webnovel

Mysterious Woman

Nathan spontan menelpon pengawal rumah untuk memperketat penjagaan pada alam dan crystal Hingga mengotak atik ponsel lagi untuk menghubungi semua kepala tim lainnya agar berkumpul di sana.

Panas dingin dirasakan tubuhnya sekarang, bagaimana bisa wanita ini mengetahui apa yang dia katakan pada kedua adiknya tadi?

Tidak lain, bukankah karena di sana ada panyadap atau CCTV kan?

Nathan juga langsung memberi instruksi cepat kepada semua orang yang berada di sini termasuk Jodi untuk berlari menuju rumah. Menyusuri setiap sudut ruangan mencari barang tersebut, kemudian mencoba memeriksa siapa yang berani menyeludupkan barang tersebut—di sana.

Nathan mengigit jari seraya mencoba berpikir. Sebab dengan keamanan tingkat tinggi, bagaimana bisa ada

Penyusup masuk? Ini mengkhawatirkan sampai Nathan bolak-balik melangkahkan kaki pada ruangan eksekusi khusus miliknya.

Dengan luas enam kali sepuluh meter tersebut. Ruangan ini telah mengirim banyak nyawa untuk berpulang menemui malaikat pencabut nyawa.

Brugh! Kejadian kali ini juga sontak membuatnya terkejut.

Kedua pengawal yang memegang wanita itu seketika ambruk dan tidak sadarkan diri. Hanya dia beserta wanita aneh itu yang kini tersisa—di ruangan.

"Ayahmu—" si wanita mengalunkan kata-katanya. Mendekat pada Nathan yang bahkan tidak mundur atau maju sejengkal pun saat wanita itu tersenyum samar, membuat keinginan Nathan untuk mencekik wanita ini semakin menyeruak dalam tubuhnya.

Nathan melawan tatapan wanita berambut coklat bark menjuntai tanpa diikat sampai pahanya. Benar-benar cocok jadi teman kuntilanak yang selalu ada di halaman belakang kamar.

"Di rumah." blash! Secepat kilat. Nathan

Irendra berlari menuju kediamannya dengan mengikis jarak beberapa ratus meter hanya dalam dua menit. Wanita yang dia tinggalkan bahkan terjatuh kala Nathan tak sengaja menyenggol bahunya.

Nathan mengatur napas setelah menyelusup masuk melewati beberapa pohon pinus, kebun kopi dan berakhir dengan terlihatnya pekarangan belakang rumah. Banyak penjaga yang sibuk memeriksa setiap rumput di sudut pagar halaman belakang.

Nathan pun sangkat bergegas masuk ke dalam. Lekas memencet beberapa tombol pada kenop pintu dapur. Sehingga tidak lama kemudian selepas bunyi 'kling' terdengar, sebuah lemari kaca berisi gelas antik bergeser.

Dengan tidak sabarannya, Nathan mencoba masuk pada celah yang belum sepenuhnya terbuka.

Dia mengedarkan pandangan pada ruangan kosong. Cemas—jangan sampai terjadi apa-apa pada kedua adiknya.

"Crystal!" teriak Nathan. Spontan, adik perempuan itu muncul dari balik kursi. Lengkap dengan pisau belati di genggamnya, napas mereka tersengal sebab betapa leganya Nathan ketika merengkuh erat si bungsu. Hanya saja...

"Alam?" tanyanya.

Belum sempat Crystal menjawab, Alam datang memegang senapan dari luar.

"Seharusnya sembunyi!" Alam tidak menanggapi perkataan Nathan, sebab dengan cepat ia ikut bergabung memeluk Crystal. Hati mereka semua kalut ketika terserang panik, hingga saling memejam saat rengkuhan hangat menyapa masing-masing jiwa untuk saling meredamkan.

Mereka bukan takut akan daging miliknya sendiri yang bisa saja dicincang. Melainkan mereka cemas jika itu terjadi kepada saudaranya.

Hanya sebuah gertakan kecil, serta kewaspadaan yang terlalu tinggi, membuat heboh semua orang di dini hari kali ini.

"Kak, di rumah tidak ditemukan apapun." Jodi membuyarkan pelukan erat mereka.

Cuma dia yang berani memanggil Nathan Iarendra kakak, itupun karena sebuah perintah langsung dari atasannya. Bahkan Nathan pun menganjurkan Jodi menambahkan namanya menjadi Jodi Irendra.

"Kamu merasakan sesuatu yang aneh?" tanya Nathan pada Crystal, Faktanya, percakapan Nathan mengenai magis memang berlangsung di kamarnya tadi. Namun Crystal tentu saja menggeleng, dia merasa aman nyaman saja di sana, tidak merasa diawasi sama sekali.

Jadi, bagaimana wanita itu tahu apa yang dia ucapkan padahal tidak ada penyadap atau CCTV di sana? Itu sukses membuat wajah datar Nathan menampakan beberapa kerutan pada dahinya sekarang.

