2 Siblings...... Leyla and Leon, As they went a road trip with their private plane..... on the road of return never would they have imagine themselfs in a new adventure......

lanjutan dari cerita sebelumnya karna filenya ilang jadi bikin baru melanjutkan cerita sebelumnya. jadi baca dulu yang awal sebelum membaca ini.

Satu bulan itu cepat. Bahkan entah kenapa bulan ini berlalu begitu cepat untuk Ghani menikahi Sahila. Tepat hari ini mereka mengucap janji sehidup semati dan merayakan pernikahan mereka.

Ratusan undangan dari teman-teman Ghani, kerabat, dan teman kedua orang tua mereka, minus teman Sahila. Ghani tidak tahu apakah Sahila yang kini berstatus istrinya itu memiliki teman atau tidak, namun yang Ghani tahu sejak tadi, tidak ada sosok yang mengajak Sahila berpelukan lama seperti teman pada umumnya.

Kalaupun ada, itu juga kerabat Sahila dan Ghani. Dan terjadi lagi, Ghani bahkan harus mengoceh sendiri sepanjang resepsi karena Sahila yang memimilih diam menatap para tamu undangan.

Ya mungkin inilah yang diinginkan kedua orang tuanya, menikah dengan manusia tapi tak dianggap. Susah.

Setelah beberapa jam berdiri menyalami para tamu undangan. Akhirnya acara selesai. Tepat pukul 18.24 rumah Ghani dan Sahila sudah mulai sepi karena sudah selesai. Tinggal kerabat yang masih tinggal yang sedang asik mengobrol. Sebenarnya Ghani ingin ikut daripada dikamar hanya duduk diam sambil melihat langit-langit karena Sahila yang sibuk membersihkan make up.

Namun karena Ghani lelah, akhirnya Ghani memutuskan untuk dikamar saja sambil menonton youtube. Niat hati ingin membuka whattsap namun malas, karena teman-temanya pasti meledeknya perjaka on the way tua.

Beberapa menit kemudian, Sahila datang dengan piyama 2 piece dan rambut basahnya, Sahila lalu mengeringkanya dengan hair dryer. Ghani memandangnya dan hanya bisa membatin 'Gini amat pengantin baru' buru-buru Ghani menggelengkan kepalanya. Menyadarkan diri bahwa ini bukan pernikahan atas dasar cinta.

Ghani pikir, Sahila akn tidur dibawah atau diluar, seperti cerita Karen saat menceritakan novel online yang ia baca. Namun salah, Sahila tanpa canggung langsung merebahkan tubuhnya dan menghadap ke arah Ghani.

"Mas mau minta sekarang" Ujarnya cepat yang membuat Ghani terkejut. Tidak pernah Ghani sangka bahwa Sahila sefrontal ini. Ghani jadi canggung sendiri,  padahal tadi dipikiranya ia sempat membicarakan kekakuan Sahila.

Ghani menelan ludah, menatap balik Sahila, kenapa jadi deg-degan gini? Padahal sebelumnya tidak pernah begini? Ghani memang menyukai Sahila. Jujur saja mana ada cowok yang tidak suka perempuan semanjs Sahila. Meskipun Sahila tak seputih Nala, dan sepopuler Nala. Namun Sahila manis, kulitnya pun tak terlalu putih dan gelap. Ciri khas wanita indonesia.

Tanpa Ghani sadari, Sahila sedari tadi menatapnya, menuntut jawaban Ghani, harusnya Ghani yang membuat Sahila salah tingkah, tapi kenapa Ghani yang kena? 

Oke.

Tarik napas.

Keluarkan.

Ghani mendudukan tubuhnya menghadap Sahila. Ghani lalu menarik Sahila yang nurut saja saat disuruh duduk. Tidak tahu kerasukan setan dari mana, Tangan Ghani tiba-tiba menangkup wajah Sahila lalu perlahan mendekat.

Sungguh Ghani tidak tahu sejak kapan dirinya jadi nafsu melihat bibir pucat milik Sahila, ketika bibir mereka menempel, Ghani diam sejenak lalu tangan satunya memegang leher Sahila.

Perlahan, Ghani mulai melumat bibir Sahila. Sahila tak membalas, justru yang Ghani rasakan leher Sahila terasa panas, dan tubuhnya bergetar, sampai terdengar hidung Sahila yang sesak, Ghani lalu melepasnya dan terkejut saat tubub Sahila gemetar dan air matanya sudah mulai mengalir deras. 

Sahila memeluk kedua lututnya, Ghani jadi takut sendiri, "Hil, hil, kamu nggak apa-apa kan? Kamu kenapa Hil?" Tanyanya, Hila masih menangis memeluk lututnya.

Ghani lalu membawa Sahila ke pelukanya, "maaf Kak" ujar Sahila lirih. Ghani hanya diam, dan sejak saat itu pula, Ghani tahu ada yang tak beres dengan hidup Sahila.

Tak pernah Ghani sangka setelah cuti beberapa hari dari workaholicnya, tiba-tiba dikejutkan dengan keinginan orangtuanya yang super mengejutkan yaitu menikah.

Dua puluh delapan tahun hidup, baru kali ini dia dipaksa melakukan hal yang tak diinginkanya, menikah dengan tetangganya yang terpaut muda darinya 3 tahun.

Ghani yang ditinggal menikah mantan kekasihnya, membuat orangtuanya akhirnya memutuskan untuk menikahkan Ghani dengan Sahila, gadis pendiam yang suka mengurung diri dirumah.

