Teesha berlari secepat mungkin menuju kantin. Hukuman membersihkan ruang OSIS yang diberikan William berhasil menghabiskan waktunya sampai bel istirahat berbunyi. Teesha tidak tahu apakah hari ini murid Adyatama sangat rajin sehingga tidak ada murid lain yang terlambat membantu pekerjaannya disini atau memang mereka yang terlambat juga mendapatkan hukuman dari William tetapi di tempat yang berbeda?
Tapi astaga entah William memang dendam pada Teesha atau bagaimana, membersihkan ruang OSIS yang cukup besar sendirian sangat menguras energinya. Mari berterima kasih kepada ketua OSIS kita yang telah mengawali hari Teesha dengan 'sangat baik'.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk gadis karamel ini menemukan teman-temannya di kantin, karena mereka memang terlihat lebih mencolok dari yang lainnya. Entahlah, aura Divinia dan Adrea memang sedikit berbeda dengan yang lain.
"Minta dong." Teesha mengambil dan menyeruput jus jeruk milik Divinia tanpa izin dari sang empunya. Ia kemudian menyapu tangannya di udara, memberikan kode untuk sahabatnya itu menggeser tempat duduknya.
Divinia menatap Teesha heran ketika gadis itu mendaratkan bokong disebelahnya dengan jus jeruk miliknya yang hampir tandas.
"Astaga seger banget." Teesha menyimpan gelas yang sudah tidak ada isinya di atas meja, mengelap mulut menggunakan tissue sambil memandang teman-temannya heran.
"Kenapa kalian lihat aku kayak gitu?"
Divinia memutar matanya, "Harusnya kita yang nanya kayak gitu. Kamu datang-datang udah kayak orang yang dikejar hantu, habisin minuman aku pula."
"Hehehe..." Teesha memberikan cengiran terbaiknya, "Maaf. Habisnya aku haus banget. Di ruang OSIS udah ga ada cemilan lagi ya? Lemari makanan disana ga ada isinya. Air mineral juga ga ada."
"Kamu ga masuk di dua mata pelajaran hari ini gara-gara nongkrong di ruang OSIS?" Kini Adrea yang bertanya.
Teesha menggeleng, "Aku terlambat masuk tadi. Dapet hukuman dari William buat bersihin ruang OSIS. Gila ya, udah berapa lama ruang OSIS ga kita tempatin? Udah jadi sarang hantu itu, debu dimana-mana, belum lagi sarang laba-laba. Petugas kebersihan sekolah ga pernah mampir ke ruang OSIS ya?" Baik Adrea maupun Divinia mengendikan bahunya tidak tahu.
Adrea kembali melanjutkan kegiatan makan siangnya, sedangkan Divinia dan Teesha beranjak menuju etalase makanan untuk memesan sesuatu karena perut mereka sudah berbunyi.
Dari tempat Teesha memesan, ia melihat rombongan Devian berjalan masuk ke dalam kantin. Daniel dan yang lainnya langsung menempati tempat duduk yang sama dengan Adrea, sedangkan Devian dan William berjalan menuju etalase makanan.
"Eh, ada kalian berdua." Sapa Devian yang mendapat delikan malas dari Divinia.
Mereka kembali sibuk memesan makanan. Divinia dan Teesha dengan roti bakarnya, Devian dengan ayam gorengnya, sedangkan William hanya memesan jus tomatnya seperti biasa.
"Dev!" Divinia kesal ketika Devian menggigit roti bakarnya tanpa permisi, "Beli sana!"
"Pelit. Cuma minta sedikit masa gak boleh." Kata Devian sambil mengambil pesanannya.
Teesha masih bungkam. Ia bingung harus bersikap bagaimana setelah permintaan maafnya tadi pagi pada William. Dan lagi, pria dingin itu tidak juga mengatakan apapun.
Ya kau tahu sendiri kan, William memang tidak suka banyak bicara.
"Kamu ga makan, Wil?" Tanya Teesha ketika William mengulurkan tangan untuk menerima pesanannya.
Bukan hanya Devian dan Divinia saja yang terkejut ketika Teesha bertanya, tetapi William juga menghentikan gerakannya ketika mendengar suara Teesha menyapa telinganya.
William melirik Teesha sekilas, "Nggak." Kemudian ia mengambil pesanannya.
Pria Jaya itu berbalik lalu berjalan duluan menuju meja dimana yang lain berada, diikuti Teesha yang berjalan dibelakangnya sambil mengangguk. Sementara itu, Devian dan Divinia masih mematung di tempat, saling melempar pandangan tidak mengerti, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi tadi.
Sepertinya Teesha harus bersiap menghadapi berbagai macam pertanyaan dari mereka berdua nanti.
.
.
Drrt!
Getaran pada ponselnya dan juga kelas yang sangat berisik sangat mengganggu Teesha yang sedang serius mencatat materi di papan tulis. Inilah yang tidak ia sukai jika tidak ada guru yang mengajar. Jam kosong benar-benar mengganggu ketenangan hidupnya di sekolah.
Drrt! Drrt!
Teesha masih tidak menghiraukan ponselnya dan masih berusaha berkonsentrasi untuk menulis semua materi yang harus ia pelajari nanti.
Drrt! Drrt! Drrt! Drrt!
TAK!
Teesha menyimpan alat tulisnya sedikit keras ketika ponselnya tidak berhenti bergetar. Oke! Kali ini siapa yang ribut saat masih jam sekolah begini?!
OSIS ADYATAMA
Daniel : Kendaraan banyak kan? Semua bisa ikut!
Devian : Jangan semua bawa kendaraan. Data aja dulu siapa yang mau bawa mobil, biar ga bikin macet jalanan.
Teesha mengerutkan dahi ketika membaca chat di grup OSIS yang kembali hidup setelah beberapa waktu lalu sudah sangat sepi karena belum ada lagi kegiatan yang mereka kerjakan.
Sasa : Aku bawa kendaraan juga?
Devian : Ga usah. Kamu sama aku aja (emot cium)
Teesha : Ada apaan sih ini ribut-ribut?
Teesha bertanya karena ia malas membaca chat yang sudah hampir mencapai angka seratus itu dari awal.
Adit : Daniel ngajak main bareng Minggu ini.
Daniel : Iya, kita udah lama kan ga kumpul bareng. Kamu ga kangen sama aku, Teesha?
Teesha : Nggak. Udah males ketemu sama alien macam kamu.
Daniel : (Emot sedih)
"Teesha masih marah sama aku ya kayaknya?" Daniel bertanya pada Devian yang masih asyik mengetikan sesuatu di ponselnya.
Devian melirik Daniel sekilas, "Mana aku tahu. Tanya aja langsung sama orangnya."
William yang sedang berkonsentrasi membaca materi pelajaran mulai terganggu dengan ponselnya yang terus bergetar. Ia mengambil alat komunikasi itu didalam saku celana dan memandang datar layarnya saat melihat ada lebih dari dua ratus notifikasi dari grup OSIS. Dengan cepat ia membuka aplikasi pengirim pesan itu dan mengetikan sesuatu disana dengan cepat.
William : Berisik
Dan para anggota OSIS yang tadinya sudah mengetikan balasan langsung mengurungkan niat untuk mengirimkannya ketika William sudah ikut berkomentar. Singkat, padat, dan jelas. Satu kata dari William berhasil menghentikan percakapan yang tidak penting dari mereka.
Nayara : Kalau mau, sepulang sekolah kita kumpul di ruang OSIS aja buat ngobrolin soal ini. Gimana?
Dan semua menyetujuinya.
.
.
Teesha menghela nafas panjang ketika melihat kedua sahabat perempuan dan kedua alien bumi kesayangannya duduk mengelilingi dirinya di ruang OSIS. Teesha tahu mereka pasti menuntut sesuatu darinya, dan Teesha tahu pasti itu soal dirinya dan William yang sudah memulai pembicaraan kembali.
Teesha melipat kedua tangan di dada, "Oke, kalian mau tanya dari mana?"
Devian mencondongkan tubuhnya ke depan, "Sejak kapan kamu baikan sama William?"
Adrea dan Daniel langsung menatap Devian terkejut, "Teesha udah baikan sama William?" Tanya Adrea tidak percaya.
"Sejak kapan?" Sambung Daniel.
Teesha memutar matanya menghadapi dua orang aneh dihadapannya. Ia kira mereka berdua ikut mengelilinginya disini karena sudah tahu hal apa yang menjadi permasalahannya. Ternyata dua orang ini hanya ikut-ikutan saja tanpa tahu awal mulanya bagaimana.
"Sejak tadi pagi. Aku udah minta maaf sama dia."
Divinia membelalakan matanya tak percaya, "Kamu minta maaf? Minta maaf duluan?!"
"Iya." Teesha mengangguk, "Kayaknya aku ga bisa kalau terus-terusan perang dingin gitu."
"Kamu udah tahu faktor x nya, Teesha?"
Teesha menggeleng, "Aku udah ga perlu lagi faktor x buat baikan sama dia, Dev. Aku juga udah ga terlalu mikirin alasan kenapa dia bersikap kayak gitu sama aku. Ada seseorang yang bilang, ga akan selesai satu masalah kalau dua-duanya sama-sama keras kepala."
Teesha terdiam sejenak, "Tadinya mau aku selesaikan dengan cara cari faktor x itu, Dev. Tapi kayaknya kelamaan, jadi aku langsung ke sumber masalahnya aja. Ya, kalian semua tahu kan pride nya dia kayak gimana? Kalau bukan aku yang mulai, sampai lulus pun mungkin kita masih musuhan."
Baru saja Divinia ingin bertanya, pintu ruang OSIS kembali terbuka. Para anggota mulai berdatangan dan saling menyapa satu sama lain. Lingkaran introgasi tadi langsung memisahkan diri dan menyimpan pertanyaan mereka untuk nanti karena tidak mau ada orang lain yang tahu akan masalah ini juga.
Mereka langsung menuju meja rapat, mengisi bangku-bangku yang kosong yang sudah lama tidak mereka isi. Teesha sempat mematung memikirkan dimana ia harus duduk. Apa ia harus duduk di sebelah William karena dulu bangkunya William seret kesana? Atau ia harus duduk di tempat lain?
Ah, sepertinya duduk di tempat lain lebih aman. Lagipula hubungan mereka berdua kan masih terasa canggung. Ia tidak mau menambah kecanggungan itu dengan tiba-tiba duduk di sebelah William.
Teesha mengambil tempat duduk di bagian sebelah kanan, tepat di sebrang Daniel yang kini tengah melambai ke arahnya dan Devian yang duduk di sebelah Daniel. Mereka benar-benar tidak terpisahkan.
"Hai." Teesha menoleh ketika seseorang menepuk bahunya. Pria sang pemilik senyuman terhangat se-Adyatama tersenyum ke arah Teesha dan mengambil tempat duduk di sebelah gadis karamel itu.
Teesha ikut tersenyum, "Hai, Rey."
Mereka terlibat obrolan ringan, membicarakan seputar sekolah dan pelajaran-pelajaran hari ini. Senyum Rey semakin mengembang ketika ia menyadari mood Teesha sedang berada di atas rata-rata. Sepertinya gadis itu sudah menyelesaikan satu permasalahan yang mengganggu nya selama ini dan Rey senang akan hal itu. Lihat, bukankah senyum Teesha sangat manis?
Tak lama, William dan Nayara datang. William sempat melirik Teesha yang melemparkan senyum dan melambai ke arahnya. Pria es itu ingin sekali tersenyum jika pria di sebelah Teesha tidak ikut tersenyum dan melambai ke arahnya.
William menempati kursi kebesarannya seperti biasa. Yang tak biasa hanya kini Nayara lah yang duduk disampingnya, bukan gadis karamel berisik yang biasanya ada di sampingnya.
Tak usah terlalu kau pikirkan soal Teesha, Wil. Gadis itu sedang asyik mengobrol dengan pria ash brown di sebelah sana. Bukankah mereka terlihat lebih akrab dari biasanya? Tidakkah kau penasaran, apa sebenarnya hubungan mereka saat ini?
William mendelik lalu mengeluarkan ponselnya, berusaha untuk tidak peduli dengan pemandangan di sebelah sana.
Kau yakin tidak mau mencari tahu, William? Ah, kalau begitu berhenti melirik ke arah mereka berdua. Kau sangat mencurigakan!
.
.
To be continued
Buat yang mau lanjutan dari chapter sebelumnya bisa DM aja ke instagram @Nympadoraaa ya, nanti aku kirim link nya disana soalnya ga bisa dikirim disini~
Oh iya, kalau berkenan mampir juga ke ceritaku yang judulnya Higheels Cinta Sang Cinderella di webnovel ya ?
Seperti biasa, jangan lupa tinggalin jejak. Jangan lupa komen dan kasih ulasan. Terima kasih ?
See you!