dari balik lembar kertas. Alisnya berkerut dan sesekali jemarinya menyentuh dagunya yang sedikit berewokan. 1 sinopsis sekitar 3-5 lembar. Total semua 21 lembar.

"Aku sudah baca semuanya semalam."

Jaka menunjukkan sinopsis pertama. "Yang ini, ceritanya jelek. Sama sekali tidak membuatku penasaran ingin baca detailnya." Dia membalik beberapa lembar kertas. "Yang kedua, karakternya kurang menarik. Aku tidak menemukan hal yang spesial dari tokohnya." Dia membalik beberapa lembar lagi. "Yang ketiga, plot ceritanya terlalu dibuat-buat. Sepertinya ada yang korslet dengan logika berceritamu, Pram." Kata-kata yang dipilihnya beragam hingga sinopsis terakhir, tapi maknanya serupa, dan setiap kata yang diucapkan terasa perih di hati penulisnya.

Jaka tidak pernah berkata sesingkat itu pada penulis baru. Karena penjelasan 'ceritanya jelek' sama sekali tidak menjelaskan apapun. Ini hanya karena Pram sudah tiga tahun lebih bekerja dengan Jaka. Bersama Jaka, Pram sudah menerbitkan beberapa novel. 

Sebenarnya sebelum Pram mengirim email sinopsis itu kemarin sore, dia sudah menebak Jaka tak akan menyukai yang ditulisnya. Tapi itu adalah yang terbaik yang bisa dia kirimkan kemarin.

"Hhhh ... ," Jaka menghela nafas. Lembaran kertas itu ditumpuknya, dan diletakkan di atas meja.
"Pram, tidak bisakah kamu menulis sesuatu yang seperti novel 'Kekasih Angin'mu itu?"

Dari semua novel yang dibuat Pram, 'Kekasih Angin' adalah termasuk salah satu yang berhasil menjadi Best Seller kala itu.

Pram mengerutkan dahinya. Pria berambut semi gondrong yang paras tampannya sebelas-dua belas dengan aktor Jepang Naohoto Fujiki itu tersenyum nyengir. "Aku harus jawab apa ya? Apa jawaban 'tidak semudah itu' bisa diterima?"

Jaka menggeleng. Dia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke meja. "Hmm ... ini tidak bagus, tidak bagus. Sudah dua minggu dan kita belum dapat ide yang fresh dan cukup menjual."

Pram nampak murung. Dia sudah bergelut lama dengan pikirannya. Walaupun hasilnya tidak seperti yang dia harapkan, tetap tidak mudah untuk menghasilkan 21 halaman sinopsis itu.

"Pram, boleh aku bertanya tentang Novel Kekasih Angin?"

Pram hanya mengiyakan dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Bagaimana caramu bisa membuat 'Kekasih Angin'? Apa kamu mengangkat kisah seseorang, teman mungkin?"

"Ya, novel itu memang terinspirasi dari kisah nyata temanku. Tapi aku kembangkan ceritanya."

CTAKK! Pram kaget melihat Jaka menjentikkan jarinya.

"Pram, coba ke sini sebentar." Jaka menggerakkan jari telunjuknya, meminta Pram mendekat. Dia menurut pada editornya dan membungkukkan tubuh ke depan.

Jaka berbisik "Selama hidupmu, apa kamu pernah jatuh cinta?"

Pram memundurkan badannya "Mas! Aku ini sudah pernah pacaran beberapa kali selama hidupku!"

Jaka menggeleng. "Bukan. Bukan itu yang aku tanya. Aku tahu wajahmu lumayan ganteng, tidak seperti aku yang pas-pasan. Tapi, apa kamu pernah BENAR-BENAR JATUH CINTA?"

Wajah Pram terlihat serius sekarang. "Entahlah. Memang ada bedanya? Sama saja bukan?"

Jaka menjawab pertanyaan itu dengan muka datar.

"Pram, kamu sedang bosan, kan? Makanya kamu tak bisa memikirkan satu ide pun yang bagus?"

Pram menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. "Mungkin iya. Tapi aku baru kembali dari liburan ke Bali bulan lalu. Aku sengaja mengambil liburan itu karena kupikir aku akan bisa melepas kepenatanku. Tapi ternyata ... "

Jaka menatapnya dengan serius. "Pram, kamu mau melakukan hal yang tidak biasa?"

Matanya memicing curiga. "Seperti?"

Jaka mengangkat pundaknya "Entahlah. Kegiatan yang bisa membuatmu berinteraksi dengan beragam orang. Misalnya bekerja menjadi penjaga toko, mungkin?"

"Penjaga toko?"

"Ya. Maksudku, kamu jangan terlalu kaku. Aku perhatikan kamu tipe yang betah berhari-hari mengurung diri sendirian di rumah. Aku yakin seharian ini manusia yang berinteraksi denganmu cuma aku, ya kan?"

Pram mengangkat alisnya. "Itu karena aku sedang tak ada urusan dengan yang lain."

Jaka menatap Pram seolah Pram pengidap penyakit anti sosial akut.

