webnovel

Alasan Mengikuti Olimpiade

Setelah hari itu, Dirga dan Emma menjadi lebih dekat. Di sekolah mereka memang tak banyak bertemu atau berbicara. Tapi begitu mereka selesai berlatih di markas, mereka akan menghabiskan waktu untuk mengobrol sembari beristirahat. Meski mereka berlatih di malam hari, tapi waktu yang berjalan di dalam markas dan di dunia nyata berbeda. Alasan di buatnya markas itu memang untuk berlatih dengan cepat. 1 jam dunia nyata adalah 5 jam di dalam markas. Perbedaan waktu itu sangat berguna bagi mereka yang memang harus bertumbuh kuat dengan cepat. Sehingga waktu untuk mengobrol cukup lama karena tak perlu khawatir jika tidur terlalu larut.

"Dirga dan Emma jangan lupa ke ruangan saya waktu istirahat!" ucap Pak Cahya, guru kimia. Dirga menatap ke arah Emma dengan maksud mempertanyakan apa yang terjadi. Emma hanya mengedikkan bahu tak tahu.

Begitu istirahat tiba, dua orang dengan peringkat tertinggi di kelas itu segera melaksanakan perintah. Yaitu datang ke ruangan Pak Cahya.

"Ada apa Pak? " tanya Dirga begitu masuk dan mendapati Pak Cahya melihat mereka.

"Duduk dulu... " perintahnya. Mereka pun duduk seperti yang di perintahkan.

"Kalian akan mengikuti olimpiade MIPA, ada 3 orang lagi yang ikut dengan kalian... mereka Firman dari kelas IPA 1, Rina dari kelas IPA 3 dan Arjuna dari kelas IPA 3...olimpiade ini finalnya ada di Washington... jadi ini lomba internasional, lomba ini juga akan jadi batu loncatan untuk kalian... Bapak harap kalian mau mewakili sekolah untuk ikut dan melakukan yang terbaik..." ucapan Pak Cahya membuat mereka berdua bertatapan.

"Lo ikut? " tanya Dirga pada Emma.

"Ikut!" ucap Emma dengan serius.

"Kalo gitu saya ikut Pak... " ucap Dirga kemudian. Pak Cahya tersenyum sumringah mendengar tanggapan dua murid terbaiknya itu.

"Seperti yang diharapkan dari kalian... kalau begitu kalian akan ikut kelas sore di hari Rabu dan kelas pagi di hari Minggu... untuk itu kalian bisa pakai baju bebas... tidak harus menggunakan seragam.. Bapak senang kalian menanggapi ini dengan positif... "

"Baik Pak... akan kami lakukan yang terbaik... "

"Kalian bisa pergi sekarang... " Mereka pun keluar dari ruangan Pak Cahya.

"Lo kayaknya benar-benar yakin buat ikut... apa ada alasan lain? " tanya Dirga keheranan. Berdasarkan Emma yang ia kenal baru-baru ini, Emma anak yang agak malas untuk hal-hal yang terlalu menarik perhatian. Jika tidak ada alasan dibaliknya, mungkin Emma akan menolak tawaran itu. Dan lagi, wajah Emma sangat serius saat menjawabnya tadi.

"Lo inget kan yang kita bicarakan kemarin... tentang ada beberapa hal janggal dari kasus-kasus kematian di amerika..." ucap Emma serius. Dirga ingat mereka membahas beberapa kasus yang tengah banyak di bicarakan oleh tim mata-mata dan beberapa tim lainnya.

"Ah ya.. terus? jangan bilang lo mau... " Dirga tak menyelesaikan kata-katanya. Emma tersenyum miring.

"Lo harus bantuin gua Dir.. okay?! " ucap Emma antusias. Entah sejak kapan, Dirga sering merasa kalau Emma cukup menggemaskan. Kalau sudah begini, Dirga tidak bisa menolak.

"Yah.. terserah elu dah... " Emma tampak sangat senang mendengar jawaban Dirga. Namun karena tak ingin membuat keributan, ia hanya bisa menahannya meski dalam hatinya ia berteriak kesenangan. Ia benar-benar sangat tak sabar untuk sampai ke final. Meski itu masih cukup lama.

"Gue bakal belajar mati-matian! Lo tau kan yang harus lo lakuin Dir? " ucap Emma dengan senyum liciknya. Dirga menghela nafas panjang.

"Iya.. iya... i know..of course... or you will disturbing me while my training time... " Ya, jika Dirga tidak berniat untuk belajar dengan baik meski ia akan tetap melakukannya walau tanpa niat sekalipun, Emma akan mengganggu latihannya dan akan memperlambat perkembangannya. Jika seperti itu, ia tidak akan memenuhi target dan menjadi sasaran untuk dikerjai anggota timnya. Mereka pasti akan bersemangat jika itu terjadi dan memintanya melakukan hal yang tidak-tidak.

Dirga tersenyum melihat Emma yang begitu kesenangan. Meski raut mukanya datar seperti biasa, Dirga bisa melihat mata Emma yang berbinar-binar dan caranya berjalan yang tampak penuh semangat meski sedikit di tahan oleh Emma. Dirga hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Emma.

"How can she have those two kind of different behavior? "