webnovel

First Alert

Hari itu hanyalah hari seperti hari lainnya. Kegiatan yang terus di ulang-ulang. Pagi itu hanya sedikit mendung, namun tak ada air hujan yang turun. Sepulang sekolah adalah saat dimana Dirga menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Dan malam harinya ia akan berpamitan untuk tidur lebih awal dan berteleportasi ke markas.

Sudah beberapa saat Dirga mulai melakukan kultivasi mana dan melatih kekuatan magisnya. Ia berlatih dengan Master dari China, Lin Xiwei. Lin Xiwei juga adalah ketua tim garda depan. Yang artinya adalah ketua timnya.

Kemampuan bela dirinya juga meningkat pesat, begitu pula dengan menembak. Dirga sudah jago menggunakan dua pistol bersamaan dan juga menggunakan sniper.

Disaat semua orang sibuk berlatih, tiba-tiba seseorang yang tampaknya dari tim mata-mata datang dan dengan paniknya ia mencari Kak Tana. Kak Tana adalah pemimpin mereka. Maka dari itu, setiap ada suatu hal yang terjadi harus dilaporkan kepadanya terlebih dahulu.

Kak Tana muncul beberapa saat kemudian dan orang itu memberitahukan berita yang dibawanya. Seketika wajah Kak Tana terlihat mengeras karena menahan kesal.

"Semuanya... " Kak Tana mulai angkat bicara. Keadaan hening seketika. Kak Tana melanjutkan bicaranya.

"Mereka sudah memberikan peringatan pertama.... Teman kita, Fred dari tim mata-mata 1...sudah gugur saat bertugas... " Hening. Tak satupun mengangkat bibir untuk bicara. Isak tangis dari beberapa orang yang mengenal Fred pun terdengar.

"Kita tidak bisa menyia-nyiakan pengorbanan Fred... Kita akan mengadakan penghormatan untuknya besok..." setelah itu Kak Tana memanggil seluruh ketua tim untuk mengadakan rapat.

Dirga mengepalkan jarinya. Ia bertekad, segalanya harus segera berakhir. Jika saat ini tak kunjung berakhir, Semua harus dimulai dari awal lagi. Dan akan ada lebih banyak korban yang jatuh.

"Are you afraid kid? " tanya Albert yang ternyata ada di sebelahnya sejak tadi. Dirga menggeleng.

"No... It's all must be over soon... i don't want to hear someone else die... " ucap Dirga kesal. Albert tersenyum mendengar ucapan Dirga.

"Yeah... you right kid... Do your best... " ucap Albert kemudian sambil menepuk-nepuk pundak Dirga.

Malam itu Dirga tak bisa tidur. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Tentang tugasnya, tentang masa depannya, tentang OWR, tentang keluarganya... Ia tidak boleh sampai meninggalkan keluarga dan teman-temannya. Entah bagaimana nantinya jika tiba-tiba seseorang yang asing mendatangi rumah an mengabarkan anaknya sudah tidak ada lagi di dunia. Hanya dengan membayangkannya saja hati Dirga terasa sakit.

Itu tidak boleh terjadi. Sekali lagi ia memantapkan hatinya untuk berhasil dalam misinya.