Perjodohan yang secara mendadak itu ditolak oleh Ghani, meskipun pada akhirnya ia menerima atas tawaran mengutungkan untuk dirinya. Bagaimana kisah pernikahan antara Ghani si berisik dan Sahila si gadis pendiam?

Zero adalah seorang remaja otaku yang akut yang suka dengan one piece,semua seri one piece dia akan membelinya entah itu anime maupun manga,dan juga dia suka menghayal membayangkan menjadi dewa di dunia one piece...
Pada saat dia ingin membeli serial terbaru one piece di supermarket kepalanya tertimpah  oleh drone yang kehilangan sinyal,pada saat itu dia langsung merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya yang tertimpah drone lalu darah keluar dari kepalanya membuat dia jatuh lemas dan sekarat menuju kematian...

"Oh Tuhan kenapa engkau mencabut nyawa saya sekarang ...!! setidaknya biarkan saya hidup hingga anime / manga one piece tamat!!!" dalam pikiran zero.

waktu berlalu diapun memejamkan matanya dan tewas..
saat zero membuka matanya kembali dia kaget dan bingung dia melihat sekitarnya dia berada kemungkinan di hutan ...

"dimana ini..?? apakah saya sedang bermimpi..?? setahu saya tadi saya tertiban drone dan tewas,mungkinkah ini alam baka,surga,atau neraka??"saat zero bingung dia sekarang entah berada dimana dia melihat sekeliling....

"di hutan ini banyak tanaman aneh yang saya tidak kenali"zero lalu berjalan lurus kedepan dan akhirnya dia melihat ujung dari hutan...

saat setibanya di ujung hutan dia terkejut akan pemandangan yang ada di depan matanya...

"ya tuhan.. !!! apakah saya tidak salah lihat ada banyak bangunan terbang... "perasaan zero kaget,bingung,dan juga senang...

lalu zero menuju arah bangunan terbang itu,sesampainya dia di dekat tempat bangunan terbang di situ dia melihat ada sebuah kota yang semuanya berwarna putih bersih...

"Apakah ini surga?"zero berpikir kalau dia berada di surga..

zero lalu berjalan memasuki kota ,akan tetapi saat dia sampai tepat di gerbang kota dia di hentikan oleh dua orang  yang satu membawa pedang dan yang satunya membawa tombak zero bisa melihat kalau mereka adalah penjaga...

"berhenti...!! siapa kamu dan mau apa kamu datang ke kota ini?"tanya penjaga yang memakai tombak...

"saya zero saya baru di sini dan tujuan saya seperti para orang yang masuk surga saya ingin melihat kota di surga"jawab zero yang kebingungan kenapa di surga ada penjaga...

kedua penjaga itu saling menatap dan lalu menggelengkan kepalanya...

"ini bukan surga tapi ini adalah kota alucard tempat para cultivator tingkat immortal berada" penjaga memberi tahu zero tentang kota ini...

saat zero mendengar penjaga menyebutkan cultivator dia mulai sadar ...

"eh...cultivator?? di surga tidak mungkin ada yang namanya cultivator,cultivator hanya ada di dalam novel china dan korea yang dulu pernah saya baca.."dalam pikirannya dia bertanya-tanya.

"hey..! kenapa kamu melamun..." tanya penjaga.

"pa penjaga apakah disini benar-benar bukan surga untuk orang-orang yang sudah mati??"zero bertanya ke penjaga dia masih tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan.

"hahah kamu bicara apa,di sini memang bukan surga tempat orang mati, di sini tempat orang masih hidup" penjaga tertawa mendengar pertanyaan zero yang konyol..

"hahaha saya sepertinya terincarnasi atau sebagainya seperti di novel-novel yang pernah saya baca"dalam pikiran zero dia merasa senang kalau memang benar dia di inkarnasi atau ditransfer ke  dunia lain...

"hei...kamu lagi-lagi melamun dan tersenyum-senyum sendiri"penjaga menegur zero yang sedang bahagia di dalam pikirannya.

"maaf kan saya pak penjaga saya hanya memikirkan sesuatu yang bahagia"zero tersenyum kepada para penjaga.

"kembali ke topik,kamu mau apa datang ke kota ini?"tanya penjaga.

"seperti yang sebelumnya saya bicarakan saya ingin melihat kota.."

"kalau kamu ingin masuk ke kota kamu minimal harus seorang cultivator tingkat raja"penjaga memberi tahu kepada zero persyaratan memasuki kota alucard..

saat zero mendengar perkataan penjaga tentang tingkat cultivator dia bingung dan bertanya tanya di dalam pikirannya...

"bagaimana ini saya saja tidak tahu tingkatan raja  itu setinggi apa dan saya juga sepertinya bukan seorang cultivator"dalam pikiran zero merasa bingung dan panik...

saat zero sedang bingung dan panik terdengar ada suara di dalam pikirannya...

"Load selesia selamat tuan rumah sekarang menjadi immortal terkuat yang ada di planet ini,memiliki kekuatan api matahari,es mistik,kegelapan,ruang,waktu,cahaya ilahi,bumi,air suci,petir nirvana,dll"

"ehh... suara siapa itu??..pa penjaga apakah tadi kalian mendengar ada suara wanita???"zero kaget dengan suara yang dia dengar dan bertanya kepada para penjaga..

"kamu bicara apa dari tadi kita hanya bertiga dan tidak ada wanita yang berbicara"penjaga merasa aneh dengan orang yang ada di depanya..

"tuan rumah tidak usah bingung dan panik saya berada di dalam pikiran anda dan saya adalah xeon pemandu tuan rumah yang diperintahkan oleh tuhan untuk memberikan kekuatan kepada tuan rumah"

saat zero mendengar perkataan pemandu xeon awalnya dia sangat-sangat kaget tapi dia juga senang dengan pemberian dari tuhan...

