webnovel

Kuda-kudaan dengan Genderuwo

Ketika Amanah sudah begitu pasrah dengan akhir hidupnya. Ketika tangan besar genderuwo terus mengangkat tubuhnya sambil mencengkeram kepala Amanah dan terus menggeram.

Amanah sudah tiada punya hati dan hanya berusaha mendekap Si Bagus kecil. Berusaha melindungi buah hati putra pertamanya. Seakan ia rela berkorban, biar saja aku yang terluka asal anakku selamat. Begitulah sekiranya kata hati Amanah malam itu.

"Tolong jangan sakiti kami!" rengek Amanah penuh harap agar genderuwo mengerti akan bahasa kesakitan dari mimik muka Amanah yang sudah biru legam.

Tapi genderuwo adalah setan, tapi genderuwo tak punya hati dan pikiran. Genderuwo terus menggeram, seakan genderuwo ingin mencabik-cabik tengkorak kepala Amanah dengan cepat. Lalu membunuh Bagus dengan begitu sadis.

"Mas Kas maafkan Adek, maafkan aku tidak bisa melindungi anakmu. Mas Kas selamat tinggal dan maafkan aku tidak bisa mendampingi hidupmu lagi," Amanah terus menggerutu tidak jelas akan ketakutan dan kengerian sosok genderuwo pas di depan wajahnya.

Kepala Amanah mulai tergores kukuh tajam dari jari-jari genderuwo. Sehingga mengucurlah darah merah agak kental di sela-sela goresan. Semakin membuat Amanah semakin pusing dan mata berkunang-kunang dengan degum jantung tiada kepastian.

Saat Amanah mulai memasuki proses tak sadarkan diri. Saat itulah keajaiban dari Si Bagus kecil mulai bekerja. Mata Bagus mulai terbuka saat keningnya terkena tetesan darah sang Ibu. Secara tiba-tiba Bagus mengeluarkan air seni begitu deras dan kencang pas mengenai wajah genderuwo.

Tur...,

Genderuwo melepaskan kepala Amanah berlari serta berjingkrak tak karuan. Sebab tengah kesakitan oleh wajahnya yang terbakar. Genderuwo terus menutup wajahnya sambil menggeram dan menghardik-hardik tiada jelas.

Tubuh Amanah yang semula di angkat oleh cengkeraman tangan besar genderuwo. Kini terkulai di lantai tak sadarkan diri. Tinggallah Si Bagus kecil yang turun dari gendongan Amanah. Malah merangkak menuju sosok genderuwo yang terus berjingkrak kesakitan.

Hehehe, he he,

Tawa Bagus khas selayaknya sosok bayi berkelakar sambil mengoceh tiada jelas. Terus merangkak menuju sosok genderuwo. Tanpa genderuwo sadari kalau Bagus sudah berada tepat di bawah kakinya. Terus mengikuti langkahnya sambil terus tertawa.

Nyem, nyem, nyem, nyem,

Bagus terus mengoceh sambil melongok ke atas. Melihat genderuwo tengah kesakitan akibat wajahnya terbakar oleh air kencing Bagus. Wajah Bagus seakan begitu sinis menatap genderuwo. Dalam hati Si Bagus kecil berkata, awas kau ya sudah membuat sakit Ibu.

Tangan kecil Bagus meraih jempol kaki genderuwo sambil tersenyum cengar-cengir. Seakan ia merencanakan sesuatu untuk menghajar genderuwo hingga babak belur.

He he,

Terdengar Bagus bergumam lirih dengan tawa kecil mengejek. Genggaman kecil Bagus akhirnya Menggenggam jempol kaki genderuwo. Sekali ayunan ke kiri tubuh genderuwo terpelanting ke kiri. Seakan tubuh tinggi besar ke atas lantai kamar dengan keras oleh tangan mungil Bagus.

Bak,

Yeyeye, lalalah, hoye,

Tawa renyah Si Bagus kecil begitu menikmati akan jatuhnya genderuwo membentur lantai. Genderuwo semakin kesakitan mencoba untuk berdiri kembali.

Tapi entah bagaimana ceritanya, Si Bagus kecil sudah berada di bawahnya. Saat genderuwo telah bangkit lagi dan seperti akan mengulanginya lagi. Untuk membanting genderuwo, tangan mungil Bagus kembali memegang jempol kaki genderuwo.

Sekarang berbalik keadaan, genderuwo yang semula begitu beringas serta menyeramkan. Wajahnya kini berubah ibarat rumahan tengah dimarahi sang majikan begitu ketakutan.

He he,

Kembali tawa seringai Bagus begitu lues. Seakan ia memiliki mainan baru dari ayah hadiah ulang tahunnya. Seketika dengan sekali ayunan kembali. Tubuh genderuwo terbanting, namun kali ini Bagus bukan hanya sekali membanting tubuh genderuwo. Tapi membantingnya berkali-kali dengan cara membolak-balik tubuh genderuwo dengan bantingan ke kanan dan ke kiri.

