Risya habis mandi lalu beranjak ke dapur untuk mengambil minuman dan makanan kecil.
" Mah...masak apa? "
" ini sop iga sama tempe goreng kesukaanmu. " jawab bu Sari.
" Asyiik...enak tuh mah. "
" Nah gitu jadi seger. udah wangi. kamu nggak tidur Ris?"
" nggak mah. udah tidur di bus semalam. cape tidur terus. aku lapeer. "
" Hahaa...kamu ya ga takut gendut. anak gadis suka sekali makan." tegur bu Sari
" Biariin mah. makan kan untuk hidup. "
" ntar ga ada yang naksir kalo gendut. " kata bu Sari sambil mencubit pipi putri kesayangannya.
" kalo cinta ga peduli bodi. tetep aja cinta. " jawab Risya
" Ya deh...mama nyerah. kamu emang paling pinter berdebat " jawab mamanya
Risya kemudian makan dengan lahap. sementara kakaknya Darma memilih untuk molor lebih dulu.
Habis makan Risya berjalan ke belakang rumahnya melihat pohon jambu yang sedang berbuah lebat disana. Risya lalu memanjat pohon jambu itu. Ya sejak kecil Risya memang suka sekali memanjat. Dia memang tomboy.
Risya begitu asyik memetik buah jambu yang sudah matang dan besar-besar. walaupun tempatnya begitu tinggi di ujung pasti akn dia kejar kalo memang itu sudah matang dan besar. bagi Risya itu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. menantang bahaya untuk mendapatkan keinginannya. kalo sudah dapat Dia akan duduk di atas pohon sambil memakan hasil perburuannya. nikmat sekali rasanya memakan jambu yang langsung di petiknya dari pohon. Risya dulu sering melakukan itu sambil belajar jika mau ujian. itu adalah kebiasaannya sejak dulu. dan sekarang dia menggunakan pohon jambu untuk merenungkan hubungannya dengan Arul. Semakin dia sadari rasa rindu dihatinya pada Arul. Dia menyadari bahwa cintanya pda Arul begitu besar. Dia ingin memiliki Arul dan menjadikannya imam dalam hidupnya. Egoiskah dia jika dia tidak memikirkan keinginan orang tua Arul? egoislah dia jika saat ini dia mengakui cintanya yang begitu besar dan tidak ingin berpisah dengn Arul?
Dia baru pertama kali mengenal cinta dan dia sungguh tidak pernah ingin berpisah dengan Arul. cinta yang membuatnya mengerti bahwa Dia membutuhkan seseorang dalam hidupnya. Sikap tomboynya selama ini dia tunjukan untuk membuktikan pada dunia bahwa dia tidak lemah dan bisa hidup tanpa seorang laki-laki. Namun cinta Arul membuatnya menyadari bahwa dia tetaplah seorang wanita yang dikodratkan membutuhkan seorang laki-laki dalam hidupnya. Dia menyadari sisi lemahnya dan betapa dia membutuhkan seseorang yang memahaminya, mencintainya, mengusap air matanya, menguatkan hatinya saat terluka. dan memeluknya saat bersedih. Dia memiliki 2 orang lelaki dalam hidupnya yaitu papahnya dan kakaknya namun selama ini dialah yang lebih berperan menjadi seorang kaka daripada mas Darma.Dialah yang lebih bisa mengambil keputusan dan cepat bertindak dalam kondisi apapun daripada mas Darma kakaknya. tapi ketika bersama Arul, Dia benar-benar merasa menjadi seorang wanita yang membutuhkan laki-laki. perasaan yang tak pernah dimiliki dari lelaki manapun. walau dia memiliki banyak teman cowok dan pengagum cowok.
Perlahan airmatanya jatuh dipipinya. ditengadahkan wajahnya menatap ke langit agar airmatanya tidak terjatuh lagi. rasa sakit yang dirasa semakin menyesak didadanya. tapi itulah Risya yang tak pernah ingin orang lain melihat airmatanya kecuali Arul. hanya dengannyalah Risya mampu menunjukan sisi lemah dan rapuhnya.
*******
Sementara Arul dikamarnya masih memikirkan Risya. dan kenangan semalam yang begitu nyenyaknya dia tertidur sambil berpelukan dengan Risya. Semakin memikirkan itu, hatinya semakin berdebar kencang, bahkan dia merasa malu ketika mendengar desahan Risya dalam mimpinya yang selalu memanggil namanya. Arul memeluk gulingnya dengan erat sambil menggelengkan kepalanya tersenyum bahagia. seperti anak gadis yang baru jatuh cinta. Dia tidak bisa mengontrol debaran dihatinya. hanya Risya yang mampu membuat jantungnya berdebar kencang. mungkinkah cinta ini akan bisa bersatu? alangkah bahagianya jika saat itu tiba. saat mereka bisa bersanding di pelaminan. tapi...