"terimakasih tuhan kamu telah memberikan saya semua karunia ini,tapi kalau saya boleh memilih saya sebenarnya ingin di reinkarnasikan atau di transfer ke dunia one piece "zero berterima kasih kepada tuhan namun dia juga berfikir andai dia bisa di beri kesempatan ke dunia one piece dunia yang dia impikan..

Zero adalah seorang otaku akut yang suka dengan anime one piece , dia suka membayangkan menjadi dewa di dunia one piece ,namun saat dia ingin membeli manga one piece di supermarket dia tertimpah drone dan tewas....lalu dia dipindahkan ke dunia cultivator dan menjadi immortal , tapi sayang dia dikhianati oleh istrinya dan tewas lagi , tapi saat bangun kembali dia berada di dunia yg di impikan dirinya dunia one piece....

ini adalah cerita pertama yang kubuat karena terinspirasi dari para pembuat novel fanfic + ini adalah cerita pertamaku dimana MC (Main Character) bertransmigrasi kedunia one piece.

Niat Membuat cerita ini adalah kegabutan semata dikarenakan Saya suka berkhayal dan kebanyakan cerita transmigrasi ke dunia one piece MC selalu terlalu overpower jadi cerita ini mungkin MC akan overpower tetapi gak akan terlalu OP

Yah bacotannya udahan disini aja.Sialahkan baca kalau suka dan tinggalin kalau gk suka

ini adalah cerita pertamaku cerita ini adalah tentang MC Yang bertransmigrasi kedunia one piece oleh dewa karena kesalahan yang dibuat dewa.
Dicerita ini bakal ada MC yang overpower tetapi gak bakal terlalu OP jadi kalau ingin baca silahkan

Ini adalah hari pertama aku jadi ojek online, yang tadi itu Adam anak pertamaku.

tuiiit . .tuiiit . .tuiiit

wah aku dapat order mengantar penumpang dari jl.Cendrawasih 3 no23 kunci motor langsung ku putar dan motor pun aku gas.

eit ..  tunggu dulu, jl Cendrawasih no23 itu dimana? aku kan kurang hafal jalan karna terlalu lama bekerja di kantor.

Disana ada orang, ya sudah aku tanyakan sajalah kalau begitu
"Maaf pa boleh tanya, jl Cendrawasih 3 no23 dimana ya?"
"Bapak tidak bisa baca? disini ojek online di larang masuk"
"Tapi pak . ."
"Sekarang bapak tinggalin tempat ini suruh penumpang nya cancel"

Aku tidak mau terlalu banyak berdebat, ternyata bapak tadi adalah seorang tukang ojek pangkalan yang mangkal di komplek itu

Ah . . Handphone ku berbunyi, penumpang yang tadi marah marah karna aku belum sampai di rumahnya.

"Bagaimana sih pa, ini udah jam 7 saya bisa kesiangan!!!"
"Maaf bu di komplek ibu ojek online tidak di izinkan masuk"
"Kalau takut sama ojek pangkalan jangan jadi ojek online!!!" tuuuut . .tuuut . . ibu tadi menutup telpon nya

Sudah hampir jam setengah 8 baru satu order yang masuk, itu pun di cancel.

