webnovel

OHM 16

Sore hari.

Raydan sudah selesai bekerja, dia teringat pada keponakan kembarnya. Akan sangat menyenangkan jika bertemu dengan mereka sebentar sebelum kembali ke apartemen.

Raydan melajukan mobilnya ke kediaman Rayna.

***

Sesampainya di kediaman Rayna, Raydan memasuki rumah. Rayna berada di ruang keluarga, menemani si kembar belajar.

"Dek!"

"Hai, Bang. Tumben Abang mampir," ucap Rayna seraya tersenyum.

"Hm ... Di mana Kevano?" tanya Raydan.

"Dia masih bekerja, belum kembali. Abang duduklah, Adek ambilkan minum dulu!" ucap Rayna.

Raydan mengangguk, dia menghampiri ketiga keponakannya.

"Kalian sedang apa?" tanya Raydan.

"Belajar, Om. Mami suruh kita terus belajar, padahal mau main," ucap si bungsu Gev. Si bungsu ini memang cenderung suka bermain, dia akan cepat merasa bosan jika terus saja dipaksa untuk belajar.

"Hm ... Mami ingin Adek pintar, karena itu menyuruh Adek belajar," ucap Raydan mencoba memberi pengertian.

"Tapi, Adek ingin main," ucap Gev dan mengerucutkan bibirnya.

Apalah daya, Gev terlalu takut pada maminya yang cerewet. Rayna memang termasuk seorang ibu yang kritis. Sifat itu memang sudah ada sejak dia masih kanak-kanak dan berlanjut hingga kini.

Tak lama Rayna menghampiri Raydan, dia meletakan minuman di atas meja.

"Abang pulang kerja kah?" tanya Rayna.

"Iya. Mampir ke sini, karena rindu pada Al, El, dan Gev," ucap Raydan.

"Gev itu, susah sekali diajak belajar. Maunya main terus," keluh Rayna.

"Dia masih anak-anak, wajar saja ingin bermain," ucap Raydan.

"Ya, tapi terkadang dia lupa waktu jika sudah bermain," ucap Rayna.

"Hm ... Jangan terlalu keras pada si kembar, Rayn. Jangan sampai juga mereka kehilangan waktu bermainnya. Kamu sudah seperti Papa saja. Anak-anaknya ingin terus belajar," ucap Raydan.

Sejak kecil, Raydan dan Rayna memang selalu di tekan oleh sang papa untuk selalu memikirkan belajar dan belajar. Bahkan sang papa tak pernah lepas mengawasi mereka layaknya bayi yang baru belajar merangkak. Meski begitu, sang papa tak pernah marah. Apalagi sang mommy, dia memperlakukan Raydan dan Rayna dengan lembut. Meski marah sekalipun, sang mommy selalu bicara lembut, membuat mereka merasa sungkan terhadap sang mommy.

"Mam, Adek ikut dengan Om, ya," ucap Gev tiba-tiba.

Sontak Rayna dan Raydan saling tatap.

"Ikut ke mana, Dek?" tanya Rayna.

"Ke apartemen Om. Adek menginep di sana, boleh ya?" ucap Gev memelas.

Gev merasa bosan terus saja berada di dalam rumah. Meski di rumah itu disediakan fasilitas bermain untuk Gev dan kedua saudaranya, tetap saja dia seorang anak-anak yang juga butuh dunia luar. Dia juga ingin sesekali menikmati dunia luarnya, bermain di luar dan tak hanya keluar saat sedang Sekolah saja.

"Tidak, Om kan harus bekerja besok," ucap Rayna.

"Yah ..." Gev memasang wajah sedih.

"Tak apa, aku akan antar besok pagi langsung ke Sekolahnya," ucap Raydan.

"Hm ... Nanti, Gev merepotkan Abang," ucap Rayna.

"Mana ada merepotkan, Abang justru senang," ucap Raydan.

"Oke. Adek boleh menginap di apartemen Om malam ini. Besok pagi, jangan telat bangun, ya. Adek harus Sekolah," ucap Rayna.

Sontak Gev bersorak, dia benar-benar merasa senang.

Rayna pergi menuju lantai atas, dia menyiapkan pakaian untuk Gev bawa ke apartemen Raydan. Ya, tak ada salahnya juga jika Gev menginap di apartemen Raydan, toh Raydan masih Om-nya Gev.

Selesai menyiapkan pakaian Gev, Rayna kembali ke lantai bawah. Dia memberikan tas berisikan pakaian Gev pada Raydan.

"Bang, jangan lupa susu Adek sebelum tidur," ucap Rayna mengingatkan.

