Langit tampak sangat mendung. Dan hujan mengguyur dengan deras. Hari ini adalah hari penghormatan dari kematian salah satu dari mereka. Dirga menatap dirinya di cermin. Setelan hitam-hitam telah terpasang rapi, namun wajah itu tidak tampak lebih kusut dari sebuah kain yang belum disetrika. Dirga menghela nafas panjang sebelum kemudian melakukan teleportasi menuju markas. Mereka memang tidak datang langsung ke pemakaman anggota mereka, tapi mereka melaksanakan penghormatan di markas dengan khidmat.
Mereka berkumpul di satu tempat dan melakukan penghormatan bersamaan. Begitu acara selesai, mereka berkumpul sembari berbincang-bincang. Hari ini tak ada jadwal untuk berlatih. Semua itu untuk mengingat segala kenangan tentang rekan mereka.
Saat Dirga tengah duduk seorang diri, Emma menghampirinya.
"Sendirian? "tanyanya. Dirga menoleh dan tersenyum tipis.
"Yah... gua agak takut... " ungkap Dirga jujur. Emma menatap ke arah Dirga. Matanya tampak menelisik setiap senti wajah Dirga. Ia tersenyum tipis.
"That's okay.... gue juga takut kok... " Dirga menoleh ke arah Emma dengan raut wajah yang tampak sedikit terkejut. Emma mengedikkan bahunya sambil tetap tersenyum.
"Semua orang pasti takut Dir... Siapa sih yang ga takut? " ucap Emma kemudian.
"Menghadapi kenyataan ini sendirian, tanpa ada orang lain yang mengetahuinya... kenyataan yang sengat kejam untuk kita semua... rasanya gua mau marah sama diri gua di masa lalu... kenapa mereka ga menyelesaikan ini semua dan membiarkan kita hidup bebas? ya kan?! " Emma tampak mencurahkan seluruh isi hatinya.
"Kenyataan kalau kita, adalah penyihir yang harus di sembunyikan... di simpan baik-baik untuk diri kita sendiri... kenyataan kalau kita terus ketakutan kalau suatu saat nanti ada the hunter yang menyadari keberadaan kita benar-benar membuat frustasi... rasanya setiap hari harus waspada kalau-kalau the hunter tiba-tiba muncul dan mengejar kita... " Emma berhenti sejenak untuk minum.
"Kayaknya lo bakal melepaskan semuanya disini ya... " ujar Dirga sambil tertawa kecil.
"Terus kenapa lo ketawa? lo pikir ini lucu?" seru Emma kesal. Emma yang dihadapannya bukan lagi Emma yang dingin seperti kutub es, saat ini entah mengapa sangat menyenangkan bersamanya.
"Lo keliatan lebih bebas dari pada waktu di sekolah... " ucap Dirga kemudian. Emma tertawa mendengar ucapan Dirga.
"This is the real me Dir... di sekolah gua ga terlalu tertarik...singkatnya... gue males aja... lo satu-satunya anak kelas kita yang tau tentang gua..."
Dirga tersenyum lagi.
"So i was the special one...at least... in our class, haha.. " ucapnya kemudian.
"Yeah.. whatever you think..." Emma meminum minuman yang di bawanya.
"Dulu gue ga pernah terpikirkan bakal kenal sama lo Em... " ucap Dirga jujur. Emma tersenyum mendengarnya.
"Yeah... gue juga sama..."
"Oh ya... tentang kekuatan magis lo itu... itu kekuatan yang jarang ada lho... orang yang punya kekuatan space cuma ada 3 orang disini... dan yang punya kekuatan shadow cuma ada 20 orang dari 500 orang yang ada... " Dirga tampak terkejut mendengarnya. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
" Yah... dari 20 orang, 15 nya anggota tim lo karena kekuatan itu benar-benar kuat... dan 5 orang lainnya anggota mata-mata... Albert salah satunya... " mendengar penjelasan dari Emma membuatnya mengerti, pantas ia merasa heran. Ia hanya merasa kalau orang-orang di sekitarnya banyak yang memiliki kekuatan itu. Tapi, ia tidak tahu kalau Tim lain tak satu pun yang memilikinya.
"Tapi... bukannya kekuatan itu lebih berguna untuk mata-mata? " tanya Dirga heran. Emma menatap ke arah Dirga.
"Dir... kekuatan lo itu masih dasar makanya lo ga tau, mata-mata itu mengintai bukan menyerang... Emang bener mengintai lebih gampang kalo pake kemampuan itu... Tapi, lo harus ingat... saat lo naik ke tingkat menengah dan seterusnya... kekuatan itu bakal lebih berguna untuk penyerangan!" jelas Emma serius. Dirga pun paham apa maksud Emma. Memang akan lebih mudah mengintai menggunakan kekuatan itu, tapi melihat anggota timnya yang telah berada di tingkat menengah ke atas membuatnya sadar kalau yang di katakan oleh Emma benar.