"Kau yakin?" Nathan meminta kepastian lagi pada Jodi. Masalahnya, di sini pun—Alam sama bertanya-tanya dengan apa yang sedang terjadi, dia panik melihat Nathan Irendra langsung menelpon ajudan rumah untuk berjaga ketat.

Apalagi menyuruhnya untuk ikut bergabung menyusul ke rumah, kemudian langsung terbesit pikiran bahwa kedua saudaranya dalam bahaya, hanya itu yang bisa dia cerna.

Lamunan mereka ter buyarkan dengan ponsel Jodi yang berdering, memberikan informasi dari salah satu pengawal di seberang sana bahwa, "Wanita itu kabur."

Meledak sudah amarah Nathan, dia dikecoh oleh seorang wanita jalang. Secepat kilat menyambar pisau belati di lengan Crystal. Lantas bergegas mencarinya sendiri. Akan Ia beritahu arti dari mempermainkan Nathan Irendra.

Antara potong lidah atau ia suapi wanita itu dengan kelereng berduri. Dia memutar otak untuk mencari hukuman apa yang pantas diterima seorang pembohong? Apa dengan merobek mulutnya atau membedah otak agar bisa berpikir dua kali jika ingin mengelabui dirinya.

***

Srakk, srakk

"Ayo! kau bisa!" gumamnya pada diri sendiri. Anna terseok menyeret kaki untuk menjauh sebisa mungkin dari kandang anjing menyeramkan itu. Tubuhnya melemas ketika membanyangkan—seorang pria yang membawanya kemari telah bersimbah darah dengan keadaan tidak bernyawa.

Selepas dia dijual oleh pelayannya sendiri, Anna menjadi tidak karuan seperti ini. Terombang-ambing tidak jelas dan bertemu dengan berbagai iblis di dunia.

Termasuk lelaki dengan beberapa bercak darah menaikan satu alisnya beberapa menit lalu, berhasil membuatnya merinding hebat.

Beberapa kali juga dia celingukan. Mengedarkan pandangan mencari arah hanya dengan mengandalkan cahaya bulan.

Mengingat betapa sudah jauh dan lamanya dia berlari. Sekarang Ia merasa lebih santai untuk berjalan menikmati dingin malam di hutan dengan beberapa ranting kecil menusuk telapak kaki.

Terisak pelan membayangkan beberapa orang dari suku pedalaman meninggal karena membantunya saat diseret paksa oleh tim TNI-AD. Dia bahkan belum mengucapkan selamat tinggal atau setidaknya mengubur mereka dengan layak.

Langkahnya pun terhenti ketika rungu nya menangkap angin abnormal. Perasaan tidak melegakan hingga membuat bulu kuduknya merinding, Ia melihat langit-langit malam. Berharap tidak ada sesuatu yang keluar saat tangannya terborgol seperti ini.

Matanya memejam hingga menyatukan tangan. Semakin jelas terdengar ketika dia memanjatkan do'a, sesuatu menghampirinya dari arah belakang. Spontan menengok hingga—plak!

"Woah! Kau pergi ke tempat yang salah," lontar Nathan. Ia mengurai rambutnya dengan sela jemari setelah memukul wanita itu hingga tersungkur ke tanah.

Berjongkok mensejajarkan posisi lantas menarik dagunya. Nampak sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah dengan pipi bersemu merah padam.

"Ini tempat bermainku," lanjut Nathan dongkol. Sedangkan sentuhan jari pada pipi tersebut memberikan kejut sengat listrik lagi pada tubuhnya, reka ulang penyiksaan begis tiada ampun menggolak seisi perut dan menguras bulir bening seketika.

Terlebih saat Nathan bercermin pada pisau belati yang tidak pernah absen mencongkel bola mata ketika Alam melakukan eksekusi. Crystal memang pandai memilih senjata. Jadi, wajah bagian mana yang harus dia gores terlebih dahulu pada jalang satu ini?

"Iblis," lirihnya. Ia menahan sakit pada kedua pipi yang dicengkeram Nathan Irendra.

"Ah, aku senang kau memanggilku seperti itu," sahut Nathan. Ia pun sama menyeringai menatap lagi dan lagi mata yang memberikan sensasi candu padanya. Korban yang akan menyegarkan mata dengan warna merah tua pekat sebentar lagi.

"Kau sukses jadi monster, sesuai keinginanmu." seketika Nathan tercekat. Ini kedua kalinya tembakan jitu dari wanita tersebut, dia pandai menguping hingga Nathan meraba diri sendiri. Barangkali, ada penyadap menempel pada tubuhnya.

"Bodoh!" Wanita itu mengejek tanpa mengeluarkan raut wajah apapun. Plak! Nathan Irendra menamparnya lagi hingga dia tidak sadarkan diri. Memutuskan untuk membawanya pergi dan mencari tahu lebih banyak apa yang wanita ini ketahui tentang dirinya.

Lantas bagaimana bisa? Monster serta magis! Dia hanya membicarakan itu dengan Alam dan Crystal. Tambahan satu lagi beserta Jodi.

Ini pertama kalinya, Nathan membuat keputusan yang salah, dengan membawa...

Wanita misterius.

To Be Continued...