Dia menekan layar ponselnya "Penjaga toko, oke? Sepertinya aku ada kenalan yang mungkin bisa ... "

"HEI!! Aku belum bilang setuju!"

"Sudah. Nurut aja."

Pram menghela napas dengan kasar. Percuma menentang editor antik macam Jaka. Dia hanya bisa berharap pria yang lebih tua 8 tahun darinya ini tidak serius dengan ide 'penjaga toko'nya. 
Tapi harapan Pram kandas. Ternyata, Jaka serius.

*** 

"Halo, Pram! Kamu mulai kerja hari ini kan? Gimana? Kamu suka suasananya?" Suara Jaka terdengar ceria, terdengar dari speaker ponsel Pram.

Pram duduk di belakang meja kasir. Dia mengenakan seragam hijau muda-putih dengan tulisan S-Mart di dada kanannya. Rambut gondrong tipisnya terurai hingga di bawah pundak. Mood nya hari ini jelas beda dengan Jaka. Pram menjawab setengah berbisik, tapi dengan penekanan kesal. "MAS! Kenapa Mas baru bilang kalau aku dapat shift malam??"

Tapi Jaka terdengar tak menggubris kekesalannya. "Ha ha! Iya. Maaf aku lupa bilang. Tak apa lah Pram. Kamu kan sehari-harinya sudah seperti kalong. Sama saja kan?"

"Interaksi macam apa Mas yang terjadi di shift malam begini?"

"Ha ha ha! Eh! Jangan salah lho, Pram! Justru malam-malam itu, suka ada yang aneh-aneh."

"Yang aneh-aneh gimana Mas? Pocong belanja ke mini market?" Pram bersungut-sungut. 

Memang sih selama ini dia terbiasa menulis di malam hari. "Ya sudahlah tak apa. Toh Mas sudah repot mencarikan aku tempat kerja yang tak terlalu jauh dari rumahku. Tadi aku naik motor cuma 15 menitan sudah sampai. Makasih ya Mas."

"Santai aja Pram. Bosmu teman kuliahku dulu, makanya kamu bisa masuk tanpa perlu interview. Tapi tetap ikuti aturan mereka ya Pram. Ada senior di sana yang men-training kamu?"

Pram melirik Ricky yang sedang mengecek barang. "Ada."

"Oke selamat training kalau begitu." Terdengar suara cekikikan Jaka. 

Tak lama, mereka menyudahi pembicaraan, dan Pram memasukkan ponselnya ke kantung celana. 
Ricky mendekati meja kasir. Dia tersenyum pada anak baru yang ada di belakang meja. "Pram, aku ajarin dulu cara masukin data ke komputer ya." Dia mengangguk dan memperhatikan penjelasan seniornya. Setelah Ricky mencontohkan, Pram mencoba mempraktekkan ilmu barunya, dan langsung berhasil.

"Cukup mudah bukan?" Pria itu menepuk pelan punggung Pram. "Aku ke gudang sebentar ya."

"Iya. Thanks Ricky."

"Panggil 'Ki' aja, Pram." 

Pram bersyukur seniornya orang yang ramah seperti Ricky. Karena dia sangat alergi pada orang yang sok menekan pendatang baru. 

Pram melirik ke jam dinding bulat berwarna hitam yang tergantung di dinding belakang meja kasir. 

Pukul 10.10 malam ... 

CRING! Pintu depan terbuka. Pintu itu berbunyi setiap dibuka atau ditutup karena ada bel kecil tergantung di bagian atasnya. Pelanggan pertama sejak satu jam yang lalu. Pram refleks berdiri dari kursinya dan tersenyum. "Selamat datang."

Dua orang remaja putri. Pram menebak usia mereka di kisaran 17-18 tahun. Yang sebelah kiri berkulit putih, dikepang panjang, kepangannya disampirkan ke bahu kanan. Tinggi sekitar 165 cm, cukup jangkung untuk seorang remaja putri. Memakai kaus merah lengan pendek dan celana tanggung katun hitam. Yang sebelah kanan lebih pendek, tingginya sekitar 155 cm. Berkulit sawo matang, berambut pendek di atas bahu. Memakai baju terusan motif bunga sepanjang lutut. Dia punya tahi lalat di atas bibirnya.

Gadis yang di sebelah kanan terkejut melihat Pram. "Staf baru ya?"

Pram agak canggung saat menjawab, "Eh ... iya."

"Ooh ... ," gadis itu tersenyum. Dia dan temannya berjalan ke arah lemari pendingin dan memilih dua kaleng minuman soda. Setelah itu mereka berjalan ke rak snack dan mengambil dua potato chips. 

Ricky muncul dari gudang. Dia berdiri di depan rak perlengkapan rumah tangga dan mencatat beberapa kode barang yang akan habis stoknya.

Dua gadis itu berjalan ke arah meja kasir. DUK! Mereka meletakkan barang di atas meja kasir. Pram men-scan barcode barang satu per satu.

Perempuan berambut pendek melirik papan nama di dada Pram. "Hmm ... Mas Pram, anak kuliahan ya?"

