Minggu ini terjadi keributan di kantor. Tiba-tiba saja harga saham LTX jatuh tanpa ada yang tahu sebabnya. Semua direktur di kantor pusat uring-uringan dan segera mengadakan rapat darurat. Suasana di kantor menjadi tegang dan Finland tak bisa fokus pada pekerjaannya.
"Tamu-tamu yang sudah kita undang ke acara Bartz dua minggu lagi, banyak yang membatalkan reservasi." keluh Meilin. Tim Marketing mengadakan rapat mendadak karena perkembangan yang tidak terduga itu.
"Kita tidak mungkin memundurkan acara, semuanya sudah hampir siap." Ms. Fang menggebrak meja saking kesalnya. "Ketiga merek yang baru juga sekarang menunda proyek mereka dengan kita."
Finland tertegun. Kalau acara peluncuran produk baru Bartz ditunda, bagaimana mungkin ia bisa menang taruhan? Ini kesempatan sekali seumur hidup...
Ugh, memang hidup tak pernah adil padanya.
"Finland, maaf kami harus memintamu untuk menghubungi koneksimu di Hotel Continental dan menunda acara kita. Tim dari Bartz akan terbang ke sini besok dan membahas perubahan jadwal. Dalam kondisi darurat seperti ini, kita hanya akan mempermalukan diri untuk mengadakan acara besar-besaran yang tidak ada tamunya."
Finland ikut merasa panik. Kalau perusahaan tempatnya bekerja terancam seperti ini, jangankan ia bisa berhenti kerja sebulan lagi, yang ada mungkin justru ia akan kehilangan pekerjaan.
[Acara kami ditunda. Tolong beri tahu sekretarismu agar mengganti jadwalnya. Maaf, ada situasi darurat di perusahaan.]
Ia mengirim pesan kepada Caspar.
[Oke.]
Caspar membalas SMS Finland 5 menit kemudian. Jawaban singkat pemuda itu membuat Finland heran. Masakan Caspar tidak bertanya sama sekali kenapa acara sebesar itu bisa ditunda.. Apa dia memang semaha-tahu itu? pikir Finland.
[Kau tidak akan bertanya ada masalah apa?]
[Ada keributan di pasar saham?] jawab Caspar singkat. [Perusahaanmu mengalami kesulitan, dan banyak kontrak yang akan segera ditarik.]
Entah kenapa tiba-tiba Finland merasa bahwa pemuda itu ada hubungannya dengan jatuhnya saham LTX minggu ini.
[Apa ini ada hubungannya denganmu?]
[Mungkin] datang balasan dari Caspar. [Mungkin tidak.]
Brengsek, pikir Finland kesal. Kalau memang Caspar ada hubungannya dengan jatuhnya nilai saham LTX minggu ini, ia tidak bisa memaafkan pemuda itu. Ia tidak berhak seenaknya mempermainkan nasib hidup ratusan karyawan LTX hanya karena ia sedang ingin bermain-main.
Finland tiba-tiba ingat pandangan kesal Caspar di Restoran Moon Hotel Continental minggu lalu, saat ia dan Tony makan siang di sana. Apa Caspar mendengar ucapan Tony yang mengejek penampilannya saat itu? Itukah sebabnya ia bermain-main dengan nasib perusahaan kami?
Keningnya mengkerut... Minggu depan waktunya gajian dan dua minggu lagi seharusnya mereka menyelenggarakan acara untuk Bartz. Kalau situasi terus begini, bisa-bisa justru Finland akan kehilangan pekerjaan.
[Ugh... sayang sekali, aku harus mulai mencari pekerjaan baru. Kita juga tidak jadi taruhan.] tulisnya kesal. [Padahal aku sangat yakin bisa menang dan mengambil satu perusahaanmu.]
Caspar tidak membalas SMS Finland.
***
Keesokan harinya tanpa terduga situasi berubah. Finland datang ke kantor dan menemukan semua tiba-tiba menjadi super sibuk. Rombongan tamu dari Prancis, yang mewakili merek Bartz datang dengan suasana hati yang bagus dan mereka berkeras melanjutkan acara.
Kantor menjadi sangat ramai dan ada banyak hal yang harus segera dikerjakan. Finland hampir pusing mengikuti perkembangan keadaan karena kini Ms Fang memintanya kembali menjadwalkan acara di Hotel Continental seperti semula.
"Ada apa ini? Bukannya kemarin semua acara dibatalkan?" tanyanya bingung.
Tran mengangkat bahu.
"Tiba-tiba saja kemarin Direktur kita menerima banyak permintaan kerjasama dari Jerman, dan nilai saham kita naik lagi," jawabnya dengan nada yang juga bingung.
Finland menepuk keningnya. Sekarang ia benar-benar percaya bahwa Caspar memang melakukan sesuatu. Ini benar-benar mengerikan. Ia bisa dengan mudah mempengaruhi nasib suatu perusahaan dan ratusan karyawannya...
Ia lega karena pemuda itu bukan musuhnya.
[Terima kasih.]
Ia mengirim pesan singkat kepada Caspar. Lalu menelepon sendiri ke Hotel Continental untuk kembali menjadwalkan acara Bartz seperti semula.
"Selamat siang, bisa bicara dengan Manajer Park? Terima kasih."
[Kalau perusahaanmu bangkrut kita tidak bisa taruhan. Kemarin aku lupa.] jawab Caspar. [Mau kujadwalkan ulang semuanya?]
[Tidak usah. Terima kasih. Aku sudah menghubungi sendiri manajer Park. Aku tidak mau merepotkanmu lebih jauh.]
Finland menghela nafas. Ia tahu sekarang betapa berkuasanya Caspar. Bukan saja ia memimpin grup perusahaan Schneider yang besar dengan ratusan perusahaan, kalau mau ia juga sanggup menghancurkan perusahaan LTX hanya dengan mempengaruhi pasar saham. Tiba-tiba ia merasa kecil sekali.
Mau apa orang seperti Caspar dengan dirinya? Ia hanya seorang gadis yatim piatu yang mencoba bekerja dengan jujur dan mengumpulkan uang. Ia tidak mau terlibat dengan politik perusahaan seperti ini.
Finland kembali sibuk dengan pekerjaan. Ia tidak membalas pesan-pesan Caspar semingguan itu. Dalam hati ia sedikit marah karena perbuatan Caspar kemarin. Menurutnya orang yang punya kekuasaan seharusnya tidak menyalahgunakan kekuasaannya seperti itu.
Kalau bertemu lagi dengan Caspar ia akan mengomelinya, tapi Finland sekarang tidak ada waktu. Beberapa hari telah terbuang percuma karena krisis perusahaan yang mendadak kemarin.
Karena sibuk, waktu tanpa terasa berlalu begitu cepat. Dengan kerja keras tim marketing, semua persiapan yang sempat kacau berhasil diselesaikan dengan baik dan LTX pun siap dengan acara besar peluncuran produk terbaru Bartz di Asia Tenggara.
Tanggal 9, sehari sebelum acara besar mereka, Finland sangat bersemangat. Hari ini Jean akan pulang ke Singapura. Ia akhirnya dapat bertemu kembali dengan sahabatnya setelah 4 bulan. Suasana hatinya yang cerah terlihat oleh semua orang, hingga bahkan Meilin yang sudah lama tidak mengganggunya merasa tidak puas kalau tidak mengatakan sesuatu yang jahat.
"Malam ini sebaiknya kita gladi resik lagi untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik," katanya di tengah rapat terakhir. "Karena Finland yang bertanggung jawab untuk venue, sebaiknya dia yang ke sana malam ini."
Ugh.. Finland menoleh ke arah Ms. Fang agar dibebaskan dari tugas itu, ia sudah bekerja sangat keras selama dua minggu terakhir, hari ini ia ingin menjemput Jean di bandara sepulang kerja. Tetapi Ms. Fang hanya mengangguk.
"Tolong dicek untuk terakhir kalinya ya, Finland."
"Ke.. kenapa aku? Aku kan cuma karyawan percobaan. Aku bahkan belum lulus jadi karyawan tetap," keluhnya. "Apa kalian sungguh-sungguh akan menyerahkan tugas ini kepada orang seperti aku?"
Saat itu Anthony Wu masuk ke ruangan dan menyela, "Nanti malam aku akan mampir. Kita ketemu di venue ya, Finland."
Saat itu juga Finland teringat pandangan sebal Caspar saat melihat Tony dan ia segera berdiri panik, "Tidak usah.... Bos Tony percayakan saja semua kepadaku. Aku akan memeriksa persiapan akhir seorang diri. Aku merasa terhormat diberi tugas ini, karena artinya aku dipercaya oleh perusahaan."
Ia membungkuk hormat kepada Ms. Fang dan Tony dan teman-teman satu timnya. Wajahnya langsung berubah. Ia harus terlihat bersemangat akan tugas ini dan jangan membiarkan Tony mampir. Ia tak tahu kekacauan apa lagi yang akan timbul kalau Caspar melihat mereka berdua datang ke hotelnya malam ini.
"Kau yakin?" tanya Tony bingung.
"Iya, aku mohon percayalah kepadaku."
"Baiklah kalau begitu." Tony menoleh kepada Ms. Fang dan mengangguk. "Sebenarnya semua sudah beres, kan? Kita hanya perlu memastikan semua check list malam ini terpenuhi."
"Benar, Pak. Kita sudah siap untuk besok."
Finland menghela nafas dan kembali ke kursinya. Ia tak bisa mengirim pesan kepada Jean bahwa ia tak akan menemuinya di bandara, karena Jean pasti sekarang sedang terbang. Biarlah, mereka bisa bertemu besok.
Setelah pulang kerja, Finland segera membereskan barang-barangnya dan berangkat ke Hotel Continental. Ia sengaja mengikat rambutnya dan memakai masker. Ia tidak ingin bertemu Caspar di sana. Ia ingin menghindari masalah sedapat mungkin, sampai acara penting mereka berlangsung sempurna.
Karena tidak sempat makan malam, ia membeli sandwich untuk dimakan di hotel. Finland bekerja keras malam itu memastikan semua persiapan berlangsung dengan baik. Ia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi instruksi khusus kepada para staf dan usher untuk menyambut setiap tamu yang datang walaupun tidak memiliki undangan.
"Ingat, banyak orang kaya sekarang yang tidak suka formalitas. Penampilan mereka bisa terlihat biasa atau malah lusuh, tetapi uangnya banyak. Kalian harus bersikap sopan kepada semua orang dan menyambut siapa pun yang datang dengan ramah."
Para staf tampak saling pandang.
"Tapi Miss, acara kita besok sangat eksklusif dan ada banyak barang sangat mahal yang dipamerkan. Kalau kami membiarkan siapa saja masuk, bisa terjadi pencurian atau masalah besar lainnya," kata seorang staf dengan bingung.
"Tidak usah kuatir. Hotel Continental ini adalah hotel berkelas. Pengamanan dari mereka sendiri sudah cukup. Mereka tidak akan membiarkan orang sembarangan masuk ke dalam. Kalian fokus pada layanan tamu saja."
Setelah memastikan semua paham instruksinya, Finland segera pulang. Ia merasa lega karena tidak melihat Caspar di hotel sama sekali, namun demikian ia tidak melepas maskernya sampai ia yakin bahwa Caspar tidak melihatnya.
[Aku sudah sampai di apartemen. Ada macarroon Pierre Herme untukmu. Kapan mau diambil?]
Pesan dari Jean terlambat diterima Finland. Ia tadi sibuk sekali dan tidak melihat ponselnya selama di Hotel Continental.
[Maaf, aku sudah di rumah. Tadi aku sibuk sekali.]
[Makan malam denganku besok? Aku hanya mampir sebentar lho. Beberapa hari lagi aku ada job di Hong Kong.]
[Wahhh.. aku akan senang sekali. Tapi besok adalah acara penting perusahaan yang sudah aku kerjakan selama sebulan terakhir. Kalau kau tidak keberatan, mau datang ke acara kami? Ada makan malam gratis]
[Ahahaha.. kalau cuma makan malam sih, aku sanggup bayar.]
[Aku tahu. Tapi aku ingin kau datang dan melihat pekerjaanku. Aku ingin kau merasa bangga kepadaku.]
[Aku bangga kepadamu, Finland. Kau adalah orang paling mandiri yang aku tahu. Aku akan datang.]
[Yeay! Aku senang mendengarnya. Sampai jumpa besok.]
Finland hampir tidur ketika SMS terakhir dari Jean masuk ke ponselnya.
[Besok, apakah Caspar akan datang? Akhirnya aku bisa ketemu dia?]
Hmm... Finland sangat yakin bahwa besok Caspar akan datang, entah dengan penyamaran apa untuk memenangkan taruhan. Ia tidak tahu apakah sebaiknya ia menceritakan semua kepada Jean atau tidak. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing.