webnovel

Macan Kumbang

Hampir subuh di desa Mojokembang, sudah tampaklah beberapa pengendara roda dua melintasi jalan utama. Beberapa orang penghuni desa dari generasi tua sudah mulai keluar rumah. Berjalan menuju Musala dengan sajadah dan tasbih di tangan mereka.

Shalawat Tarhim mulai bergema indah menandakan saat subuh hendak digelar. Untuk sekedar memberitahu penduduk desa, agar terbangun dari lelapnya. Mengambil air wudu lalu bergegas menuju Musala-Musala terdekat dari rumah mereka.

***

Sholawat Tarhim

Ash-shalaatu was-salaamu 'alaiyk

Yaa imaamal mujaahidiin yaa Rasuulallaah

Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik

Yaa naashiral hudaa yaa khayra khalqillaah

Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik

Yaa naashiral haqqi yaa Rasuulallaah

Ash-shalaatu was-salaamu 'alaaik

Yaa Man asraa bikal muhayminu laylan nilta maa nilta wal-anaamu niyaamu

Wa taqaddamta lish-shalaati fashallaa kulu man fis-samaai wa antal imaamu

Wa ilal muntahaa rufi'ta kariiman

Wa ilal muntahaa rufi'ta kariiman wa sai'tan nidaa 'alaykas salaam

Yaa kariimal akhlaaq yaa Rasuulallaah

Shallallaahu 'alayka wa 'alaa 'aalika wa ashhaabika ajma'iin

Artinya: Shalawat dan salam semoga tercurahkah padamu

duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulullah

Shalawat dan salam semoga tercurahkah padamu

duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik

Shalawat dan salam semoga tercurahkah atasmu

Duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah

Shalawat dan salam semoga tercurahkah padamu

Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi

Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur

Semua penghuni langit melakukan Shalat di belakangmu

dan engkau menjadi imam

Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha karena kemuliaan-Mu

dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu

Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah

Semoga Shalawat selalu tercurahkah padamu, pada keluargamu dan sahabatmu.

***

Begitulah Shalawat Tarhim dikumandangkan merdu mengalun syahdu. Membuat irama ritme-ritme rindu akan Nabiyalah Muhammad SAW.

Mata Amanah tampak membuka perlahan-lahan. Seakan tubuhnya terasa pegal-pegal semua. Setiap persendian di tubuhnya seakan remuk-remuk. Pandangannya tertuju pada Si Bagus kecil yang masih meminum asi dari susu Amanah.

"Alhamdulillah kau masih di sampingku ganteng. Lalu siapa semalam yang menolongku, bukankah semalam ada satu makhluk mengerikan berwujud setan genderuwo. Apa aku hanya bermimpi? Ah tidak seingatku semalam adalah kenyataan," gerutu Amanah mengucap syukur setelah melewati malam teramat berat dan mengerikan. Namun tetap bertanya-tanya akan kebenaran peristiwa semalam.

Tangannya meraih mulut Bagus untuk melepasnya dari meminum asi susunya. Membenahi selimut Bagus yang sempat terbuka. Sambil memeriksa kaki dari anaknya. Sebab semalam seingatnya kaki dari Bagus tergores dan berdarah oleh tarikan tangan genderuwo.

"Alhamdulillah tidak ada luka lagi, tapi bagaimana bisa. Bukankah semalam kaki anakku berdarah-darah. Bukankah semalam kepalaku juga berdarah lalu aku tak sadarkan diri kembali. Siapa sebenarnya yang menolongku malam tadi? Tetapi siapa pun iya, tentu iya adalah utusan Allah untuk menolong umat Rasullah. Terima kasih Allah, terima kasih Nabiku Muhammad SAW. Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa didunia ini," ucap Amanah bicara sendiri dalam suasana sepi kamarnya.

Setelah memastikan semua baik-baik saja Amanah menuruni tempat tidurnya. Bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu. Tidak lupa Amanah memberi pembatas guling pada kedua sisi Bagus terbaring. Agar jikalau Bagus bergerak dalam tidurnya tidak terlalu jauh. Sebab ada pembatas pada sisi-sisinya yang dapat ia peluk.

"Hari ini masih Sabtu pagi ya, Mas Kas nanti sore pulang ini. Alhamdulillah nanti kita berkumpul kembali sebagai keluarga utuh setelah seminggu kita berpisah ya Mas," ucap Amanah saat melihat kalender yang terpampang di ruang tengah. Berbicara dengan dirinya sendiri dengan hati selalu menahan rindu pada sang suami.