Pram berhenti men-scan barang. Dia menjawab dingin tanpa menatap anak itu. Matanya menatap layar komputer. "Bukan."

Perempuan itu mencondongkan tubuhnya ke arah Pram. "Mas Pram ... sudah punya pacar?"
Pram melotot kaget dan melihat anak gadis yang masih tersenyum nakal di hadapannya.

Di sudut matanya, Pram melihat Ricky memberi isyarat tangan. Jarinya menarik bibirnya ke atas. Pram mengerti, dia mengingatkan Pram untuk tersenyum.

Dengan terpaksa, Pram tersenyum. "Maaf, saya tidak bisa jawab pertanyaan itu."

Bibir anak perempuan itu manyun dua senti. "Hmf ... Payah. Nggak seru."

Pram mengabaikan komentar itu dan buru-buru menyelesaikan tugasnya. "Semuanya dua puluh enam ribu."

Gadis itu menyerahkan dua lembar uang dengan jumlah total Rp 30,000. Tangan Pram menerima uang itu, tapi tiba-tiba gadis itu menempelkan telapak tangannya ke telapak tangan Pram. "Nih, kembaliannya buat Mas Pram aja." Matanya dikedipkan sebelah.

"HUH ... ??" Pram spontan menarik tangannya. Uang itu jatuh ke lantai. 

"HA HA HA! Maaf ya. Uangnya jadi jatuh deh Mas!" Gadis itu tertawa sambil keluar pintu bersama temannya. Temannya terlihat mencubit lengannya, tapi kemudian ikut tertawa cekikikan. CRING! Terdengar suara pintu saat ditutup.

Wajah Pram pucat. Dia memegang tangan kanannya.

"HA HAHA! Coba lihat wajahmu, Pram!"

Rupanya sedari tadi Ricky memperhatikan. Pram heran melihat seniornya itu tertawa.

'Apa itu semestinya lucu?' 
'ASTAGA...! Apa anak SMA jaman sekarang se-agresif itu?'
'Hidup di zaman apa aku? Kemana saja aku selama ini?'

'OH!' Pram teringat kata-kata Jaka. 'Aku perhatikan kamu tipe yang betah berhari-hari mengurung diri sendirian di rumah.'

'Oh iya. Selama ini aku mengurung diri di rumah. Menulis novel-novel itu.'

'Tak kusangka ternyata dunia luar sudah seliar ini.'


***

Pram adalah seorang penulis novel yang sedang mengalami 'kebuntuan' dalam karya terbarunya. Liburan tidak membantu. Maka atas saran Editor-nya Jaka, dia mencari inspirasi dengan cara yang tidak biasa. Bekerja sebagai penjaga toko. 

Shift malam (Night Shift) yang awalnya tak disukainya, lama kelamaan merubah seorang Pram yang awalnya agak 'anti-sosial' menjadi lebih bisa berempati.

Selama hidup, Pram sudah berpacaran tiga kali, tapi belum pernah sekali pun benar-benar jatuh cinta. Kisah cinta Pram dimulai saat dia berusaha mencegah seorang pelanggan toko yang nyaris bunuh diri.

tristan meletakkan dengan pelan tubuh anaknya yang sudah tertidur pulas dan mencium keningnya. diapun menuju ke kamarnya

putri yang sudah menggunakan baju tidurnya sedang asik memainkan ponselnya di atas kasur

"lagi chattingan sama siapa sih kayanya asik banget" tanya tristan sambil membuka kemeja yang di pakainya

"sama anak-anak, aku ga sabar mau ketemu mereka besok" tristan hanya tersenyum dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri

putri:"hai penganten lagi apa?"
satya:"ngelamunin malam pertama😅😅😅😅"
romi:"paraaah lo brooo belum juga sah"
putri:"hahahahahaha"
sarah:"jangan di lamunin tya, ga seperti yg lo pikirkan loh 😅"
citra:"ikh kalian yang udah nikah jangan ngobrol malam pertama di sini donk😡"
putri:"cepet nyusul kita donk, mau aja lo di gantungin ma romi"
sarah:"iya niih @Romi lo ga kasian tuh citra😅"
romi:"waaah parah gue di bully, sabaar tunggu aja tanggal maen nya"
citra:"ga janji ya kalo nanti gue udah nikah pa belum, gue sih prinsipnya siapa cepat dia dapat😅😅😅"
putri:"hahahahaha,waah kode kerass. btw penganten cewe mana nih"
romi:"@citra ay kamu kok tega banget sih jadi selama 6 tahun kita pacaran ga ada arti apa-apa?😭😭😭"
rangga:"@romi kelamaan lo bro, yang gentle donk jadi cowok 😅"
satya:" @putri calon istri gue ga megang ponsel soalnya ponselnya di sita sama kanjeng mamih haha, @citra gue dukung lo hahaha @rangga eeeh ka rangga nonggol 😁"
citra:" @bukannya ga mau nungguin lo rom tapi gue ga mau ketuaan nanti punya anak 😅"
putri :" ga akan kelar-kelar kalian berdua kalo ngomong di grup hahaha. btw besok jadi ya kumpul di rumah gue, oh iyaa @sarah baby kenzo apa kabar?
rangga:"@putri baik tante 😁 Sarah lagi nyusuin kenzo"
citra:"gue kangen baby kenzo dan princess zanna tunggu aunty cantik besok yaaa 😘"
raffa:"buka hp udah penuh aja nih sama kalian"
citra:"rafaaaa gue kangen, mentang-mentang udah nikah sombong banget sih lo"
putri:"lo ga kangen sama gue?"
citra:" kangeeen semuanya 😘"
raffa:"@citra mau bilang kangen juga tapi takut @romi ngambek 😅"
romi:"bukan gue yang ngambek tapi istri lo yang ngamuk haha"
sarah:" ga selesai-selesai kalau ngobrol di sini pokoknya kita ketemu besok yaa gaes CU 😘"