"Tenang saja, Abang sekalian berlatih agar tak terkejut ketika memiliki anak nanti," ucap Raydan tersenyum.

"Menikah saja belum, sudah memikirkan anak," ucap Rayna.

"Ya, tak apa. Abang harus mempersiapkan segala kemungkinan bukan? Siapa tahu, dalam waktu dekat ini Abang menikah, ha-ha-ha ..." Raydan tertawa, dirinya merasa konyol bicara seperti itu.

Rayna menggelengkan kepalanya.

"Al, Dev, kalian tidak ingin ikut Om?" tanya Raydan pada kedua keponakannya yang masih fokus dengan buku masing-masing.

"Tidak, Om. Kasihan Mami, sendirian," ucap si sulung Al. Sedangkan Dev, dia hanya diam. Dev memang lebih banyak diam, dari pada kedua saudaranya.

Dan Al, Al ini memang memiliki sifat bijak dan pengertian sejak dini, mungkin karena dirinya juga yang tertua dari kedua adik kembarnya. Dialah yang pertama lahir, setelah itu Dev dan menyusul Gev.

Gev menarik tangan Raydan, dia tak ingin menunggu lebih lama lagi.

"Ade, jangan seperti itu," ucap Rayna.

Gev tersenyum manis, Rayna pun tersenyum. Dia mengecup pipi Gev dan Raydan membawa Gev pergi dari kediaman Rayna.

Gev dan Raydan sudah berada di mobil, Raydan memakaikan seatblet Gev. Dia melajukan mobilnya menuju apartemen.

***

Di perjalanan

"Om, Adek mau nonton film Superhero favorit Adek," ucap Gev.

"Oke, nanti ya jika sudah sampai di apartemen Om," ucap Raydan seraya mengusap lembut kepala Gev.

"Filmnya ketinggalan di apartemen Aunty Isya," ucap Gev.

Raydan mengerutkan dahinya, siapa Isya? Pikirnya.

"Siapa Isya?" tanya Raydan.

"Aunty Ralisya," ucap Gev.

Raydan tersenyum. Dia benar-benar tak menyadari jika selama ini Gev memanggil Ralisya dengan sebutan Isya.

"Jadi, apa kita harus ke apartemennya Aunty Isya dulu?" tanya Raydan.

"Memangnya boleh?" tanya Gev.

"Tentu saja boleh, kita ke sana, ya. Tapi, ngomong-ngomong, Om tak punya nomor ponsel Aunty Isya. Takutnya, dia masih bekerja di Rumah Sakit," ucap Raydan.

"Adek ada nomornya Aunty Isya," ucap Gev dan mengambil ponsel yang ada di saku celana jeansnya.

Raydan mengerutkan dahinya, sejak kapan Rayna memberikan Gev gadget?

"Apa itu ponsel Mami?" tanya Raydan.

"Ponsel Adek, dibelikan Papi," ucap Gev.

"Hm ... Kalau begitu, Adek saja yang hubungi Aunty Isya," ucap Raydan.

Gev mengangguk, dia menekan panggilan menuju kontak Ralisya. Tak lama, Ralisya menjawab panggilan Gev.

'Halo, Sayang. Ada apa?' tanya Ralisya.

'Aunty, ada di mana?' tanya Gev.

'Aunty baru saja keluar dari Rumah Sakit. Akan pulang ke apartemen. Ada apa?' tanya Ralisya.

'Adek ke apartemen Aunty, ya. Mau ambil film Superhero yang ketinggalan di apartemen Aunty,' ucap Gev.

'Oh, oke Sayang. Kita bertemu di apartemen, ya,' ucap Ralisya.

'Oke.'

Panggilan itu berakhir, Raydan tersenyum. Gev tak menyebut namanya, itu menguntungkan bagi Raydan. Dia tahu Ralisya marah padanya, karena itu dia takut Ralisya tak ingin bertemu dengannya. Secara tak langsung, Gev juga membantunya untuk bertemu Ralisya.

***

Raydan dan Gev sampai di unit apartemen Ralisya, tak lama Ralisya datang.

Ralisya tersenyum pada Gev, tetapi tidak pada Raydan.

Ralisya membuka pintu apartemen, dan menyuruh Gev masuk.

"Gev saja yang disuruh masuk? Om-nya tidak?" ucap Raydan tersenyum.

Ralisya memutar bola matanya, dia tak mengatakan apapun dan bergegas menuntun Gev masuk ke apartemen. Raydan menghela napas, dia tak menunggu persetujuan Ralisya dan memilih masuk ke apartemen.