Ethan menatap kedua cowok yang dia pergoki dari awal masuk kampusnya, dia mengepalkan kedua tangannya jika saja hati dan pikirannya menolak untuk melakukan kekerasan. Dia sadar dan tidak kehilangan akal, Ethan masih mempunyai batasan.
"Lo berdua ngapain? Mau mesum, ya?!" orang di depannya yang tak jauh menoleh, melihat Ethan yang bergegas menghampiri lebih dekat lagi.
"Apaan, sih! Bukti apa lo nuduh gue?" cowok yang di pergoki tidak terima, Ethan membuang napas kasar.
"Udah jelas lo berdua liatin tubuh cewek gue sejak masuk tadi." kedua cowok itu tertawa renyah, bahkan mampu mengundang para penghuni kampus untuk melihat argumen mereka di sana. Ethan benar-benar sedang di jadikan bahan lawakan lagi.
"Emang lo berdua mau kemana?" giliran Anya yang bertanya.
Dua cowok itu melirik. "Ruang dance lah, cantik." kompak keduanya.
Anya menatap Ethan yang juga sudah menatapnya. "Ya udah jalan sana." suruhnya pada kedua cowok itu.
Mereka awalnya mendengus, modusnya selalu saja gagal karena satu siput yang menjaga Anya kemana pun dan dimana pun. Sampai heran dan ingin menenggelamkannya saja.
Ethan membuka jaket levis yang di pakainya, "Rok kamu terlalu pendek, Anya." tangannya mengikat jaketnya di pinggang Anya, dia melanjutkan, "besok pagi kamu harus nunggu aku buat berangkat bareng, jangan membantah."
"Terserah."
Apa tidak ada kata lain selain itu? Atau memang hanya kata itu yang tersedia khusus untuk Ethan saja? Cowok itu tahu, Anya tidak pernah menolak jika itu orang lain, bukan dirinya. Ethan yang di kecualikan, dia seorang diri yang tidak di harapkan. Namun Ethan tetap teguh dalam pendirian dan perjanjian sebelumnya tidak akan pernah di ingkar kan.
"Nanti juga jangan ketemu, Rendy. Aku mau bawa kamu ke rumah, ini perintah." Ethan memeringati, bukan Anya yang tidak bisa menolak.
"Lo bukan tuan gue, ga mau!" dia melangkah pergi, Ethan menghela napas gusar. Dia hanya bisa menatap punggung Anya yang mulai menjauh dari arah pandangnya sekarang.
"Aku yakin. Suatu saat nanti, ada kalanya kamu melihat aku yang selalu ada di samping kamu." kenyataan pahit ini tidak pernah Ethan telan dengan rasa dendam, dia masih bisa untuk tetap menunggu takdirnya menuju keberhasilan.
Ethan membuang napas lewat mulut. "Anya, aku juga hanya ingin kamu yang menjadi satu - satunya perempuan yang butuhin aku."
******
"Hai, Ethan." salah satu teman sekelas cowok itu memanggil.
"Oh, iya. Ada apa, Arum?" Ethan menutup bukunya dan terfokus menatap cewek di depannya.
"Eum, pulang nanti kamu ada acara ga?" tanyanya berbasa basi.
Ethan tersenyum. "Biasanya aku emang sibuk terus. Tapi ada apa emangnya?" dia balik bertanya, cewek itu tampak ragu untuk melontarkan kata.
"A--aku mau ngajak kamu ... jalan." cicit Arum pelan.
Tidak semua membenci atau mengucilkan Ethan, buktinya di luaran juga masih ada yang ingin dekat bahkan diam - diam menyukai. Namun karena memang kesetiaan Ethan pada Anya yang membuat mereka semua mengurungkan niatnya untuk berusaha dekat apalagi mengharapkan lebih. Cukup memendam saja walau ... tersakiti.
"Maaf banget, Arum. Tapi pulang nanti aku ada urusan penting sama, Anya."
Tolakan halus juga sering kali terdengar. Secinta itu kah Ethan pada sosok yang sudah membuatnya sakit? Padahal semua penjuru kampus juga mengetahui bahwa cewek itu sudah memiliki kekasih yang sangat di cintainya.
Arum terlihat menekuk wajahnya. "Oh. Ya udah. Lain kali aja kalau begitu."
Sebenarnya Ethan juga tidak enak hati menolak niatan baik dari Arum, akan tetapi memang masalahnya kali ini menyangkut sang Mama. Ethan tidak mungkin memilih ajakan orang sedangkan Mama nya sudah sangat berharap untuk Ethan membawa Anya ke rumahnya.
Dengan berat hati Ethan kembali bersuara, "Aku minta maaf banget, ya."
Arum tersenyum pedih dan mengangguk sekali sebelum tubuhnya berbalik untuk kembali ke tempat duduknya, sedangkan Ethan masih memikirkan cara sebelum dia bisa membawa pacarnya ke hadapan sang Mama. Pasti akan sangat sulit, apa lagi kalau Anya sudah berada di sisi Rendy. Ethan akan sangat kesulitan, dia pasti kesusahan untuk meyakinkan.
++++++
Rendy dan Anya saling menumbukan senyuman manis, mereka sudah berada di dalam mobil Rendy yang akan bergegas pulang. Ternyata Anya memang tidak memperdulikan ucapan Ethan sebelumnya, dia kembali mengabaikan.
"Ren, aku laper." rengek Anya melirik pacarnya di jok kemudi.
Cowok itu terkekeh geli, tangan kirinya mengelus pipi kanan Anya. "Eum, kesayangan aku laper ternyata." setelahnya tertawa kecil dan fokus ke depan. "Ya udah kita cari makan dulu sebelum pulang, ya." mobilnya melaju dengan kecepatan sedang, mereka tidak memerhatikan kaca spion yang padahal Ethan sedang berlari mengejar sambil teriak memanggil Anya yang juga tidak mendengarnya sama sekali. Cewek itu terlalu fokus pada satu objek tanpa mengetahui objek lain yang juga lebih membutuhkannya sekarang.
"Gimana sama, Mama?" begitu kira-kira guma man Ethan yang tidak bisa menghentikan.
Alasan apa yang harus dia lontarkan pada Mama nya? Tidak mungkin Ethan berbohong lagi. Sudah cukup kemarin dia bilang pada Mama nya kalau Anya sedang sibuk dengan tugas kuliah sesuai apa yang cewek itu ucapkan. Padahal Ethan sadar dan memerhatikan jika Anya memang hanya berkutat dengan handphone di tangannya saja tanpa membawa buku apapun.
Apa yang harus dia lakukan? Mengejarnya lagi dengan mobilnya atau menunggunya pulang? Ethan bisa saja menunggu di rumah cewek itu, namun pasti sang Mama akan merasa khawatir dan bertanya tentang hal buruk. Ethan tidak bisa jika terus berbohong pada Mama nya, cukup sekali saja dia mendapat dosa yang tidak akan pernah di lupa. Dia benar-benar bingung, tidak dapat di pungkiri jika Anya akan pulang larut.
Pertama Ethan harus menghubungi Mama nya kalau dia akan pulang telat, tentunya tanpa membahas atau bilang dengan Anya. Dengan begitu Ethan tidak perlu berbohong lagi dan yang pasti Mama nya akan mengira kalau Ethan pergi bersama Anya berdua, walau kesannya masih saja tidak berkata jujur. Namun itu pilihan Ethan saat ini karena tidak tahu harus bagaimana lagi. Setidaknya orang tua itu tidak begitu menaruh rasa curiga terhadapnya.
Saat cowok itu berbalik dia hampir saja terjungkal karena suara Arum yang mengagetkannya. "Ethan, kamu kenapa masih ada di sini? Bukannya ada hal penting sama, Anya?" pertanyaan itu lolos membuat Ethan mengangguk dua kali.
"Iya tapi dia udah pergi duluan. Kalau begitu aku juga pamit, ya. Mau ngerjar dia." cowok itu buru - buru lari ke parkiran mobil, jangan sampai dia kehilangan jejak Anya dan Rendy. Ethan pasti bisa saja menemukan mereka kemana pun perginya.
Arum menghela napas gusar sambil menatap punggung cowok itu. "Dia bahkan ga gubris perjuangan gue selama ini."
Terlihat mobilnya yang akan lewat. Ethan membunyikan klakson dan membuka kaca mobilnya tepat di depan cewek itu berdiri.
"Arum, aku duluan, ya. Kamu hati-hati."
Gimana bab kali ini?
Jika ada kesalahan dalam teknis mohon maafkan, saya juga menerima kritikan dari setiap pembaca, kok.
so, Happy reading...