webnovel

Bertemu Dengan Pangeran Drak

Dengan sayap itu, Pamela terbang bersama dengan Camelia.

Mereka keluar dari area istana Violet, dan pergi menuju istana Lacuna Dark.

Sepanjang perjalanan itu Pamela tidak henti-hentinya berdecak kagum.

Terbang di atas awang-awang dan menembus gumpalan awan yang  membuat tubuh mereka menjadi berembun.

Dari atas sana, pemandangan benar-benar terlihat sempurna. Sangat indah.

"Ya, Tuhan! Aku tidak pernah membayangkan akan hal ini!" ucap Pamela dengan ekspresi yang takjub.

"Tuan Putri, itulah istana Lacuna Dark!" tukas Camelia seraya menunjuk tempat yang di maksut.

Pamela terdiam sesaat melihatnya dari kejauhan. Dari semua tempat yang terlihat indah, hanya tempat yang ditunjuk oleh Camelia, yang terlihat buruk.

Lacuna Dark, dia pikir tempat yang indah pula seperti Negri Violet, namun pada kenyataannya jauh dari kata indah. Tempatnya benar-benar gelap. Bisa dibilang sangat menyeramkan. Dari kejauhan saja Pamela dapat merasakan hawa yang tidak enak.

Kemudian Camelia mengajak Pamela turun, dan mereka berubah menjadi kupu-kupu yang hinggap di atas pohon.

Dari pohon itu mereka dapat melihat keadaan istana dan rakyat-rakyatnya dari jarak dekat.

Dedaunan  terlihat hitam, dan tampak para penduduk yang berlalu-lalang menggunakan pakaian yang serba hitam pula.

Negeri itu hampir mirip gumpalan asap dengan tumpukan manusia berwajah pucat.

"Camelia, wajah mereka terlihat menyeramkan, apa kau yakin pangeran dan ratunya  berwajah rupawan?" tanya Pamela terhadap si Pelayan. "Atau jangan-jangan kau akan menipumu lagi ya, dengan mengatakan pria yang menjadi jodohku itu sangat tampan?"

Camelia segera menyangkal tuduhan  sang Putri.

"Tentu saja tidak, Tuan Putri! Mana mungkin saya berbohong!" sahut Camelia.

"Lalu mana buktinya? Jelas-jelas orang-orang di sini berwajah jelek sepertiku! Bagaimana bisa mereka memiki Pangeran yang sangat tampan?" protes Pamela.

"Tuan Putri, jelek?" tanya Camelia dengan raut heran.

"Ya, aku jelek ...." Pamela menundukkan kepalanya.

"Ah ... Tuan Putri ini selalu merendah," ujar Camelia.

"Kamu tidak percaya?" tanya Pamela.

"Tentu saja tidak, aku yakin semua wanita itu cantik, hanya saja kecantikan mereka berbeda-beda," jawab Camelia.

"Apa perlu aku memamerkan wajah asliku di depanmu?" tanya Pamela.

"Ah, tidak perlu, aku bisa melihatnya dengan mata-batinku," jawab Camelia. Lalu wanita itu memejamkan matanya, dan mulai membaca mantra.

Camelia penasaran dengan wajah Pamela yang  asli, setelah membaca mantra, ia mulai membuka matanya lagi. Tampak wajah Pamela yang sesungguhnya.

"Astaga!" Camelia begitu kaget melihatnya.

"Camelia, kenapa?" tanya Pamela.

"Ah ... tidak, Tuan Putri!" jawab Camelia seraya menggelengkan kepalanya.

Akan tetapi dalam hati Camelia berkata, 'wajah aslinya benar-benar jelek,'

"Wajahku jelek sekali, ya?" tanya Pamela memastikan.

"Ti-ti-dak! Tidak jelek, kok!" jawab Camelia yang penuh dengan kebohongan.

Dan tak berselang lama ada seorang Prajurit dari kerajaan itu yang mencurigai keberadaan mereka berdua.

"Hei, lihatlah dua kupu-kupu itu!" ujar si Prajurit memberi tahu kepada Prajurit yang lainnya.

"Wah, penampilannya benar-benar mencurigakan!" ujar Prajurit yang kedua.

"Jangan-jangan dia penyusup, karena di sini tidak ada kupu-kupu yang berwarna cerah seperti itu!" ujar Prajurit yang  pertama.

Melihat para Prajurit yang mulai mencurigai keberadaan mereka, Camelia dan Pamela langsung mengambil ancang-ancang untuk pergi. Namun seseorang menghentikan mereka.

"Berhenti!" terdengar suara maskulin mengarahkan pada kedua wanita itu.

Pria yang telah menghentikan mereka, mengayunkan tongkat yang ada di tangannya, dan seketika keduanya berubah menjadi manusia.

Pamela dan Camelia benar-benar panik. Namun ketika menatap wajah si pria, Pamela langsung mematung.

Wajah pria itu benar-benat tampan.

Tubuhnya tinggi kekar dan terlihat perkasa, dengan kulit coklat yang eksotis.

Alisnya hitam tebal, hidungnya mancung, dan sorot matanya yang begitu tajam terlihat sempurna dengan bulu-bulu lentik yang memperindah.

Dua bola mata biru memancar, dan seakan merenggut jantung Pamela.

"Tuan Putri, dia adalah Pangeran Drak," bisik Camelia pada Pamela.

Seketika kedua mata Pamela melotot tajam, tak sadar bibirnya terbuka karena saking takjubnya melihat ketampanan pria itu. Baru kali ini dia melihat pria tampan namun berbeda, bahkan Brandon pun tidak ada apa-apanya dibandingkan Drak.

"Hei, kamu ... kan?" Pangeran Drak menunjukkan kearah Pamela. Dia sudah beberapa kali melihat Ximena, meski mereka tidak berhubungan dengan baik. Namun Drak mau menuruti permintaan ibunya untuk menikah dengan Ximena.

"Kalian mau apa datang kemari? Apa tujuan kalian?" tanya Drak dengan suara tinggi. Pamela sampai tersentak mendengarnya.

"Iya! Maaf!" jawab Pamela secara reflek. Tentu saja jawabanya tidak sesuai.

Drak tampak heran mendengar kata 'maaf' dari mulut Ximena.

Setahunya Ximena adalah prempuan yang kasar dan selalu memakinya, serta tak pernah sedikitpun  bersikap manis, apalagi sampai memasang wajah ketakutan seperti ini.

Pernah suatu ketika, dia bertemu dengan Ximena di sebuah hutan. Drak sedang berburu dengan para pengawalnya.

Waktu itu mereka tidak sengaja bertabrakan, dan Ximena malah memaki-makinya. Alih-alih meminta maaf kepada Drak, karena dia sudah berlari tanpa perhitungan, Ximena malah mambuat Drak yang seolah-olah bersalah.

Waktu itu Ximena terbang tanpa arah, karena sedang berlari dari kejaran Ratu Vivian. Seperti yang diketahui, jika pergaulan Ximena sangat dibatasi, dan tidak boleh keluar area istana sendirian.

"Kalau berjalan lihat-lihat!" bentak Pangeran Drak.

"Kamu yang tidak punya mata! Tidak lihat aku sedang buru-buru!" sengut Putri Ximena.

"Dasar, Tuan Putri, yang tidak punya tata krama!" cerca Pangeran Drak.

"Masa bodo! Bukan urusanmu!" sahut Ximena.

"Akan menjadi urusanku karena sebentar lagi kita akan menikah!" ujar Drak.

"Tidak akan mungkin!" tegas Ximena.

Kemudian wanita itu langsung menendang kaki sang Pangeran, dan dia terbang

ke udara dengan sayapnya.

"Kurang ajar! Kalau bukan karena Ibu, aku sudah membunuh gadis itu!" ujar Drak menahan amarah.

Netranya mengarah pada Ximena yang sudah terbang menjauh.

"Kalau dia bisa terbang kenapa harus berjalan? Kalau dia terbang sejak tadi, kami tidak akan bertabrakan! Ah ... aku tidak bisa membayangkan kalau aku sampai menikah dengan gadis seperti itu!" ucapnya yang geram.

Drak pada saat itu benar-benar kesal, hanya saja dia harus menahan emosi demi kebaikan kerajaan Lacuna Dark.

***

Drak mengerjapkan matanya dengan cepat.

Karena membayangkan kejadian itu, tak sadar sampai melamun.

"Pangeran, kami pergi dulu, ya?" ujar Pamela meminta izin.

"Tunggu! Kalian belum mengatakan apa tujuan kalian datang kemari?" tanya Drak.

"Emm ...." Pamela tampak berpikir keras. Dan Camelia pun langsung menyerobot dialog keduanya.

"Pangeran, kami datang kemari hanya ingin berkunjung saja, terlebih sebentar lagi kalian akan segera menikah," tutur Camelia.

Drak dapat menerima pernyataan Camelia.

Dan dia juga tidak bisa marah sekarang, mau tidak mau dia harus tetap berlaku baik terhadap Ximena, walau dia sangat kesal.

"Kalau begitu, izinkan kami pergi ya, Pangeran," pinta Pamela dengan sopan.

Drak memberikan jawaban dengan anggukan kepalanya.

"Baiklah!" ucapnya.

Tanpa berpikir panjang, mereka berdua kembali berubah mejadi kupu-kupu.

Dan mereka terbang meninggalkan kawasan Lacuna Dark.

Pangeran Drak menatap kepergian dua kupu-kupu itu dengan nanar.

*****

Beberapa saat kemudian Camelia kembali mengubah Pamela menjadi manusia lagi, namun di punggungnya masih ada sayap, mereka terbang mengitari taman istana Violet.

Pamela benar-benar bahagia, akhirnya dia bisa merasakan terbang seperti para serangga peri yang ada di taman ini.

Bersambung ....