"tok...tok....tok..." tiba-tiba Arul dikagetkan dengan suara pintu kamarnya yang diketuk dari luar.
" Rul...Arul.. kamu udah bangun nak ? " Suara pak Syafei ayah Arul
Arul tetap diam dan berpura-pura tidur. Di belum siap bertemu dengan ayahnya. Saat ini hatinya masih dipenuhi rasa bahagia dan lamunan bersama Risya. dan Dia tidak mau diganggu dengan masalah yang lain.
Pak Syafei membuka pintu kamar anaknya secara perlahan. Dilihatnya anaknya sedang tertidur sambil memeluk guling. Ada raut kesedihan dimatanya, karena memaksa anaknya bertunangan dengan Neli yang memang tidak pernah dicintai oleh Arul. Dia merasa tidak enak meminta pengorbanan yang begitu besar pada anak laki-lakinya tersebut. Pak Syafei duduk di tepi ranjang menatap wajah anaknya, ada sedikit penyesalan dihatinya. Dia ingin sekali meminta maaf pada anaknya itu karena selama ini tidak pernah membuatnya bahagia.bahkan sering kali menyakitinya.sejak kecil dia tidak pernah mengurus anaknya dengan baik. membuat dia jauh dari kasih sayang ibunya selama bertahun-tahun. Andai dia mau bekerja dengan giat dan mampu membiayai hidup keluarganya. mungkin istrinya tidak perlu menjadi TKW di Arab. Hidup mereka akan selalu bahagia dan Dia tidak sering sekali menyakiti anaknya dengan main perempuan, mabuk dan berjudi. kini ketika istrinya di luar negeri sudah begitu lelah membiayai hidupnya yang selalu berfoya-foya, Dia harus berhutang hanya demi memenuhi kesenangan pribadinya. tapi akibatnya sekarang ? justru anaknya mengorbankan dirinya supaya dia tidak dipenjara. Rasanya saat ini Dia seperti sedang menjual anaknya. menjual darah dagingnya demi dirinya sendiri. Dia hanya mampu menatap anaknya dengan perasaan sedih dan menyesal. apalagi anaknya sudah pernah menceritakan tentang Risya yang sedang menjadi kekasih hati anaknya. Tapi Dia dengan egois meminta anaknya untuk bertunangan dengan gadis lain. apakah anaknya akan mampu bahagia dengan orang lain nantinya. Pak Syafei menarik nafas berat meninggalkan anaknya yang tertidur dengan nyenyak.
Setelah pintu di tutup Arul membuka matanya lagi. Dia tau ayahnya pasti akan membicarakan masalah pertunangan dengannya. Dan dia benar-benar belum siap dengan semua itu. Dia masih mengingat mantan kekasihnya Risya yang selalu menghiasi hati dan pikirannya selama ini. apakah dia harus menyakiti hati ayahnya dengan menolak pertunangan ini. atau dia harus menyakiti dirinya dan Risya. bagaimanapun dia benar-benar tidak siap sama sekali berpisah dengan Risya. walaupun gadis itu yang membuat keputusan untuknya. tapi Dia tetap mencuri kesempatan untuk selalu mendekatinya. hal itu membuatnya tidak bisa melupakan Risya dan selalu ingin bersamanya.
" Kamu yang selalu dihatiku Risya. " gumam Arul lirih seperti bicara pada dirinya sendiri.
Arul berusaha keras melupakannya namun tetap saja dia tak mampu.Andai waktu itu Risya memilih dan menyuruhnya untuk egois dan tetap berada disisinya berjuang bersamanya untuk bisa bahagia dan tidak melepaskannya semudah itu. mungkin Arul akan segera mengatakan " tidak" jika ayahnya bertanya tentang pertunangannya. Tapi sayangnya wanitanya bukan orang yang egois yang bisa mementingkan kebahagiaanya sendiri daripada kebahagiaan orang lain.
" kenapa kamu tidak bisa egois sebentar saja Ris? kenapa kamu begitu baik hati sayang. kadang kamu juga harus bersikap egois untuk mempertahankan cinta kita. Aku sedih krena kamu terlalu baik dan memilih mundur dan melepaskanku. aku jadi merasa bahwa kamu tidak benar-benar mencintaiku...Arul mengusap butiran bening yang tiba-tiba jatuh di pipinya.