Bak, bak, bak, bak,

Ye, yeye, ain, ain,

Si Bagus kecil tampak kegirangan, seakan ia ingin terus bermain. Bermain dari acara banting-membanting tubuh genderuwo berulang kali. Tak puas sampai pada membanting, Bagus merayap sambil merangkak ke atas tubuh genderuwo yang tengah dalam posisi tengkurap di atas lantai.

Dengan celoteh tak jelas, Bagus mulai menjambak rambut genderuwo. Seakan Bagus sedang bermain kuda-kudaan dengan sebuah mainan dari kayu berbentuk kuda.

"His, cak, hem, hae, hae," celoteh Bagus menirukan suara pada film koboi yang pernah iya lihat pada salah satu Channel Youtube di HP Ayahnya.

Sementara itu genderuwo berteriak dengan geraman kesakitan. Sebab rambutnya yang ditarik oleh dua tangan kecil Bagus. Tampak terlihat separuh terkelupas, hingga terlihat tempurung kepalanya.

Bagus tampak sangat menikmati sekali, bermain kuda-kudaan di atas punggung genderuwo. Sambil berdiri dan meloncat-loncat kegirangan serta tetap menjambak rambut genderuwo. Bagus terus bermain layaknya koboi sungguhan.

Tanpa ia sadari ruh dari almarhum Kakek Buyut Dalang Sakri tengah tertawa geli. Duduk di atas sofa samping Bagus menyiksa genderuwo. Ruh dari Kakek Buyut Dalang Sakri sangat terhibur oleh tingkah kocak cicitnya tersebut. Sehingga wajah tuanya sangat berseri-seri sambil tertawa terpingkal-pingkal.

"Cucu kakek memang beda, hahaha...," tawa Kakek Buyut Dalang bahkan sampai mau menangis. Tetapi sebab beliau ruh tak bisa mengeluarkan air mata. Kakek Buyut hanya bisa tertawa puas melihat Bagus bermain kuda-kudaan di atas punggung genderuwo.

Si Bagus kecil yang mengetahui kalau sosok ruh Kakek Buyut Dalang Sakri datang. Lantas melepaskan cengkeraman rambut genderuwo. Mulai merangkak menuju Kakek Buyut lalu meraih kaki Kakek Buyut meminta untuk di gendong.

"Sini-sini sayang, cicit Kakek yang hebat dan pemberani," ucap Kakek Buyut Dalang Sakri memuji kehebatan Si Bagus kecil seraya menggendongnya.

Kakek Buyut terlihat mengacungkan satu jari telunjuk dari tangan kanannya. Tiba-tiba keluarlah satu sorot sinar cahaya terang, lurus pas jatuh di tengah-tengah kepala genderuwo.

Duar,

Sosok genderuwo akhirnya terbakar setelah beberapa saat seperti terdengar ledakan dari letupan Api. Tubuh genderuwo semakin lama-semakin terbakar. Namun anehnya api yang membakar genderuwo berwarna hitam. Apalagi api tidak menjalar ke mana-mana , seakan api diperintah Kakek Buyut untuk membakar sosok genderuwo saja.

Genderuwo sudah terbakar habis menjadi Abu dibarengi tepuk tangan kemenangan oleh Bagus. Seakan Bagus ketagihan bermain dengan cara menyiksa genderuwo. Bagus memberi isyarat pada Kakek buyutnya, dengan wajah memelas ingin menangis. Agar di hadirkan lagi sosok genderuwo lain. Bermaksud agar dapat bermain kuda-kudaan lagi.

"Hust, jangan aneh-aneh kamu Bagus. Genderuwo bukan boneka Teddy Bear. Genderuwo itu setan sayang bukan mainan," ucap Kakek Buyut Dalang berdiri dari kursi pojok kamar dan perlahan berjalan menuju tempat tidur.

Kakek Buyut terlihat meletakkan Si Bagus kecil di samping Amanah yang ternyata telah terlebih dahulu dibaringkan di atas kasut oleh Kakek Buyut. Luka di kulit kepala Amanah jua sudah hilang, sebab beberapa saat lalu. Saat Bagus terlaku asyik bermain dengan menyiksa genderuwo.

Kakek Buyut Dalang Sakri saat itu mengambil kesempatan untuk memulihkan luka di kepala Amanah.

"Sttz, bobok ya cucuku, besok jangan kamu ceritakan apa yang kau lakukan tadi. Belum saatnya namamu keluar ke permukaan. Terlalu riskan bila itu terjadi. Jadi Cucuku sayang. Sekarang lebih baik tidur ya sayang," ucap Kakek Buyut sambil mengusap punggung Bagus agar iya tertidur.

Benar saja cara Kakek Buyut memang benar-benar ampuh. Si Bagus kecil kembali tertidur di samping Amanah. Lalu sosok Kakek Buyut Dalang Sakri pergi dengan jalan menembus tembok kamar Amanah. Sambil melambaikan tangan pada Amanah dan Bagus. Sosok Kakek Buyut Dalang Sakri perlahan menghilang.

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Manusia lebih tinggi derajatnya dari setan tidak perlu takut

Bagus_Effendikcreators' thoughts