Langkah Amanah gontai terasa lelah, tubuhnya seakan berat untuk diajak berjalan. Tapi tetap iya paksakan menuju kamar mandi untuk mengambil wudu. Sampai di depan kran air. Pas di samping pintu kamar mandi, Amanah mulai memutar pegangan kran perlahan. Seketika air mengucur deras dari ujung moncong kran.

Mulai dari telapak tangan sampai sela-sela jari-jemari. Mulai Amanah basuh dengan segarnya air wudu. Hingga urutan demi urutan sesuai yang disyariatkan syarat syah berwudu Amanah lakukan dengan teliti. Tak lupa doa berwudu dan setelah wudu iya panjatkan kembali sebuah doa mengusaikan wudu.

Belum sempat Amanah menoleh kembali untuk melanjutkan melangkah menuju kamarnya. Bahkan kran jua belum sempat iya matikan. Ada suara raungan semacam suara harimau dari dalam kamarnya.

Amanah terpikir anaknya Si Bagus kecil yang berada di kamar sendirian. Bergegas ia mematikan kran air dengan cepat lalu berlari walau tertatih menuju kamar.

"Astagfirullah apa lagi ini. Ya Allah lindungilah putraku," teriak Amanah sambil berlari ke arah kamarnya.

Bak,

Suara pintu terbanting oleh Amanah. Betapa kaget Amanah saat melihat putranya telah berada di atas lantai samping tempat tidur. Lebih mengagetkan lagi Bagus tengah bermain dengan sosok seekor macan kumbang hitam besar yang duduk bersimpuh di samping Bagus.

Amanah begitu syok namun dalam hatinya jua merasa begitu ketakutan. Amanah sangat khawatir kalau sosok seekor macan melukai putranya. Dalam benak amanah jua terus bertanya-tanya, kenapa ada macan di kamarku? Sudah pasti macan ini adalah sosok jin atau setan yang menjelma.

Tapi Bagus tampaknya tidak terganggu akan kehadiran sosok macan kumbang jelmaan. Bagus terus asyik bermain sendiri dengan beberapa mainannya yang ia ambil dari wadah mainan di samping almari pakaian.

Bahkan sosok macan seperti menemani Bagus bermain. Sesekali tangan si macan meraih satu mainan didekatkannya pada Bagus. Lalu Bagus malah bersorak kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya.

"Aduh anakku sayang, kenapa kamu malah begitu gembira ditemani macan jadi-jadian?" gerutu Amanah perlahan mendekat ke arah Bagus berniat mengambil Bagus tanpa sepengetahuan macan kumbang jadi-jadian.

Tiba-tiba sayup-sayup lantunan lafaz azan terdengar mengalun dari arah Musala belakang desa. Azan subuh sudah bergema menandai pagi akan segera datang dan Fardu dua rakaat subuh harus dilaksanakan.

***

اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ ، أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ

Asyhadu allaa ilaaha Illalah, Asyhadu alla ilaaha Illalah

اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu Anna Muhammadar Rosuulullah, Asyhadu Anna muhammadar rosuulullah

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ ، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Hayya 'alash shalaah, Hayya 'alash shalaah

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Hayya 'alal falaah, Hayya 'ala falah

ااَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ ، اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ

Ash-Shalaatu khairum-minannaum, Ash-Shalaatu khairum-minannaum

للهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر لاَ إِلَهَ إِلاَّالله

Allahu akbar, Allahu kabar laa ilaaha ilallah

***

Tiba-tiba macan kumbang hitam tampak berdiri dari bersimpuh. Amanah sempat khawatir kalau kejadian semalam terulang lagi. Saat Bagus hendak diculik sosok genderuwo. Namun di luar dugaan macan kumbang tiada melakukan apa pun. Malah dia beranjak pergi menjauh dari Bagus lalu menghilang menembus tembok sisi sebelah jendela.

"Ibu, Ibu, Ibu," celoteh Bagus sambil mengarahkan kedua tangannya ke arah Amanah seakan iya meminta gendong pada Amanah.

Buru-buru Amanah mencomot Bagus lalu menggendongnya ke atas kasur. Alhasil Amanah Shalat di atas kasur, sebab Amanah tidak ingin meninggalkan buah hatinya lagi. Takut hal-hal aneh akan terjadi kembali kepada putra semata wayangnya tersebut. Setela Shalat subuh dirampungkan oleh Amanah. Betapa terkejutnya Amanah mendapati Bagus sudah tidak ada di sampingnya lagi.

"Tidak...! Anakku, kemana kau Nak" teriak Amanah kebingungan.

Like it ? Add to library!

Sikapi dengan baik salam membaca ambil positifnya saja

Bagus_Effendikcreators' thoughts