"Faza harus makan, Sayang." ujar oma saat melihatku lagi-lagi hanya mengambil lauk dari meja makan untuk menghilangkan bosan. 
"Faza ga laper, Oma." 
"Mafaza harus makan." ujar opa yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.
"Nanti Faza makan kok kalau Faza laper."
Opa dan oma menggelengkan kepala mereka sesaat. Sepertinya mereka mengerti aku masih belum mendapat kabar dari Astro.
Opa bangkit dari duduknya, membuatku secara refleks ikut berdiri untuk membantu opa berjalan. Opa memberi isyarat padaku untuk mengantarnya ke ruang baca. Entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini opa suka sekali menghabiskan waktu di sana.
Aku kembali ke kamarku untuk mengecek laporan dari pak Simon. Aku menyalakan laptop, membuka file yang kubutuhkan dan menyalakan wifi. Aku menemukan sebuah pesan tepat saat aku online. 
Astro : Kangen aku?
Uugh rasanya aku ingin sekali membalasnya dengan mengabaikannya seperti dia mengabaikanku. Namun rasa kesalku sejak kemarin sepertinya butuh pelampiasan.
Aku : Ga tuh. Sana kerja aja. Ga usah inget-inget aku
Astro : Ga mungkin kamu ga kangen aku, Nona
Aku : HP kamu dikemanain aku telpon berkali-kali ga diangkat?
Astro : Sorry, ketinggalan di kamar
Aku : Ga bisa banget ngabarin udah sampai atau belum? Ngasih kabar ke aku kan cuma beberapa menit
Astro : I'm sorry, kemarin aku capek banget. Sampai sini aku langsung tidur
Aku : Ga tau ah
Mood bekerjaku menguap entah ke mana. Aku mematikan laptop dan menghampiri tempat tidurku, lalu membenamkan diri di antara bantal-bantal untuk memberi rasa nyaman dari rasa kesalku sendiri.
Handphone di meja bergetar, aku meraihnya dan menemukan panggilan video call dari Astro. Aku menolaknya. Handphoneku bergetar kembali, ada notifikasi pesan dari Astro.
Uugh ini benar-benar terasa menyebalkan....
Astro : Jangan begitu. Aku kangen
Aku tak akan membalas pesannya. Agar dia tahu bagaimana rasanya jika aku mengabaikannya juga.
Astro : Come on, bales chatku. Kamu kan baca
Astro : Aku minta maaf, Nona. Aku beneran sibuk banget hari ini. Kerjaanku minggu lalu yang kepending harus aku selesaiin hari ini
Astro mengirimiku video call lagi. Aku menolaknya.
Astro : Please, angkat VC nya
Astro mengirimiku video call sekali lagi. Aku menolaknya kembali.
Astro : Aku kangen banget
Astro : Faza, please. Se ga nya bales chat dariku
Aku : Sebel
Astro : Iya aku tau. Aku minta maaf
Aku : Ga mau. Aku mau tidur. Jangan ganggu
Aku mematikan handphone sesaat setelahnya. Jantungku berdetak kencang dan terasa aneh. Aku ingin menyalakan handphone kembali dan mengatakan aku membencinya, tapi aku membatalkannya. 
Kurasa tidur akan lebih baik untukku sekarang. Kuharap aku bisa mengalihkan rasa kesalku.
***
Aku terbangun dengan rasa sakit di kepala, juga dada yang terasa berat. Aku membalik tubuhku, dan menatap ke jam dinding, pukul 00.21.
Aku memaksa tubuhku bangkit, menuju toilet untuk mencuci wajah dan mengeringkannya. Lalu duduk menghadapi laptop di meja kerjaku. Aku baru mengingat kejadian saat Astro menghubungiku dan aku mengabaikannya.
Aku bangkit untuk mengambil handphone dan menyalakannya lalu kembali. Aku menyalakan laptopku, membuka file yang tertunda kukerjakan semalam dan menyalakan wifi. 
Aku menemukan sederetan pesan permintaan maaf dari Astro saat aku melihat semua pesan darinya. Dia bahkan masih online dan langsung mengirimiku pesan baru. 
Astro : Aku minta maaf banget. Tolong jangan begini. Aku kangen kamu
Aku menghela napas sesaat sebelum membalas.
Astro : Aku minta maaf, please
Aku : Iya aku maafin
Astro : Aku kangen banget
Aku : Menurut kamu aku ga kangen?
Astro : I'm sorry
Sekesal apapun aku padanya, kurasa jika dia berada di sampingku sekarang aku akan tetap menggenggam tangannya. Sial, kurasa aku benar--benar jatuh cinta.
Aku : Proyek kamu di mana sih? Kasih tau aku biar aku ga terlalu khawatir
Astro : Aku ga bisa kasih tau kamu
Aku : Kalau kamu kenapa-napa di sana gimana?
Astro : Aku akan baik-baik aja. Jangan khawatir
Aku : Kamu nyebelin
Astro : Aku VC ya. Tolong angkat
Astro mengirimiku video call sesaat setelahnya dan aku mengangkatnya.
"Jangan cemberut begitu, aku kan kangen. Kasih aku senyum." ujarnya. Aku tahu dia sedang berusaha menggodaku. Walau tatapan matanya sendu, yang membuatku menyadari dia pasti lelah sekali.
"Ga mau. Kamu nyebelin."
"Ooh, come on. Aku belum tidur karena nungguin kamu."
"Kamu ga nanya semalam aku tidur atau ga buat nunggu kamu ngabarin aku?"
"I'm sorry."
Kurasa aku tak akan menanggapinya. Aku sudah memberinya maaf beberapa saat lalu. Aku meletakkan handphone dengan ditopang tumpukan buku, lalu menutup wajahku. Kenapa hubungan ini begitu berat?
Aku baru menyadari kegusaran Astro sesaat sebelum berangkat ke Surabaya. Seperrinya dia sudah menebak berjauhan denganku akan terasa seperti ini. Aku lah yang terlambat menyadari. Sekarang sepertinya aku bisa mengerti kenapa dia memaksa kami menikah setelah kelulusan kami beberapa bulan lalu.
"Faza." aku mendengar Astro memanggilku. 
Aku melepas tangan dari wajahku dan menatapnya. 
"Minggu depan aku pulang."
"Kamu ga usah masak rawon buatku minggu depan."
"Kenapa? Aku kan udah janji."
"Kamu pasti capek banget. Nanti aku yang masak buat kamu."
Astro tersenyum, "Ga salah kan aku jatuh cinta sama kamu. Kamu pengertian banget."
"Andai aja kita udah nikah. Aku bakal larang kamu jauh-jauh dari aku."
"Sejak kapan kamu posesif begitu?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.
"Aku kan belajar dari kamu."
Astro tertawa selama beberapa lama sebelum mengendalikan dirinya lagi. Raut wajah lelahnya berubah lebih baik hanya dengan beberapa menit berbincang denganku, "I love you, Nona."
"Ga usah ngerayu. Aku masih sebel."
Astro tersenyum lebar sekali, "Sebel tapi kangen aku kan?"
Kurasa aku tak bisa menyembunyikan senyum di bibirku, "Awas kamu kalau pulang nanti."
"I'll give my all to you (Aku akan kasih semuanya buat kamu). Aku pasrah aja nanti kamu mau ngapain. Aku ga akan ngadu kok."
"Kamu kan tau kita ga boleh begitu." ujarku untuk mengingatkannya tentang janji kami pada ayah minggu lalu.
"Aku tau. Jangan nakal selama aku ga ada ya. Nakalnya nanti aja kalau kita udah nikah." ujarnya sambil menggigit sedikit ujung bibirnya.
Aahh laki-laki ini benar-benar.. 
Semoga dia segera menyelesaikan proyeknya atau aku mungkin akan mulai gila dengan halusinasiku sendiri.
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-
Dukung nou dengan vote powerstone setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..