sedikit cerita tentang persahabatan mereka. setahun setelah liburan rangga melamar sarah, dan 1 tahun setelah tunangan rangga pun mempersunting sarah menjadi istrinya. dan sekarang mereka sudah di karuniai seorang anak laki-laki yang tampan bernama Kenzo Al-Farizi yang usianya baru menginjak 4 bulan.

kalau raffa yang sudah menyadari perasaan rani terhadapnya selama ini , diapun langsung melamar rani dan belajar untuk mencintainya. seiring berjalannya waktu raffa pun benar-benar mencintai rani. dan 4 bulan yang lalu mereka resmi menjadi pasangan suami istri.

dan romi juga citra jangan di tanya mereka masih asik dengan dunia mereka masing-masing. beberapa kali citra ingin putus dengannya tapi romi tetap berusaha mempertahankan hubungan mereka. citra memang sedikit kenakanak-kanakan tapi romi selalu berusaha untuk beradaptasi dengannya

"romi serius g sih sama citra" tanya tristan sambil merebahkan badannya di samping putri
"romi sih serius katanya sih dia mau melamar citra kalo dia udah bisa membeli rumah sendiri , lagi pula citra masih pengen menikmati masa-masa mudanya"
tristan menarik tubuh putri ke dalam pelukannya
"sayang apa kamu juga menikmati masa muda mu? tristan mematap tajam wajah istrinya
"yank, masa mudaku penuh warna karenamu, aku sangat menikmatinya kamu ga perlu khawatir " putri mengecup bibir tristan, tristan pun membalas kecupan nya dengan melumat bibir manis putri.

****

"mama zanna laper" zanna yang sudah siap duduk di meja makan memegang garpu dan sendok di tangannya.
"iya sayang sebentar lagi ya"
"pagi zanna sayang, waah anak papa udah laper nih kayanya" tristan yang baru keluar dari kamar menghampiri anaknya dan mengecup keningnya
"pagi papa, iya pa zanna laper"
" niih dia nasi goreng kesukaan zanna" putri membawa piring berisikan makanan kesukaan anaknya

ting tong ting tong

bi siti langsung membuka pintu dan ternyata para sahabat putri dan tristan yang datang

" silahkan masuk non putri sedang berada di ruang makan" ke-enam temannya pun langsung masuk ke dalam

"zanna sayang aunty dateng" teriak citra membawa boneka hello kitti kesukaan zanna

"aunty citra " zanna langsung memeluk citra
"niih aunty bawain boneka kesukaan kamu"
"makasih aunty" dia mencium kedua pipi citra

mereka semua pun saling menyapa meluapkan rasa rindu.
"hai kenzo kamu makin cakep aja" ucap putri dan langsung mengambil kenzo dari pelukan sarah

"iya donk cakep orang bapaknya juga cakep kok" ucap rangga

"mulai deh narsis" kata tristan dan mereka tertawa.

semua pun menyantap sarapan yang sudah di siapkan putri. setelah menyantap makanan semuanya pun bersiap untuk pergi ke hotel tempat dilangsungkan acara pernikahan satya dan bella

**HOTEL**

ke-empat wanita langsung menghampiri bela yang masih berada di ruang make up menunggu panggilan

"belaaaa" teriak keempatnya
"kaliaaann" kelima sahabat itu langsung berpelukan
"kamu cantik " kata rani
"selamat ya sayang akhirnya kamu bisa melepaskan masa lajang mu" ucap sarah
" ga usah ngomong lajang-lajang deh gue tersinggung"ucap citra mengundang tawa.
"kenzo sama zanna mana?"tanya bela yang tidak melihat 2 malaikat kecil itu
"sama bapak mereka, kali-kali mereka yang ngasuh" ucap sarah mereka tertawa
"rani gimana lo udah ngisi?" rani hanya menggeleng dan tersenyum
"belum ran baru juga nikah 4 bulan, siapa tau kalian hamilnya barengan"ucap putri

***

"haii broooo" sapa keempatnya sambil bersalaman pada satya
"cakep juga lo pake jas" ucap romi
"udah cakep dari lahir kali"
"kok gue baru tau yaaa" canda romi dan mereka tertawa
"eh om lupa ada zanna disini, sini sayang" satya mengendong zanna

"om mau nikah sama tante bela ya"
"iya sayang"
"berarti om bisa ngasih zanna adik donk, kata papa hanya orang yg sudah menikah bisa kasih zanna adik" ke-lima nya tertawa dengan ucapan polos zanna

"iya tentu nanti om kasih zanna adik yang banyak"
"adiknya kayak dede kenzo ya om"
"iya cantik"
"sini sayang om satya udah mau masuk"ucap tristan sambil mengambil zanna dari gedongan satya

semuanya pun berkumpul menyaksikan pernikahan satya dan bela yang berlangsung secara hikmat

pembawa acara mengumumkan buat yang belum menikah agar berkumpul di tengah karena pasangan pengantin akan segera melemparkan bridal flower.

"ayo citra" sarah dan rani menarik tangan citra untuk ikut berpartisipasi

"please deh gue ga mau gue malu" ucap citra tapi tetep saja ke 3 wanita itu memaksa citra untuk maju ke depan. citra pasrah diapun melangkahkan kakinya dengan tubuh yang lemas ke tengah-tengah

"bro jadi kan?" kata raffa pada romi. romi hanya menaikkan jempolnya dia merencanakan untuk melamar citra di tengah-tengah kerumunan orang. semua orang tau rencana romi kecuali citra.

"ayo siap semua kita hitung mundur yaaa 3, 2 , 1" ucap MC dan bela pun melempar buket bunga ke arah belakangnya. seperti di rencanakan tidak ada yang mengambil bunga itu kecuali citra.

musik pun mulai di bunyikan, para undangan yang sebelumnya sudah di beritahu oleh panitia membentuk barisan memberi jalan untuk romi. romi pun mengangkat mic yang ada di tangan nya dan mulai bernyanyi sambil berjalan, para sahabat mengikuti langkah romi dari belakang

*Dengarkanlah, wanita pujaanku
hari ini akan kusampaikan
Hasrat suci, kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama
Dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
ku tak akan mengulang tuk meminta
satu keyakinan hatiku ini
akulah yang terbaik untukmu*

citra terharu dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya, romi pun berlutut dan menyodorkan cincin kepada citra.

"cit mau ga lo jadi istri gue"

"lo ga romantis banget si ngelamar gue di nikahan orang, modal dikit napa" semua tamu undangan tertawa mendengar citra

"jadi mau ga nih" teriak tristan, citra menunduk malu dan mengangguk

huuuuuuuhuuuuu yeaaaay teriakan dan sorakan tepuk tangan meramaikan suasana kala itu. acara pernikahan satya dan lamaran romi berjalan dengan lancar. aula hotel kala itu sudah sepi tinggal mereka yang tersisa di sana. zanna dan kenzo pun tertidur di pangkuan ayah mereka karena kelelahan.

"jadi kalian udah merencanakan semuanya?" tanya citra, mereka hanya tersenyum satu sama lain
" sumpah malu banget gue, kalian jahat banget sih"
"tapi lo seneng kan ay" timpal romi
"seneng apaan malu yang ada, lo ngelamar modal dikit napa ga romantis banget tau"
"iiih romantis tauuu gue jadi terbawa suasana" ucap putri
"jadi kapan niih lo ikutin jejak kita" tanya satya
"setelah gue dapet lampu hijau dari bokapnya citra laah, kalau malam ini beliau setuju besok juga nikah gue" jelas romi
"diiih di mulut aja lo ngomong gitu, buktiin donk" citra
"bener sayang gue ga omdo buktinya gue udah nelpon bokap lo kalau malam ini keluarga gue mau dateng ke rumah lo untuk ngelamar"
"sumpaaaah, iiiih kok hari ini gue di begoin sama kalian semua siiih" teriak citra dan romi pun langsung memeluk calon istrinya. semua tertawa melihat sepasang sejoli ini.

 
                             \*\***T A M A T**\*\*
 

😭😭😭😭 sedih banget deeh tamatin kisah persahabatan mereka

author sangat banyak teramat berterimakasih buat semua readers yang mendukung novel pertama author
komen kalian tu bikin author bersemangat untuk terus berkarya.

Jangan lupa ya baca novel kedua author yaitu CINTA RINDU yang akan di rilis sebentar lagi

SAMPAI KETEMU 😘😘😘

DON'T FORGET TO ALWAYS SMILE
ALWAYS THINK POSITIVE
DO NOT GIVE UP
AND ALWAYS TRYING TO BE THE BEST
LOVE U ♥️♥️♥️♥️♥️

" DIA SUAMIKU "
Suami di masa SMAku..

nama aku Putri Adele Andriana Agatha, anak tunggal dari keluarga Agatha. bak seorang putri kerajaan kemana-mana aku selalu dikawal sama 2 assisten dan beberapa bodyguard. semenjak kematian kakak laki-laki aku 16 tahun yang lalu yang sama sekali aku tidak pernah bertemu dengan nya karena penculikan, aku di perlakukan seperti putri kaca yang takut akan pecah. Kehidupan berubah menyenangkan sampai aku ketemu dia Tristan Adelio Hikaru ya dia akan menjadi suamiku di usia mudaku

Senang sekali saat saya menulis novel ini, dan bisa mengenalkan karya kedua saya di Webnovel. Karya kedua saya ini bisa dikatakan karya terpanjang yang pernah saya buat. 

Saya jamin, saya dapat menampilkan cerita yang berbeda dari kisah romantis yang pernah anda baca. Tokoh dan karakter yang menarik serta alur cerita yang tidak mudah ditebak. Dijamin membuat anda semua akan bertanya-tanya, dan semakin ingin terus untuk membacanya. Untuk mengetahui akhir ceritanya seperti apa (^^). 

Karena cerita ini sudah mencapai lebih dari 200 bab. 
Dan untuk anda yang baru memulai membaca karya saya. 

Saya buatkan sinopsis dan spoiler, dalam bentuk visual karakter. 

VISUAL KARAKTER yang saya buat, tentunya tidak berkaitan dengan artis sebenarnya. 
Dibuat agar memperkuat dari isi cerita.


Cek linknya dibawah ini ya. 
https://youtu.be/zx30PQiVas8

Dicintai oleh dua orang pria tampan sekaligus? Siapa yang akan menjadi pilihan Ella?

Edward Huxley seorang pria tampan, angkuh, keras kepala berasal dari Keluarga Bangsawan Huxley, kesenangannya adalah menghukum Ella dengan alasan apapun. Ella merupakan pelayan-nya yang bekerja pada keluarga Huxley.

Alfred, seorang pengagum rahasia. Penuh kepedulian dan kasih sayang. Tapi memiliki rahasia dan misteri yang besar.


Ella Amber, berharap hidupnya bisa seperti dongeng Cinderella. Sebuah kisah klasik mengenai, pangeran tampan yang mencintai seorang gadis biasa saja.

Kenyataannya, Ella merupakan anak seorang pelayan. Dia dan Ibunya Laras bekerja pada keluarga bangsawan Huxley.

Laras merupakan keturunan Indonesia, kisah hidup yang panjang membawa dia untuk mencoba peruntungan di negeri asing.

Ella pun harus tetap berjuang, untuk bertahan hidup dan untuk bisa membuktikan sebuah kebenaran yang selama ini tertutup rapat oleh ibunya - Laras.


⚠️⚠️Mature Content (Chap: 197,248,249,250,311)


Volume 1&2

https://youtu.be/zx30PQiVas8

Volume 3 "Love In The Dark"

https://youtu.be/bv9hGCTcKNA

Find me on IG:  Sita_eh

'Saya perlu bertenang, saya perlu bertenang!'
Setelah melihat tajuk buku tersebut, Song Shuhang mencuba sehabis baik untuk terus bertenang dan tidak membiarkan fikirannya bercelaru. Ketenangan ini diperlukan untuk mengelakkannya daripada mencetuskan teknik penilaian itu secara tidak sengaja dan menyemburkan darah di depan Kakak Senior Ye. 
Sejurus kemudian, Song Shuhang memandang sekali lagi ke arah tajuk buku yang kelihatan serius itu. Namun, walaupun telah melihatnya buat kali kedua, dia tidak boleh membayangkan bahagian buku ini yang membuatkan Kakak Senior Ye menangis...
'Mungkinkah kandungan buku ini lebih rumit daripada apa yang dicadangkan oleh tajuknya?
'Sebagai contoh, walaupun tajuknya berbunyi serius dan kelihatan seperti perbincangan akademik, kandungan sebenar buku itu berkenaan dengan kisah cinta yang tragis...' Dahulu, Song Shuhang juga pernah berjumpa dengan tajuk-tajuk yang mengumpan pembaca seperti itu!
Oleh itu, Song Suhang mula menyelak dengan pantas buku yang bertajuk 'Teori Bagaimana Pertapa-pertapa Boleh Menjimatkan Qi Sebenar Aatau Tenaga Rohani Semasa Menunggang Pedang Terbang!' dan tiba di muka surat yang lencun dengan air mata Kakak Senior Ye.
Tapi, apa yang muncul di depan matanya adalah... satu siri persamaan matematik. 
Dia melihat kandungan tersebut dengan pantas dan menyelak beberapa muka surat, tapi perkara yang dilihatnya hanyalah teori membosankan tentang bagaimana pertapa-pertapa boleh menjimatkan qi sebenar atau tenaga rohani semasa menunggang pedang terbang...
Dia tidak boleh menjumpai apa-apa berkaitan dengan 'tragedi' atau sesuatu yang sama dengannya pun!
 'Celaka, pembaca jenis apa dia ini? adakah Kakak Senior Ye mula menangis setelah membaca teori-teori membosankan ini?
'Mungkinkah dia merupakan seorang pembaca yang mempunyai imaginasi yang sangat, sangat liar?'
'Sebagai contoh ada sesetengah pembaca yang menganggap komik manga yang mempunyai adegan perlawanan antara robot dengan ayat berikut –'Lihatlah letupan menakjubkan saya!', 'Makanlah cahaya terang saya!', 'Rasalah batang logam saya!', 'Saya akan tembusi pertahanan kekebalan awak!'– sebagai cerita lucah...
'Namun, jika Kakak Senior Ye merupakan salah seorang pembaca dengan imaginasi liar begini, bagaimana dia membayangkan teori yang kompleks dan persamaan matematik ini sebagai 'kisah cinta tragis'...?
'Mungkinkah rune X adalah watak utama lelaki, rune Y pula watak utama wanita. Rune Z adalah lelaki lain, lalu tiba-tiba kombinasi mereka menyebabkan penghasilan plot yang menyedihkan...?'
Song Shuhang diam-diam memulangkan buku 'Teori Bagaimana Pertapa-pertapa Boleh Menjimatkan Qi Sebenar Atau Tenaga Rohani Semasa Menunggang Pedang Terbang!' kepada Kakak Senior Ye. 
'Nampaknya saya tidak boleh memahami dunia gadis yang banyak membaca ini...
'Adakah ia bermaksud yang saya belum meningkat lagi dalam dunia kesusasteraan?'
"Adik Junior Cendekiawan Pencari Jalan, saya rasa awak sedang fikir sesuatu yang tidak elok ketika ini," Kakak Senior Ye berkata dengan riak wajah yang tidak puas hati, kedua-dua matanya sangat merah.
Song Shuhang segera melambaikan tangannya dan menafikan dakwaan tersebut, "Tidaklah, saya tidak berfikir begitu!"
"Selepas melihat rasa serba salah awak, saya semakin pasti yang awak memang fikirkan tentang sesuatu yang tidak elok." Kakak Senior Ye menangis teresak-esak beberapa kali dan menutupi mukanya dengan kedua-dua tangan. Air mata mengalir laju di pipinya sambil teresak-esak sekali lagi, kelihatan sangat menyedihkan.
"..." Song Shuhang.
"Saya minta maaf. Saya tidak mahu menangis disebabkan awak, sob, sob, sob~ saya cuma tiba-tiba berasa sangat sedih dan terus menangis. Sob, sob, sob~ sebenarnya, semua ini tiada kaitan pun dengan awak. Jangan salah faham, ya." Kakak Senior Ye menangis dengan sangat menyedihkan sambil melambai tangannya ke arah Song Shuhang, memujuknya.
"..." Song Shuhang.
Kakak Senior Ye sedang menangis kerana sebab yang aneh~
Walau bagaimanapun, dia kelihatan agak comel semasa cuba memujuk orang lain ketika sedang menangis dengan sangat menyedihkan.
Akhirnya, dengan bersusah-payah, Kakak Senior Ye berjaya berhenti menangis.
❄️❄️❄️
"Saya telah tunjukkan sesuatu yang memalukan kepada Adik Junior Cendekiawan Pencari Jalan." Kakak Senior Ye masih teresak-esak sedikit.
Song Shuhang memberinya sehelai tisu. Bukanlah dia membawa tisu ke mana-mana, tapi di sebelah Kakak Senior Ye ada banyak tisu dan dia mengutipnya.
Kakak Senior Ye mengelap air matanya dan cuba menukar topik perbincangan dengan canggung. "Adik Junior Cendekiawan Pencari Jalan, buku apa yang awak suka baca?"
Song Shuhang berfikir sejenak dan membalas, "Saya suka semua jenis buku. Awak boleh katakan yang saya ini merupakan seseorang yang suka membaca."
Sama ada buku tentang teori yang membosankan, buku teks, novel, komik manga, tesis sains atau puisi purba... pendeknya, selagi ada teks ditulis di atasnya, Song Shuhang boleh kehilangan dirinya dalam buku itu dan membacanya sepanjang petang, tanpa berehat!
"Awak menyukai kesemuanya?" Kakak Senior Ye bertanya kerana ingin tahu.
