webnovel

Perjodohan

Malam telah tiba, ini adalah saat yang mendebarkan bagi Pamela.

Malam ini Drak dan ibunya akan datang.

Walau Pamela sudah melihat wajah Drak, akan tetapi perasaan Pamela masih tak tenang.

Dia takut Drak akan mencacinya seperti Brandon. Kendati wajahnya juga sudah cantik sempurna saat ini. Namun perasaan trauma akan kehidupannya di dunia manusia tak bisa membuatnya nyaman.

"Camelia, jujur aku sangat gugup, bagaiamana kalau Drak tidak menyukaiku?" tanya Pamela.

"Kenapa, Tuan Putri, bicara begitu? Bukankah memang sejak awal kalian itu tidak saling mencintai, dan semua ini hanya demi perintah sang Ratu?" sahut Camelia.

"Yang kamu maksud itu Ximana, bukan aku!" protes Pamela.

Camelia mengernyitkan dahinya.

"Maksudnya apa?" tanya Camelia, "jangan bilang kalau, Tuan Putri, menyukai Pangeran Kejam, itu!" ujar Camelia.

Pamela tersipu malu, namun masih ada guratan ketakutan di wajahnya.

"Pangeran Kejam itu sangat tampan, tidak dapat kupungkiri," tukas Pamela.

"Apa?!" Camelia menggelengkan kepalanya seraya berdecak heran.

Entah bagaimana bisa Pamela malah menyukai Pangeran Drak.

Camelia takut jika hal ini akan membuat Pamela menjadi lemah.

"Tuan Putri, aku yakin Anda hanya kagum dengan ketampanan pria itu, tidak mungkin Anda sampai menyukainya, 'kan?" ujar Camelia.

"Hei, kenapa kamu bilang begitu? Aku itu benar-benar menyukainya. Ya ... mungkin ini yang di sebut cinta pada pandangan pertama," tukas Pamela.

"Tapi dia itu—" Pamela memotong kalimat Camellia.

"Ya, walau aku menyukainya bukan berarti dia juga menyukaiku, 'kan? Terlebih aku ini hanya wanita jelek!" ujar Pamela.

"Anda, memeng jelek, tetapi wajah Anda yang sekarang itu cantik! Anda tidak perlu merendah. Dan saran saya, Anda juga tidak boleh terbawa perasaan tehadap pria itu. Percayalah itu bukan cinta pada pandangan pertama, akan tetapi itu hanya perasaan kagum karena wajah tampannya. Dan percayalah pula jika Tuan Putri sudah tahu betapa menyebalkannya sikap pria itu, pasti Anda juga akan membencinya." Tutur Camelia mengingatkan Pamela.

Dan Pamela pun hanya terdiam seraya mencerna ucapan dari Camelia.

Mungkin apa yang dikatakn oleh wanita paruh baya itu benar.

Lagi pula sejak awal dia tidak setuju dengan perjodohan ini, namun begitu melihat penampilan Drak hatinya benar-benar meronta.

Dia tidak bisa memungkiri betapa tampannya pria itu. Kalau dijodohkan dengannya, itu sebuah keberuntungan bagi Pamela.

Karena di mana lagi dia bisa dekat-dekat dengan pria yang berwajah tampan di atas rata-rata, apalagi sampai menikah, ini suatu keajaiban. Tidak seperti di dunia manusia Pamela selalu dijauhi.

Walau dia tahu jika pada akhirnya, Drak hanya akan memanfaatkan dirinya.

Dan mungkin akan berbuat jahat kepadanya, seperti Barandon. Namun Pamela tak peduli, dia yakin dengan melihat wajah Drak setiap hari saja, hatinya akan senang.

Hanya saja Camelia terus memaksanya untuk melupakan perasaannya terhadap Drak.

Ini terasa berat bagh Pamela.

***

"Saya sudah selesai merias dan menata rambut Anda, Tuan Putri, mari saya antarkan keluar," ucap Camelia.

"Baiklah," Pamela beranjak dari kursi rias di kamarnya.

Mereka berjalan menuju meja makan.

Dan sesampainya di sana, aneka makanan sudah tertata rapi.

Tampak Ratu Vivian yang sudah duduk di kursi meja makan. Dan beberapa orang kepercayaan sang Ratu juga ikut duduk di sana.

"Wah, putriku sangat cantik," puji Ratu Vivian.

"Terima kasih, Bu," sahut Pamela dengan sopan.

Kemudian dia duduk dengan anggun.

Sesaat Vivian menatap putrinya dengan ekspresi bersedih.

Sebenarnya dia tidak rela menikahkan putrinya dengan putra dari Ratu Marigold.

Namun dia juga tidak mau kehilangan sang Raja untuk selama-lamanya, ditambah lagi dia juga tidak mau hidup para rakyatnya akan sengsara akibat ditindas oleh Ratu Marigold.

"Ibu, kenapa melamun? Ibu, menangis?" tanya Pamela.

Ratu Vivian segera menyeka air matanya.

"Maafkan Ibu, Sayang. Ibu memang kejam kerena sudah menjodohkan kamu dengan pria yang sama sekali tidak kamu cintai. Bahkan jauh dari kata pantas untukmu. Tapi semua ini terpaksa, Sayang," tukas Ratu Vivian dengan air mata berderai.

"Ibu, jangan bersedih. Aku tidak masalah kok kalau harus dijodohkan dengan pria itu. Justru aku malah senang!" ucap Pamela dengan penuh antusias.

"Maksudnya?" Ratu Vivian benar-benar syok mendengar pernyataan putrinya. Setahunnya Ximana itu selalu menentangnya. Bahkan untuk membahas tentang perjodohannya saja, tak jarang Ximana akan marah dan berbicara dengan nada kasar terhadap Vivian.

Namun Ximena yang sekarang benar-benar berbeda.

Dia malah bersemangat dengan perjodohannya ini. Bahkan tak ada guratan kesedihan di wajahnya.

'Kenapa putriku bisa berubah seperti ini? Aku tidak tahu harus merasa senang atau bersedih? Mungkin kalau dia terus bertingkah tidak sopan seperti biasanya, aku juga tidak akan merasa bersalah seperti ini. Namun dengan dia yang berubah menjadi putri yang baik dan anggun, aku benar-benar tak rela bila harus kehilangan dia.' Bicara Ratu Vivian di dalam hati.

Lamunan itu terbuyarkan ketika seorang pengawal menghampirinya dan memberitahunya bahwa Ratu Marigold dan Pangeran Drak sudah datang.

"Ratu, mereka sudah datang," ujar Pengawal itu.

"Suruh mereka masuk!" ujar Ratu Vivian.

"Baiklah, Ratu," jawab Pengwal itu.

Tak lama Ratu Marigold dan putranya mulai memasuki ruang makan.

Suasana mendadak senyap, wajah Ratu Vivian tampak menyimpan kekesalan.

Namun dia berusaha untuk tetep tenang.

Sementara Pamela menundukkan kepalanya, namun sesaat dia melirik ke arah Drak.

Pria itu benar-benar sempurna, dia terlihat berkali-kali-lipat lebih tampan dari kemarin.

Pakaian ala istana dan mahkota yang ada di kepalanya membuat Drak terlihat gagah.

'Ini mirip cerita di negri dongeng, aku seorang putri cantik yang akan menikah dengan pangeran tampan,' batin Pamela sambil tersenyum samar.

Drak dan Marigold duduknya di kursi mereka.

Lalu dengan senyuman ramah namun mengandung arti buruk, Marigold menyapa calon besannya.

"Hai, Ratu Vivian, bagaimana kabarmu?" tanya Marigold.

"Baik." Jawab Vivian dengan singkat.

"Cobalah untuk bersikap ramah kepadaku, sebentar lagi kita ini akan menjadi keluarga. Atau kamu mau membatalkan perjodohan ini?" tanya Marigold dengan nada menyindir.

Ratu Vivian tak menanggapinya, dan masih terdiam, serta matanya fokus pada makanan yang ada di depannya.

Ratu Marigold melanjutkan ucapannya.

"Aku mau saja membatalkan perjodohan ini, tapi aku juga akan membunuh suamimu! Dan jangan harap setelah ini Negri Violet akan baik-baik saja," ancam Ratu Marigold.

Ratu Vivian membuka kedua matanya lebar-lebar, dia sudah tak tahan untuk menghajar wanita yang ada di hadapannya, namun dia tidak bisa melakukan itu.

"Bu, sudahlah. Jangan membuat suasana meja makan jadi tidak nyaman. Bukankah niat kita datang kemari itu untuk hal baik?" tukas Drak.

"Ah, ya ... kau benar, Sayang," ujar Marigold seraya tersenyum ramah. Netra wanita itu kembali mengarahkan pada Ratu Vivian yang tengah menunduk.

Bersambung ....