webnovel

Berbohong Itu Berat

Makan malam ini hanya sebagai formalitas, nyatanya Ratu Vivian sama sekali tidak menikmatinya.

Dan Marigold merasa senang melihat ketidak-nyamanan Ratu Vivian.

"Drak, lihat calon istrimu, Nak, betapa cantiknya dia!" ujar Marigold seraya melirik kearah Pamela.

Seketika Pamela tersipu malu. Drak melihat gelagat Ximena yang salah tingkah itu.

Drak merasa heran, karena ini bukan seperti Ximena yang ia kenal.

Senyuman yang berusaha ditutupi oleh Ximena begitu kentara di mata Drak, dan dia yakin jika gadis ini tertarik kepadanya.

'Aku ini sudah hafal dengan gelagat gadis yang menyukaiku, dan bagiku mereka semua adalah sampah! Kupikir Ximena adalah gadis yang berbeda, namun ternyata sama saja,' batin Drak.

"Terima kasih, Calon  Ibu Mertua, atas pujiannya," tukas Pamela dengan suara lembut yang setengah manja.

Ratu Marigold terkejut dengan ekspresi senang Ximena, dia pikir selama ini anak dari Vivian itu tidak menyukai perjodohan ini, namun ternyata salah.

Terlihat sekali jika Ximena sangat menikmati perjodohan ini.

Hal itu justru mengurangi rasa bahagia dari Ratu Marigold. Dia ingin  dalam perjodohan ini Vivian dan Ximena akan merasa tersiksa.

'Ah, sialan! Kenapa anak gadis itu malah tampak girang dengan perjodohan ini? Apa dia benar-benar menyukai putraku?' bicara Marigold di dalam hati.

"Ibu  Mertua, kalau nanti aku menikah dengan Pangeran Drak, apa aku akan tinggal di istanamu juga?" tanya Pamela.

"Ah ... itu kita bahas nanti!" jawab Marigold yang mulai kesal.

"Oh ... aku sudah tidak sabar, ingin menikah dengan pria yang sangat tampan. Dan ini adalah anugrah bagiku!" ujar Pamela.

'Anugrah, katanya?' batik Marigold, 'silan!' umpatnya dalam hati.

Sebenarnya ini adalah rencana Pamela, dia sengaja menunjukkan ketertarikan pada Drak. Karena sebelumnya dia sudah mendengar dari pengakuan Camelia, tentang alasan Ximena tidak menerima perjodohan ini.

Karena dia tahu, jika dia menuruti perjodohan ini maka Ratu Marigold, akan merasa menang. Wanita itu menyukai penderitaan Ximena dan Vivian.

Namun Ximena tidak bisa menjelaskan ini kepada Ratu Vivian, karena Ratu Vivian tidak mau mendengarnya.

Dia sudah terlanjur termakan oleh ancaman Ratu Marigold. Bahwa tidak ada pilihan lain kecuali menjodohkan anak-anak mereka.

Walau ini adalah perbuatan yang salah.

Dia harus mengorbankan putri tercintanya untuk pria yang sama sekali tidak dicintai.

Ditambah lagi pria itu masih memiliki ikatan darah, dan tentu saja ini sangat bertentangan dengan norma.

Namun dia tidak memiliki pilihan lain.

Yang mendominasi pikiran Vivian hanyalah Raja Sky, padahal Ximena yakin jika ayahnya itu baik-baik saja. Dan kemungkinan malah menikmati penculikan ini.

Dan karena hal itulah, Pamela berusaha untuk menikmati perjodohan ini, toh memang kenyataannya ia sangat menikmatinya.

Wajah Drak yang membuatnya begitu bersemangat.

Dan dengan berada di istana ini pula, dia juga sudah diajarkan  keberanian serta tata krama yang baik oleh Camelia. Sehingga dia bisa menggunakan ini sebagai bekal untuk melawan Ratu Marigold.

Tak ada lagi sifat Pamela yang penakut dan payah itu.

Dia mengubah semuanya di sini, tentu berkat Camelia tentunya.

Prinsip hidup Pamela adalah, 'dia boleh tertindas dan menjadi orang bodoh di dunia manusia. Dan itu cukup hanya di dunia manusia! Tidak di Negri Violet!'

***

"Ibu Mertua, aku sudah tidak sabar lagi menikah dengan Pangeran Drak. Jadi kapan pernikahan itu dilangsungkan? Ayolah ... cepat diumumkan!" ujar Ximena sedikit merengek.

Ratu Vivian mengernyitkan dahinya, begitu pula dengan Ratu Marigold. Mereka tak habis pikir dengan gadis yang ada di hadapan mereka ini. Entah mengapa sangat agresif.

"Kenapa Ximena bersemangat sekali?" gumam Ratu Vivian dengan suara yang sangat pelan.

Camelia mendengarnya, kerena dia berada tepat di samping sang Ratu.

Camelia berbisik di telinga sang Ratu.

"Biarkan saja, Tuan Ratu, mungkin Tuan Putri memiliki rencana atas sikapnya yang berbeda ini," ucap Camelia menenangkan Ratu Vivian.

Walau sejujurnya dia agak panik juga dengan sikap Pamela ini.

Terlebih Camelia tahu, jika Pamela memang benar-benar menyukai  Pangeran Drak. Camelia hanya takut apa bila Pamela akan melakukan kebodohan karena perasaan cintanya.

'Semoga saja cinta buta Tuan Putri, tidak akan menjadi bencana,' batin Camelia.

Sepanjang acara makan malam itu, Pamela terus melakukan hal-hal yang membuat Ratu Vivian dan Camelia panik, tak lupa dia juga membuat Drak serta Ratu Marigold merasa kurang nyaman. Pokoknya Pamela melakukan rayuan habis-habisan. Walau ini terasa memalukan, karena sebelumnya dia tidak pernah melakukan hal ini kepada pria lain.

Jangankan merayu, berpapasan saja dia sudah menunduk tak berdaya, karena takut akan di-bully.

***

Hingga acara makan malam pun selesai, Drak serta Marigold berpamitan. Mereka kembali ke negri asal mereka.

Saat itu Pamela tersenyum senang, baru sampai sini saja, dia merasa seperti seorang pemenang.

Dia berhasil menjadi Pamela yang bisa melawan dengan kelicikannya, terlihat jelas jika Ratu Marigold tidak menyukai atas sikap agresifnya tadi.

Dan Pamela masih merencanakan hal selanjutnya. Pokoknya dia ingin menjadikan Marigold sebagai ibu mertua yang tidak beruntung, dan dia ingin menjadikan Drak sebagai Suami yang paling bersyukur karena mendapatkannya.

Pamela benar-benar sudah mencintai Negri Violet, seperti para rakyatnya yang sangat mencintainya. Sehingga dia akan melakukan apapun demi negri ini.

*****

Seusai makan malam, Pamela masuk ke kamar dan dikawal oleh Camelia.

Ratu Vivian merasa penasaran dengan perubahan putrinya, sehingga dia pun mengikuti gadis itu pergi ke kamar.

Baru saja Pamela hendak membaringkan tubuhnya, namun Ratu Vivian datang.

"Ximena, Ibu ingin bicara sebentar. Bisa, 'kan?" tanya Ratu Vivian.

"Baiklah, Bu." Jawab Pamela.

Camelia keluar dari dalam kamar sang putri. Dan membiarkan kedua wanita itu untuk berbicara empat mata.

"Ximena, Ibu ingin bertanya hal penting kepadamu," ujar Vivian.

"Ibu, ingin bertanya apa?"

"Ximena, apa yang terjadi kepadamu?"

"Hah?" Pamela mengernyitkan dahinya. "Kenapa, Ibu, bertanya seperti itu?"

"Ibu, hanya heran dengan perubahan sikapmu, Nak," jawab Ratu Vivian.

Pamela terdiam sesaat, kini pikirannya berubah menjadi tak tenang.

'Gawat, jangan-jangan Ratu Vivian curiga kepadaku?' bicara Pamela di dalam hati.

"Ximena! Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Ibu?"

"Ah, aku hanya ...." Pamela menggaruk-garuk kepalanya.

"Apa kamu miliki rencana lain atas perjodohan ini?"

"Emm ...."

"Lalu ada apa dengan dirimu? Kamu telihat sangat berbeda! Kamu tidak seperti putriku!"

"Eh ... ke-na-pa, Ibu, bicara seperti itu?"

"Ya, karena Ibu benar-benar tidak tahu harus bagaimana cara menyampaikannya?" ujar Vivian.

Pamela menundukkan kepalanya, dia benar-benar dalam kebingungan.

Sebenarnya berbohong itu cukup berat. Tapi Pamela juga tak berani berkata jujur .

Dia takut jika Ratu Vivian akan marah, namun dia tahu jika suatu saat pasti semua akan terbongkar juga.

"Bu, sebenarnya aku ini ...." Pamela menundukkan kepalanya lagi.

Bersambung ....