Song Shuhang mengangguk.
"Samalah dengan saya. Saya juga suka membaca semua jenis buku. Walaupun saya tidak boleh memahami kandungan banyak buku yang sukar dengan baik, selagi ia buku, saya akan menyukainya. Sebab inilah saya suka tinggal di 'Bandar Bawah', Bandar Waktu ini, kerana saya boleh membaca banyak buku di sini!" Kakak Senior Ye berkata dengan gembiranya.
Mereka berdua sangat serupa dari sudut pandang ini!
Mereka berdua memandang ke arah mata masing-masing.
Song Shuhang berasa dia dan Kakak Senior Ye seperti jiwa yang bersangkut-paut!
Kakak Senior Ye bertanya kali ini, "Apa jenis buku yang paling banyak awak baca?"
"Buku-buku yang saya baca biasanya buku-buku sekolah dan sebagainya. Oleh sebab saya masih lagi seorang pelajar, biasanya saya paling banyak berdamping dengan buku-buku jenis ini," Song Shuhang mengingat semula dan menyambung, "Tapi selain itu, buku yang sering saya baca ialah novel dan komik manga. Dua jenis buku ini sangat bagus untuk merehatkan minda. Ketiga, saya juga menyukai kesusasteraan terkenal dan puisi."
"Seperti novel sejarah romantis dan album gambar? Saya juga sangat berminat dengan dua jenis buku ini. Awak ada sebarang novel sejarah atau album gambar sebagai cadangan?" Kakak Senior Ye berkata dengan gembiranya.
Semasa dua orang ulat buku itu sedang berbincang, topik perbualan berkisar tentang 'buku'. 
Ia merupakan 'topik biasa' yang mereka boleh bualkan selama-lamanya.
Oleh itu, Song Shuhang memberitahunya mengenai beberapa buah novel kegemarannya.
Oleh sebab kadar genre yang diminatinya itu sangat luas, daripada naskhah kesusasteraan yang terkenal hinggalah novel-novel seni pertahanan diri dan webnovel moden, terdapat beberapa tajuk yang dia suka dan mahu memberi cadangan kepada Kakak Senior Ye.
Selepas mendengar tajuk-tajuk buku yang disebut oleh Song Shuhang, Kakak Senior Ye mengeluh dengan emosi dan berkata, "Saya belum pernah dengar sebarang buku yang awak sebutkan tadi. Buku-buku itu dihasilkan beberapa ratus belakangan ini ke?"
Song Shuhang mengangguk dan berkata, "Ya, begitulah."
Masa memang sesuatu yang sangat berharga. Beberapa ratus tahun boleh terlepas apabila pertapa pergi ke pengasingan meditasi sehinggalah mereka keluar. Kadangkala, seluruh dunia akan berubah semasa mereka keluar.
"Kalau begitu, apa kata awak berikan saya pengenalan ringkas tentang buku-buku menarik yang awak sebutkan ini? Saya sangat berminat!" Kakak Senior Ye berkata dengan terujanya.
"Baiklah. Saya boleh memberi penerangan ringkas kepada Kakak Senior Ye tentang bahagian-bahagian menarik dan plot umum tajuk-tajuk ini. Jika Kakak Senior Ye benar-benar berminat dengannya, saya akan bawakannya kepada awak jika saya ada peluang untuk melawat Pavilion Air Sejernih Kristal ini pada masa akan datang," Song Shuhang berkata sambil tersenyum. Memorinya menjadi agak baik sejak dia menjadi seorang pertapa. Oleh itu, tiada masalah baginya untuk mengingati kebanyakan plot novel selepas membacanya sekali sahaja.
"Oh ya, Kakak Senior Ye. Tadi, semasa saya berada di salah satu laluan Bandar Bawah, saya berpisah dengan teman saya. Awak ada cara untuk mencarinya?" tanya Song Shuhang.
Selain daripada persoalan di manakah Chu Chu, dia mengambil kesempatan untuk bertanya Kakak Senior Ye tentang jalan keluar dari Bandar Bawah juga.
"Hehe, nampaknya awak semua memasuki kawasan Bandar Waktu yang hampir beralih. Bagi menerangkan kesan hakisan 'waktu', struktur dalaman Bandar Masa akan berubah dari semasa ke semasa," Kakak Senior Ye memberikan penjelasan. "Awak ada sebarang barang bersama awak yang mempunyai aura teman awak? Berikannya kepada saya, saya akan gunakannya untuk mencari teman awak."
"Pembalut boleh ke?" Song Shuhang menanggalkan pembalut di tangannya. Chu Chu menggunakan pembalut itu untuk membaluti lukanya dan aura Chu Chu masih berada di situ.
"Ya, pembalut pun boleh." Kakak Senior Ye tersenyum dan mengambil pembalut di tangan Song Shuhang.
Ketika dia mengambil pembalut daripada tangan Song Shuhang, jarinya menyentuh Song Shuhang. Mereka berdua boleh merasakan suhu hujung jari masing-masing...


Satu hari, Song Shuhang dimasukkan dalam satu kumpulan perbualan yang terdiri daripada orang-orang tua yang menghidap penyakit mental. Mereka memanggil setiap ahli sebagai Rakan Dao dan pelbagai nama panggilan yang lain seperti Mahaguru Istana, Ketua Gua, Raja Agung, Mahaguru Abadi dan lain-lain. Haiwan peliharaan ketua kumpulan yang telah lari dari rumahnya itu juga dipanggil dengan panggilan Anjing Raksasa. Perbualan harian mereka biasanya melibatkan tentang cara menapis ubat, meneroka ke kawasan tinggalan sejarah atau berkongsi pengalaman tentang teknik-teknik untuk kemahiran tertentu. 
Selepas beberapa lama dia berada dalam kumpulan perbualan itu, tak semua benda seperti yang disangka...

baca novel romantis best seller

Drug Lord System

Kekasih Impianku Fantasiku

Aku Akan Selalu Menyukaimu

Calon istriku yang Manis

King Bullying

IMAGINAREAL

Night Shift

DIA SUAMIKU

Not a Cinder-Ella

SEMBANG GRUP PERTAPAAN

People search baca novel romantis best seller also like: