webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · 若者
レビュー数が足りません
167 Chs

Eps. 113

Setelah perjalanan panjang, Alvarez dan Shea akhirnya tiba di bandara Soekarno Hatta, dari kejauhan Gilang sudah tersenyum senang melihat sepasang pengantin baru itu.

" welcome back Jakarta Brother..... " Gilang sudah merentangkan kedua tangannya untuk memeluk sahabatnya itu.

" Lo sendirian aja, nggak sama Janet? " tanya Alvarez sembari memasukan beberapa koper nya kedalam bagasi mobil

" iya, soalnya Janet lagi ada acara sama keluarga nya " Gilang langsung duduk di kursi pengemudi, Alvarez duduk di kursi penumpang tepat di samping Gilang, sedangkan Shea duduk di kursi penumpang di bagian belakang dan sudah sibuk dengan ponselnya.

" Gimana keadaan kantor? " Gilang melirik ke arah Shea sebelum menjawab pertanyaan sahabat sekaligus bos nya itu

" semuanya baik-baik aja aman dan terkendali, hanya saja- " Gilang menggantung ucapan nya lalu kembali sedikit melirik Shea, Alvarez yang paham akan maksud Gilang pun tak melanjutkan pertanyaan nya.

Mobil yang di kemudikan oleh Gilang pun kini sudah memasuki gerbang besar di kediaman Haidar, Alvarez tersenyum hangat saat melihat istrinya tertidur lelap.

Perlahan Shea membuka matanya, ia sedikit terkejut saat menyadari bahwa dirinya sudah berada di kamar, namun bukan dikamar nya.

" sudah bangun Nyonya " sapa Art yang datang dengan membawa baki yang berisikan teh hangat

" ini kamar Tuan Alvarez nyonya dan itu artinya juga menjadi kamar nyonya " ucap Art itu lagi karena melihat keterkejutan di wajah Shea yang sangat ketara.

" Alvarez nya mana bik? "

" Tuan Alvarez lagi di ruang kerjanya Nyonya " Entah mengapa Shea sedikit canggung di panggil dengan sebutan nyonya.

" Bibik panggil aku Shea aja, nggak usah ada embel-embel nyonya " Art itu hanya tersenyum hangat mendengar permintaan Shea

" maaf nyonya, tapi saya hanya pembantu disini tidak sopan rasanya memanggil nyonya hanya dengan menyebut nama saja " ucap Art yang bernama Bik Minah itu

" nggak apa-apa Bik, aku nggak biasa di panggil dengan sebutan nyonya " Shea tersenyum kecut

" kalau begitu, biar Bibik panggil dengan sebutan nona saja " usul Bik Minah, Shea tersenyum ramah.

Alvarez sudah berkutat dengan laptopnya dan beberapa berkas yang baru saja di sodorkan oleh Gilang.

" Jadi Perusahaan Andalaz kembali mengajukan proposal kerjasama? " Gilang mengangguk dengan mantap

" mereka juga mengajukan untuk meminta penyuntikan dana sebesar 60% pada MJC GROUP, agar pabrik tekstil mereka dapat di tangguhkan lagi " Alvarez hanya diam, kemudian kembali memeriksa berkas-berkas itu

" lalu putusan apa yang di ambil oleh Pak Brian, dan Papa? "

" mereka menyetujui nya, dan besok ada rapat direksi di kantor dan gue harap Lo hadir karena mereka membutuhkan tanda tangan Lo, sebagai pimpinan Taxmania Group dari Industri Garmen, dan Pak Brian selaku Pemilik MJC dan Hudson Group " Gilang memandang Alvarez dengan penuh tanya, karena laki-laki itu hanya diam saja.

" apa yang lagi Lo pikirin? " Alvarez tersadar dari lamunannya saat Gilang menyentuh pundak nya, Alvarez hanya menggeleng.

" ok sampai ketemu besok di kantor " ucap Alvarez, Gilang pun pergi.

Alvarez masih duduk di sofa ruang kerjanya, dirinya kembali teringat pertemuan nya dengan Aiden di London, dirinya pikir itu akan menjadi pertemuan kedua dan terakhir mereka tapi ternyata itu justru mendasari pertemuan panjang mereka kembali.

Bagaimana tidak, Alvarez masih begitu ingat dengan jelas bagaimana Clara mempermalukan dirinya di depan umum dengan membawa Aiden saat pertama kali kehadapan nya dan mengakui Aiden sebagai kekasih nya dan itu juga yang menyebabkan ibunya Alvarez mengalami serangan jantung lalu meninggal dunia, Alvarez tidak akan pernah lupa dengan kejadian itu, kini dirinya akan kembali berhadapan dengan Aiden. setelah dirinya bertemu Clara sebelumnya.

" Shea sudah bangun Bik? " Alvarez baru saja hendak menaiki anak tangga sedangkan Bik Minah baru saja akan turun

" sudah Tuan, sekarang nona Shea sedangkan membersihkan dirinya " Bik Minah pun berlalu lebih dulu.

Alvarez mendengar suara gemericik air di kamar mandi setelah dirinya membuka pintu kamar, ia pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang tubuh dan fikiran nya sangat terasa lelah hari ini. Beberapa saat kemudian Shea pun keluar dengan tubuh yang terasa jauh lebih segar, dengan rambut yang masih basah dan tubuh hanya di balut dengan handuk.

" hei, are you ok? " Shea sudah duduk tepat di samping Alvarez, Alvarez beralih merebahkan kepalanya di atas kedua paha Shea dengan mata yang terpejam.

" apa ada masalah? " Alvarez hanya menggeleng, Shea mengusap wajah Alvarez dengan lembut, dan itu berhasil membuat Alvarez membuka matanya.

Dengan cepat Alvarez menarik tengkuk leher Shea, hingga membuat wajah mereka begitu sangat dekat perlahan tapi pasti bibir mereka pun menyatu, Alvarez mengecup dengan lembut bibir pink Shea kemudian sedikit menggigit bibir bawah Shea agar dapat memberikan akses untuk lidah mereka saling bertautan, dengan perlahan Alvarez melepaskan tautan bibir mereka karena Shea sudah mulai kehabisan oksigen.

Alvarez tersenyum jahil saat melihat pipi Shea yang mulai memerah, Alvarez mengusap lembut bibir Shea yang sedikit bengkak karena ulahnya.

Bau harum tubuh Shea kini menjadi candu tersendiri bagi Alvarez, baru saja hendak beranjak dari duduknya Alvarez menarik tubuh mungil istrinya itu, hingga kini Shea sudah berada di bawah tubuh Alvarez, bahkan Alvarez sudah mengunci kedua tangan Shea agar istrinya itu tidak dapat memberontak.

" k-kamu mau ngapain? " Shea sudah terlihat gugup

" mau makan kamu " Alvarez terkekeh melihat raut wajah Shea yang begitu menggemaskan

" Alvarez, aku baru aja selesai mandi loh ini "

" kapan panggilan itu berubah jadi panggilan sayang " Alvarez mulai menciumi area sensitif Shea

" Alvarez aku mohon..... jangan lakuin itu sekarang " Shea sudah mulai sedikit mendesah saat bibir tipis Alvarez kembali menciumi lehernya lalu turun pada tulang belikat nya.

" masih berani hanya panggil nama hmmm " Alvarez terus menciumi tengkuk leher Shea, dan kini tangan Alvarez sudah meremas salah satu gundukan kembar milik Shea.

" sayang please, jangan lakuin itu " Alvarez tersenyum penuh kemenangan saat melihat Shea yang sudah mabuk kepayang karena ulahnya.

Alvarez kembali mengecup bibir Shea dan kali ini lebih bergairah, perlahan tapi pasti Alvarez membuka handuk yang membalut tubuh Shea tanpa melepaskan tautan bibir mereka, Shea kini sudah pasrah dengan apa yang di lakukan oleh suaminya itu, karena Shea tak menutupi bahwa dirinya menikmati setiap sentuhan yang dilakukan suaminya, handuk itupun terlepas dan menampilkan dua gundukan yang mulai menantang ingin disentuh. Alvarez beralih mengecup salah satu p****g p******a Shea, dan tangan satunya m*****s p******a satu nya lagi, membuat tubuh Shea menggeliat merasakan kenikmatan yang di ciptakan oleh Alvarez.

" sayang, aku mau pipis " lirih Shea, namun tak di dengar kan oleh Alvarez, dirinya masih menikmati tubuh indah istri nya itu

Kedua tangan Shea menjambak rambut Alvarez dengan sedikit kencang, saat jari jemari Alvarez beralih menyentuh titik sensitif Shea dan bermain-main di bawah sana, tubuh Shea semakin menggeliat di buat mabuk kepayang oleh Alvarez. Entah kapan Alvarez sudah melepaskan pakaian nya, dan kini mereka berdua sama-sama t*******g tanpa sehelai benangpun.

Alvarez menarik tangan Shea lalu menuntun nya pada benda yang sedari tadi sudah mengeras, dengan sedikit malu-malu Shea pun menyentuh dan memainkan benda pusaka milik Alvarez, dan sekarang giliran Alvarez yang mengerang penuh kenikmatan.

" aku sudah tidak tahan, kita mulai yah sayang, kamu akan menikmati nya " bisik Alvarez tepat di telinga Shea, Shea sudah pasrah dengan apapun yang dilakukan suaminya itu.

Shea sedikit menjerit, saat sebuah benda keras masuk menerobos dengan sekali hentakan kedalam milik nya rasa perih, hangat dan nikmat bercampur menjadi satu. Awalnya Alvarez melakukan nya dengan pelan namun semakin lama Alvarez mempercepat ritme nya, suara desahan sepasang suami istri itu saling bersautan, untung saja Alvarez sudah memasang kedap suara di kamarnya hingga orang-orang yang ada di dalam rumah itu tidak dapat mendengar suara pergulatan mereka

" sayang, aku udah mau keluar " ucap Shea di sela desahannya.

" sedikit lagi sayang.... " balas Alvarez yang tak kalah mendesah nya

Shea semakin kencang mencengkram kain sprei, saat dirinya sudah mulai merasakan dipuncak kenikmatan, begitu juga dengan Alvarez. Tubuh mereka berdua sudah basah karena keringat, sampai akhirnya mereka mengerang bersama di puncak kenikmatan dunia itu.

Alvarez merebahkan tubuhnya, di atas tubuh Shea kemudian menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh t*******g mereka

" capek? " Shea mengangguk tanpa mengeluarkan suara dan mata nya masih terpejam, Alvarez menyapu sisa keringat di pelipis Shea lalu mengecup lama dahi Shea, sebelum ikut Shea ke alam mimpi.