=======
Novel ini HIATUS dan proses REVISI yaa..
Ga ngubah plot kok, tenaaang.. Tapi boleh banget kalau kalian mau baca ulang dari chapter awal.
Btw, revisinya baru sampai chapter 420 per detik ini, jadi sabar yaa buat dapet notif chapter selanjutnya ^^
=======

Boleh tau, senja mana dalam hidupmu yang paling kamu nikmati? Kalau aku....

Mm ... tunggu sebentar. Kita kenalan dulu ya, aku Mafaza Marzia. Kamu bisa panggil aku Faza.

Kamu pernah ketemu anak laki-laki posesif yang nyebelin, tapi manis? Bucin parah dari pertama ketemu? Dan bertahan sampai bener-bener nikah?

Aku iya. Namanya Astro.

Dia yang selalu nemenin aku yang baru aja ngalamin trauma karena ditinggal keluargaku meninggal karena kecelakaan, bantu aku selesaiin masalah-masalahku, juga jaga aku seolah aku adalah keramik paling berharga.

Intip keseharian kami yang manis, walau ternyata memiliki konflik misterius yang mengintai di sepanjang perjalanan hidup kami. Dengan segala rahasia yang ada di antara diri kami masing-masing juga di antara keluarga kami, akankah pernikahan kami benar-benar baik-baik saja seperti yang selama ini kami harapkan? 

Ikuti kisah kami yang diselimuti intrik tak terduga. Seperti hidupmu yang juga penuh dengan kejutan.

Enjoy your journey with us, Faza & Astro, di pahit dan manisnya hidup kami.

_____
Haaii, nou di sini..

RULES buat baca novel ini ala nou adalah:

1. Bacalah minimal sampai chapter 50-51, karena kebaperan kalian akan dimulai dari sana. Nou ga tanggung jawab atas baper berkelanjutan di bab selanjutnya yaaa..

2. Jangan minta alurnya dipercepat. Karena novel ini alurnya lambat dan banyak slice of life di setiap bab. Jadiin novel ini bacaan buat nemenin aktivitas kamu sehari-hari.

Kalian bisa liat spoiler dan berbagai info di akun facebook : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte

See u there, readers..

Kamis, 11 Juni 2020 jam 22:39

Waktu seharian terpakai untuk revisi desain cover untuk rilisan 3 calon buku di Wattpad. Salah satunya ya ini. Sebenarnya belum gitu puas buat desain yang ada, tapi ya ngga apa-apa juga. Semua bikin sendiri, bahkan yang untuk "Naghari" modal gambar dari yang sudah bertahun-tahun lalu dibuat, terus di edit di app.
Sayangnya di sini ngga bisa ubah ukuran gambar ya. Niatnya mau pasang di sini desain cover tiga tiganya, cuma pada gede-gede banget, jadi ya sudah, batalkan saja. 

Awalnya niat untuk nulis fanfic sekuel dari Satria Garuda Bima, tapi pas dipikir-pikir, kok lagi agak ngga sreg ya. Malah kepikirnya buat nulis "Naghari" sama "Specter Bias". Dua judul ini sebenarnya juga uda dari lama banget ada di kepala, cuma dari konsep dunia-nya yang belum mateng, bahkan sekarang juga bisa dibilang belum ada mapping di atas kertas. Dasarnya semua masih dari alur umum yang masih di dalam otak.
Sebenarnya sudah pernah dikasih tahu sama mas Rahabi Mandra, teacher waktu ikut kelas online buat nulis skenario film, bagusnya kalo bikin cerita fantasy/superhero dan semacamnya bikin world-nya dulu, detail superpower kayak gimana, silsilah penjahatnya, peta dunianya, asal muasal kekuatan yang ada di world-nya kayak apa, dsb. Masuk akal banget sih yang dibilang mas Abi. Cuma, mungkin karena aku yang masi awal banget mau buat cerita lengkap dan lebih panjang dari cerpen, jadi ngerasa kalo mikir gitu-gitunya dahulu sampai jadi, rasanya masih ngga bisa.
Nulis "Naghari" dan "Specter Bias" ini itung-itungan eksperimen, percobaan, apakah bikin alur cerita yang didasari konsep yang ada di otak, lalu dikembangin sambil jalan nulis cerita-nya, apakah buat aku do-able atau efektif, yang kedepannya ceritanya bakal ngga berantakan dan bisa dipahami dengan nyaman oleh pembaca.
Untuk tulisan hari ini, aku ngga gitu perhatiin tata bahasa, ejaan, tanda baca dll. Biarin let it flow aja udah. Aku kalo terlalu mikirin soal gramatik-nya sekarang, tulisannya bakal lama selesainya juga. Dan aku sadar, kalo hambatanku menulis salah satunya karena terlalu mikirin EYD sambil jalan ngetik. Sekarang mesti coba untuk ngetik tanpa terlalu mikir hal lain-lain selain isi tulisan, biar otak ngga kesumbat karena terlalu kebeban hal sampingan yang sebenarnya bisa dilakukan nanti setelah sampai suatu checkpoint atau bahkan setelah sebagian besar atau seluruh tulisan sudah selesai diketik.
Kalian kalau ada yang baca chapter pertama ini, mungkin mikir "ini gue baca apaan dah, ngacak ngadul, ngga rapih blablabla." Ya memang sudah mikir bakal begini pas awal mau bikin ini story. Mungkin chapter-chapter ke depannya bisa lebih dirapihkan sedikit tulisannya. Namanya juga ini untuk pemanasan buat nulis dua cerita lainnya ini.
Sekarang mikirnya sih, paling tidak mencoba untuk menjadikan kegiatan menulis sebagai rutinitas, lalu menjadi benar-benar kesenangan, sehingga waktu ngerjain projek menulis, entah cerpen, puisi, atau novel ini, bisa lebih luwes dan lebih dinikmati selama prosesnya. Berusaha untuk naruh mindset ke diri sendiri, kalau saat ini prioritas membuat tulisan/karangan adalah untuk diri sendiri, tanpa terlalu mikir apakah nanti tulisannya bakal banyak yang baca dan banyak yang suka. Itu sampingan aja untuk sekarang ini. 

Kalau nanti ternyata ada yang baca dan ngasih masukan, harus bisa untuk legowo dan berusaha ngga terlalu egois tidak mau dengar atau baca ucapan-ucapan ngga enak soal karya tulisannya nanti. Belajar untuk lebih membuka diri terhadap masukan.
Sudah mulai ngantuk. Besok bakal mulai untuk nulis chapter 0 atau chapter 1 dari salah satu antara "Naghari" atau "Specter Bias". Syukur-syukur bisa nyicil dua-duanya. Belum kepikiran buat "RANDOMISASI terselubung" ini mau nulis apa lagi. Apa curhat colongan kayak hari ini? Bisa aja.

Sebentar. Sekarang jadi mikir lebih dalam soal calon buku ini. Judulnya sih "RANDOMISASI terselubung", tapi perasaan ini randomnya terang-terangan. Curhat-nya sih iya terselubung. 

Yowes lah.

Ketika mau jadi penulis atau pengarang, paling tidak dalam satu hari minimal harus menulis. Entah menulis satu paragraf, satu bait, satu larik dan lain-lain. Itu yang kurang-lebih dikatakan oleh seorang penulis skenario, Rahabi Mandra, yang dari dia aku dapat ilmu banyak untuk menulis cerita. 

Sayangnya, aku bukan seorang yang (dari kecil) begitu rajin untuk --meniatkan-- membuat tulisan. Harus ada satu "batu pijakan" yang bisa membantu aku untuk menggenapi "hukum paling dasar menjadi seorang kreator tulisan", yaitu menulis setiap hari. Karena tidak ketemu "batu" itu, maka aku harus membuat "benda lain" yang bisa buat aku berpijak. Inilah "benda lain" itu.

Di bagian story ini (mungkin bisa aku sebut sebagai rubrik) aku mencoba menuangkan segala isi pikiranku yang sekaligus sebagai sarana latihan menulis setiap hari. Isinya akan seputar hal-hal random. Namun, bisa saja akan ada seputar proyek cerita lain, entah seperti ide-ide atau gambaran konsep tulisan kedepannya.

The journalists were attracted to things that were bizarre like dogs to bones. Even before anyone could tell that something was brewing, the journalists could smell out a story from a mile away.
Although online news agencies weren't very popular, when an interesting news appeared on their sites, it would still attract many viewers.
Providing free medical treatments outside a big hospital.
Why was he doing that?
This was completely going against the structure of conventional medical treatment.
Furthermore, there were people being cured. That very day, the people who had been prematurely discharged reached a historical high. No one knew if that was real or not, so the journalists decided to go to the scene to take a look.
The patients reacted with excitement after seeing the army of reporters making their way towards them. They had never seen that many reporters in a group before.
"Reporters are making their way here."
"They're probably here to interview the Godly Doctor."
"The Godly Doctor is so amazing! Of course they're here to do that!"
"Teacher, the reporters are coming. What should we do?" Zhao Ming Qing asked as he took a look at the reporters.
"Boast! Boast about anything that you can," Lin Fan said.
Zhao Ming Qing was in a daze. Boast? This tactic was a little unbelievable.
Soon after.
The reporters surrounded Lin Fan, scanning the area. "Who is the Godly Doctor? Where is he?"
The reporters had never seen the Godly Doctor before, and there were three young people and one old man at the scene. The old man had a good posture and looked confident, and so he could be the Godly Doctor. But something wasn't right. He was holding a pen and a manuscript, recording something down. One of the young people, on the other hand, was taking someone's pulse and was completely oblivious to the arrival of the reporters, keeping his calm.
"The Godly Doctor is him. He is the one that we're looking for," the reporters said, pointing at Lin Fan.
The reporters looked at Lin Fan, shocked. How could such a young person be the Godly Doctor?
At this moment, they suddenly had a thought.
Could these people be staging a fraud? 
What did reporters love the most? The answer was clear: Frauds, cheats, and scammers! They loved to expose them.
"Hello, we've heard rumors online about a Godly Doctor who is giving free treatments to patients outside hospitals. Are you the one?"
Normal people would just humbly decline the title of Godly Doctor, saying that they were just there to do something meaningful, but was Lin Fan a normal person?
He most certainly wasn't.
"Yes, I am the rumored Godly Doctor," Lin Fan said without hesitation.
A flurry of reactions!
The reporters looked at each other in dismay. This guy wasn't an ordinary person, and he was about to provide them a really hot story.
"We heard that you were at Jiangning People's Hospital yesterday providing treatment to a lot of patients. Can we enquire if your treatments were effective?" one of the journalists asked.
"Yes." Lin Fan didn't even look up, as he continued to treat one of the patients. "My dear reporters, could you ask more substantive questions? Otherwise, could you direct your questions to other people? I'm kind of busy right now, so if you have anything important to ask, you should ask it now. I'm actually quite friendly towards journalists."
The journalists were all stunned. They never thought that this guy would be so proud.
Some of the journalists started interviewing some of the patients who were waiting in line.
"Why did you guys come here to seek treatment instead of the hospital?" one of the journalists asked.
"Well, the answer is obvious. This guy is the Godly Doctor and his treatment is absolutely effective." The person who answered was a middle-aged male whose body was visibly weak.
"How did you find out that he is the Godly Doctor? Did you see it with your own eyes or did you just believe rumors? You should know that rumors and evidence are two completely different things. Rumors can sometimes be far from the truth."
"I saw it with my own eyes," the middle-aged man replied.
"Really?" the reporter was stunned. This didn't fit with what they had imagined. In their plan, the middle-aged man was supposed to say that his perception of the Godly Doctor came from rumors.
Who would have thought that this middle-aged man would say that he saw it with his own eyes?
This...this...
"I know that you guys are reporters and you definitely won't believe that the Godly Doctor really is who he is. But it doesn't matter, as long as we know it. He has treated quite a lot of people before this, and they all looked visibly better after he treated them as if they got younger. You can interview me at the side, but don't disturb the Godly Doctor. He's busy right now."
The reporters who were standing around were all stunned. They had just been lectured by this middle-aged man.
Looking at the Godly Doctor who was still treating patients, all the journalists were at a loss on what to interview him about.
Time passed, all the way until nighttime.
"Alright, the session for today has ended. We will be at Jiang Ning Fu Bao Hospital tomorrow. Those who haven't received treatment today can go there tomorrow for treatment," Lin Fan looked up as he said, stopping what he was doing.
Thereafter, he stood up and left for the bus.
The patients also understood. The Godly Doctor had worked nonstop for the whole day. He must have been exhausted.
The reporters had all waited the whole afternoon in a daze, as if they had seen a ghost. From what they had observed, all the patients that the Godly Doctor treated all looked visibly healthier after the treatment and they could see it from their faces.
All the people who were standing around all looked joyful and excited.
This seemed like a huge piece of news.
Extraordinary news.
Nighttime, half past seven.
Today's Big News!
"The breaking headline today comes from Jiangning People's Hospital. Four people were outside the hospital doors providing medical treatment. But before we report this piece of news, I would like to ask why they were outside a big hospital. If we could turn to the footage from the scene, we can see that there were four workers, three males and one female. Two of the males and the female looked like students but were not in the proper attire for treatment of patients. This is a clear violation of the law..."
This piece of news was very popular. The host had quite a bit of reputation in this industry.
All they city folk couldn't help but laugh and shake their heads helplessly after seeing this piece of news.
The online discussions were also going crazy.
"They are just embarrassing themselves by displaying their lowly skills in front of the experts."
"What were these guys thinking, treating patients outside a big hospital?"
"I'm laughing my ass off looking at this piece of news."
"One look and I can tell that these guys are just scammer. But I guess treating the patients outside the hospital does have a purpose. If they did anything wrong, they could just admit them back into the hospital."
"Haha..."
...
The next day.
The Internet had surged with a rebellious atmosphere.
Most of the reports online were of yesterday's headlines regarding the Godly Doctor.
'Godly Doctor appears outside People's Hospital to treat patients and cures ten of them. The treatment was instantly effective.'
'Godly Doctor or fraud? I think it's the former.'
'Hospital deals with awkward situation. Large hospital but not a single patient.'
'Breaking! Godly Doctor makes his appearance, cures all diseases!'
...
The morning working crowd who were reading the news were all stunned.
What on earth was going on?!


I am Lin Fan and I've become a jack of all trades just because of a powerful Encyclopedia. 
In the first ever competition organised for trolls, all the other contestants lost. The crowd exclaimed, "Brother, you're so good at trolling." 
Lin Fan replied, "But I've never been trolling..."

Planet Draor, Golden Dragon Star System.

Cynthia stood in a crowd of people and among them were many with the same hair color as her. They were all related to her. All of them was her stepsiblings and cousins. 

They all looked focused and they did not talk with each other unlike the other explorers around them chatting and everything. 

Cynthia was also preparing herself with her equipment and everything else. Thanks to the newly updated system, it was easier to equip herself with the equipment. 

With the equipment function, all she needed to do was think about the equipment she wanted to wear and it will automatically be equipped on herself. 

Cynthia wore a white robe and it looked really plain. It did not look as grand as the equipment wore by her step siblings and cousins. 

However, considering her identity as a princess, there was no way the robe was a low-level equipment. 

While she was checking her system for everything she might needed in this exploration, suddenly a loud shout was heard.

Looking in that direction, a young man with full set silver armor stood in front of all the explorers. His golden hair was enough to tell which family he came from. 

That young man was the 7th prince of the Golden Dragon Family, Glenn. He will be the one leading the exploration in closing the time limit dungeon that appeared a few hours ago on Planet Draor. 

Since Cynthia had too many siblings, she was not close with all of them and Glenn was not one of her siblings that she was close to. He was two years older than her. 

Glenn had raked in a lot of achievement for the past few years and he was really popular among many people especially girls. 

He was by no means a playboy but he was engaged to four girls and from rumor that Cynthia heard, the fifth one will be soon. It was not a political marriage too and he was the one that made his decision to engage with them. 

Knowing about the strict selection in his family about the ones they were marrying, Glenn worked hard to make sure that they were all competent. 

He gave a briefing on many things for a few minutes and then it was time to enter the time limit dungeon. 

Looking at the dungeon portal, Cynthia's heart was beating fast. She was nervous as well as scared too that she will not be able to come back. 

Explorers started getting inside the portal. They had a really determined face as they wanted to save their planet. 

Looking at the portal, the time limit of 4 days 15 hours was shown in their system with the level limit of level 20 to level 30. 

Cynthia entered the dungeon and suddenly, her environment instantly changed. Cynthia looked around and no one was around her and the portal she came in earlier disappeared. 

Cynthia did not panic and looked around but she was really surprised at what she saw. 

***

Since the matter regarding the time limit dungeon was important, a live stream of every time limit dungeon in the universe can be seen online. 

Cade was in his apartment and he was watching the live stream for the time limit dungeon in Planet Draor, the one that Cynthia decided to enter. 

He watched the live stream to see if he can see Cynthia but unfortunately, there were too many explorers and it was hard to spot her. 

Cade was actually really worried about her. He was really hoping that they will be the first one who succeed to close the time limit dungeon and Cynthia will be among the explorers that survived the dungeon. 

After all the explorers gone inside the dungeon, there was nothing else to see. Cade can only wait the result in four days. 

Cade closed the live stream and he went online to see if what he put online were bought by people. To Cade surprise, most of the things he put online were immediately bought by others. 

The skill books were sold out, some of the equipment was still there as well as the materials. As for his leftover puzzle piece, Cade decided to put them on auction online. 

He decided to not put all at once because it might lower their price. Since everything was done automatically, all Cade needed to do was put the puzzle piece online and wait until the auction for it was done. 

He also decided to do the same with the toad and tongue magic crystals. Cade searched online and at the moment, no one had started selling that kind of magic crystal. 

While waiting for the auction to be done, Cade went to the shop website online that he had surveyed earlier in the hospital to buy the material to upgrade his linked equipment. 

Cade had a lot of money and thus, he decided to buy high grade equipment if possible. However, to Cade surprise, they were really expensive. 

He remembered that they were not that expensive a few days ago. He checked on the comment section and found out that the demand for equipment skyrocketed due to the time limit dungeon and the equipment price was raised high. 

Cade then came to the realizations that he sold his equipment drop at normal price. He immediately went back to change the price but he was too late and they were all sold out. 

"I should have expected that earlier…" Cade was a bit regretful that he was unable to raise the price of his equipment. Cade continued shopping for everything else. 

After he was done with buying everything, Cade checked his puzzle piece and the price had gone up a lot. He was not surprise by this because they were super rare after all. He let it continue and went to his bed.

Cade sat on his bed with few equipment around him. They were all the ones he bought earlier to be used as the material to upgrade his linked equipment. 

First, Cade decided to use a trouser that had magic defense stat on it as the material to upgrade his jeans. Once Cade made the decision, the system processed the upgrade. Just like before, Cade needed to wait for a while before the upgrade finished. 

As to not wasting more time, Cade proceed to upgrade the white t-shirt. He bought a t-shirt equipment but that equipment was a bit special. It had skill imbued on it. 

Equipment with skill was not rare. There was many equipment with skill on them and the best example was the blue bear full set equipment Jonathan had. 

Cade had never seen Jonathan used the equipment skill but it was common knowledge that full set equipment had them. 

As for how strong the skill will be, it was quite the same as normal skill learned from skill book. However, the only different was that, equipment skill had cooldown time and used user's energy while normal skill depended only on how much energies the user had. 

The t-shirt equipment had the skill of cooling. It was a simple common skill and it was used to cool down the body of the user. 

Cade found out that wearing the t-shirt, hoodie and body armor increase his body temperature and it was too hot. It was quite a torture to him when he was inside the big tongue toad dungeon especially when he was fighting. 

Cade used the t-shirt with cooling skill as the upgrade material and he hoped that he can choose the skill as the new stat for his t-shirt. 

Cade moved on to his hoodie. Cade actually wanted to buy a robe with a skill that can conceal his presence but that robe was sold out. He kind of got that idea because of Shihoon's mute skill.

When he searched it on another store online, their price had unfortunately gone too high and over his budget. 

Cade did not know what he should buy. After long consideration, he bought a clothes equipment with another magic defense on it and wanted to upgrade his hoodie magic defense to magic defense 2. 

Cade move on to his last linked equipment, the mouth mask. Looking at his cardboard mouth mask, it was too sloppy. He only used it to cover his face from embarrassment wearing the cardboard equipment. 

The mouth mask had been his most useless linked equipment. It had the defense stat and can protect his mouth from physical attack but that was it. 

At the moment, Cade had never once fought an enemy that went for his mouth. So, the defense that the mouth mask provided was useless. 

Other than that, because he did not poke small holes on the mouth mask before it was linked, it was quite stifling wearing the mouth mask. 

When he fought a hard battle, there was not much exchange of air happening because of the mouth mask and that sometimes created a lot of disadvantages to Cade. 

When he found out about the possible change of design to his cardboard equipment after an upgrade, he was so happy about it and an idea of changing the shape of his mouth mask immediately came to his mind. 

Cade wanted to upgrade the mouth mask by using a gas mask as the material.

In an age of magic, space travel and explorations, humans had far surpassed what they were capable of in the past. 

In a small planet located in a small star sector, a young man name Cade was living his life peacefully. 

One day, Cade was playing around with cardboard and he suddenly awakened his system. However, an accident happened and the cardboard he played with became part of his power. 

Followed Cade's journey in making his name as an explorer in the universe.

baca one piece online

One Piece System In One Piece

Dhika Phoenix Blue 2 (One Piece)

The Couple Next Door

DEWA DUNIA ONE PIECE

blue dragon in one piece

Ojek Online

Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

RANDOMISASI terselubung

A Valiant Life

The Cardboard Explorer

People search baca one piece online also like: